By Daniel Ronda
Mengapa Belajar Teologi?
Banyak pertanyaan yang
diajukan orang Kristen yang tulus dengan mengatakan, untuk apa belajar teologi?
Pertanyaan ini diajukan mengingat seringkali mimbar khotbah banyak berisi kajian
teologis masa lalu dengan argumen teolog tempo dulu sehingga membuat jemaat
bingung. Padahal teologi secara sederhana dipahami sebagai pokok-pokok iman
sehingga perlu diketahui dan dipercayai setiap orang yang mengaku dirinya
Kristen. Itu sebabnya tempat teologi bukan hanya di sekolah teologi, tetapi juga di gereja. Ada
beberapa sebab mengapa semua orang perlu belajar teologi:
Pertama, bahwa setiap orang percaya adalah teolog. Bahwa setiap orang yang mencari jawab atas pertanyaan tentang
sesuatu yang mutlak/tertinggi, dia sedang berteologi. Misalnya, seorang yang mencari jawaban atas
pertanyaan tentang eksistensi Allah dan bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan
adalah seorang teolog.[1]
Atau ketika seseorang bertanya apa arti hidup, dari mana asal dirinya, apa
tujuan hidupnya, dan ke mana hidup itu bermuara, maka dia sedang melakukan
aktivitas teologi di mana pertanyaan itu diajukannya dengan mencari jawaban di
Alkitab.
Kedua, teologi adalah bagian
yang sangat mendasar dalam pemuridan (Mat. 28:20). Bila teologi didefinisikan sebagai studi secara
sistematis terhadap apa yang seluruh Alkitab ajarkan tentang berbagai topik,
maka tugas dari setiap teolog adalah untuk mengikuti perintah Kristus yaitu
memuridkan dengan “Ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28:20). Jadi dalam
memuridkan ada pengajaran dan dalam pengajaran dilakukan dengan menguraikan
makna firman Tuhan dengan memberikan fondasinya. Itu adalah aktivitas teologi.
Ketiga, belajar teologi
menyenangkan Allah. Yesus memberikan perintah yang terbesar dengan mengutip Shema dari Ulangan 6:5 yang menyatakan,
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu dan dengan
segenap kekuatanmu” (Mrk. 12:30; Mat. 22:37; Luk. 10:27). Setiap orang percaya mengasihi Allah dengan pikirannya melalui
perenungan akan kebenaran tentang siapakah Allah (God’s attributes) dan apa yang telah Dia perbuat (God’s actions). Jadi, dalam mengasihi Allah ada aspek
kognitif yang terlibat, dan inilah pentingnya belajar teologi. Tuhan amat
senang jika umatNya belajar teologi dengan hati, jiwa dan akal serta bergantung
akan Tuhan.
Keempat, teologi menyiapkan isi dari iman kita. Setiap orang pasti memercayai
sesuatu. Yang membedakannya adalah apakah objek dari kepercayaan atau
imannya itu. Iman di dalam Alkitab
memiliki satu objek yaitu Allah sendiri. Teologi
pada sisi lain adalah apa yang kita percayai tentang Allah. Iman adalah percaya
kepada Allah dan komitmen untuk mengizinkan Allah memimpin dan memerintah kita.
Dengan memiliki pengetahuan tentang Allah yang didapat lewat pembelajaran
teologi, maka ini merupakan dasar untuk bertumbuh dalam kepercayaan di dalam
Allah dan memiliki komitmen yang sungguh kepada-Nya.
Kelima, teologi menyiapkan pedoman untuk etika Kristen. Alister McGrath pernah menulis, “Ethics
Rest Upon Doctrine.”[2]
Maksudnya adalah teologi harus menjadi dasar dalam melaksanakan prinsip-prinsip
bagi tingkah laku orang percaya. Sebagai contoh dalam tulisan-tulisan Paulus,
di mana dia selalu memberikan dasar teologis dahulu (indicatives) dan sesudah
itu baru ada perintah (imperatives). Contoh, dalam Roma 6 berisi
pernyataan-pernyataan (ayat 1-10) dan kemudian diikuti oleh beberapa perintah
(ayat 11-14). Disadari bahwa etika yang solid dan benar adalah karena memiliki
fondasi teologi yang baik. Ketika seseorang tidak memiliki fondasi teologis yang kuat, maka dipastikan etika mereka bersifat
humanis dan hanya menjaga masyarakat sipil yang baik tapi mengalami kegamangan
soal kegunaan dari memelihara etika yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar