By Hengki Wijaya
Sasaran
akhir dari gereja bukanlah misi, melainkan ibadah. Ibadah yang dimaksudkan
ialah kehidupan yang penuh pengabdian (devotion)
dan penyembahan (worship) kepada
Tuhan Yesus, bukan sekedar ibadah resmi yang berliturgi pada hari tertentu.
Misi adalah kebutuhan sementara, tetapi ibadah akan ada selamanya. Ayat-ayat
Alkitab yang menunjukkan apa yang Allah lakukan bagi kemuliaan diri-Nya
sendiri: Allah memilih umat-Nya bagi kemuliaan-Nya (Ef. 1:4-6,12,14); Allah
menciptakan kita bagi kemuliaan-Nya (Yes. 43:6-7); Segala sesuatu yang Yesus
lakukan ialah bagi kemuliaan nama Bapa-Nya (Yoh. 7:18); Yesus memerintahkan
kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik sehingga Allah dimuliakan (Matius
5:16; 1Petrus 2:12).[1]
Saya setuju dengan pendapat tersebut karena hukum yang terutama yaitu "Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu” (Matius 22:37). Sebagai perwujudan kasih kita kepada Allah
maka kita bertang jawab dengan AmanatAgung yaitu misi.
Hidup
itu adalah peperangan karena untuk mempertahankan iman dan untuk berpegang
teguh pada kehidupan kekal kita terus menerus berjuang. Paulus memperjelas
dalam 1 Tesalonika 3:5 bahwa iblis mempunyai target untuk menghancurkan iman
kita. Serangan iblis ditujukan pada iman orang-orang Kristen. Tujuan serangan
itu ialah untuk membuat usaha Paulus disana “sia-sia”, kosong dan hancur.[2]
Dalam Efesus 6:17-18, Paulus menghubungkan peperangan rohani dan doa. Doa
adalah komunikasi dengan markas besar. Melalui doa, senjata-senjata peperangan
digunakan sesuai dengan kehendak Allah. Doa ialah untuk menghadapi peperangan. Saya
setuju bahwa musuh kita adalah iblis maka kita harus memulai doa peperangan
seperti yang Tuhan kehendaki.
Perkataan
Dietrich Bonhoeffer sangat Alkitabiah : “Bagi orang yang takut akan Allah,
salib bukanlah akhir yang mengerikan, melainkan awal dari persekutuan kita
dengan Kristus. Kalau Kristus memanggil seseorang. Ia memintanya untuk datang
dan mati.[3]
Dua kali Petrus mengatakan bahwa penderitaan adalah kehendak Allah (1Petrus
3:17;4:19;2Kor.11:23-28;Kis. 20:23;2Kor. 6:4-10)[4].
Saya mengutip perkataan Paulus, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan” (Filipi 1:21). Sebagai orang percaya menilai kematian adalah
keuntungan karena hidup kekal dan bersama dengan Tuhan.
Enam alasan
mengapa Allah menentukan penderitaan bagi hamba-hamba-Nya yaitu: 1) Supaya kita lebih beriman dan hidup
lebih kudus (Ibrani 12:10;5:8;4:15) Penderitaan memuat anda bertahan dan
bersabar menanggungnya, kita kelak akan semakin mengalami kemuliaan Allah di
Sorga (2Kor. 4:17-18); 2) Allah memakai penderitaan para utusan Injil-Nya untuk
membangunkan orang-orang lain dari ketidakpedulian mereka dan membuat mereka
berani (Fil. 1:14); 3) Penderitaan
utusan-utusan Kristus merupakan kesaksian idup bagi orang-orang yang hendak
mereka jangkau dan dapat membuka hati mereka terhadap Injil (1Tes. 1:5-6); 4) Terjadinya
penganiayaan gereja justru dipakai Allah untuk menempatkan para utusan Injil di
tempat-tempat ke mana mereka tidak akan datang; 5) Penderitaan para utusan
Injil dimaksudkan Allah untuk menyatakan kuasa dan kecukupan kasih Kristus
(2Kor. 12:9-10).[5] Perkenankankan saya memberi empat alasan atas
jawaban: BELUM akan keselamatan Kornelius. Pertama,
Kis. 11:14 mengatakan bahwa Petrus yang membawa keselamatan bagi Kornelius. Kedua,Petrus menekankan hal itu pada
akhir khotbahnya dalam Kis. 10:43. Pengampunan dosa adalah keselamatan. Ketiga, di bagian lain dari Kis
2:5;10:2. Satu-satunya harapan ialah percaya kepada Yesus Kristus Keempat, Kis. 11:18; Jadi menurut saya,
Kis. Para rasul 10:35 tidak berarti bahwa karena Kornelius takut akan Allah,
melakukan hal-hal baik dan saleh, maka ia sudah diselamatkan.[6]
Hal ini diteguhkan dengan Kisah Para Rasul 4:12:Yohanes 14:6.
Saya butuh pdf file (e-book) dari buku John Piper ini, kalau ada, apakah bisa saya minta? terima kasih sebelum dan sesudahnya.
BalasHapus