Good News

Jumat, 31 Oktober 2014

Interaksi Buku: Misi Menurut Perspektif Alkitab (John R.W. Stott, Johannes Verkuyl et. al)



 By Hengki Wijaya
Allah berdasarkan janji-Nya kepada Abraham dan penggenapannya itu. Pertama, Ia adalah Allah sejarah. Dalam proses historis ini, Yesus Kristus sebagai keturunan Abraham adalah tokoh kunci. Kita adalah ahli waris dewasa ini atas sebuah janji yang diberikan kepada Abraham empat ribu tahun silam. Kedua, Ia adalah Allah perjanjian. Semua janji Allah menjadi kenyataan, tapi janji itu diwarisi “oleh iman dan kesabaran” (Ibr. 6:12). Kita harus puas menunggu waktu Allah (God’s timing). Ketiga, Ia adalah Allah berkat. Perbuatan-Nya yang mendasar dank has memberkati umat dengan keselamatan. Keempat, Ia adalah Allah penuh rahmat. Janji Allah sedang dibenapi dan anak cucu Abraham sedang dalam proses menuju tidak dapat dihitung, seperti debu tanah, bintang di langit dan pasir di pantai. Kelima Ia adalah Allah misi. Sekarang kita adalah keturunan Abraham karena iman, dan kaum di muka bumi akan diberkati hanya kalau kita pergi mendatangi mereka dengan Injil (Kej. 12:3;22:18).[1] Saya setuju bahwa dalam Perjanjian Lama sudah ditekankan tentang misi dan digenapkan oleh Yesus dalam kehiduan-Nya sebagaimana diuraikan dengan jelas dan tegas dalam Perjanjian Baru. Atas penentuan dan waktu Tuhan maka kita akan melihat setiap lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan (Filipi 2:11).

Kerajaan Yesus jelas holistik dalam segala hal. Syukur kepada Allah bahwa Ia membawa pengampunan dari Allah dan penyucian pribadi serta batin dalam kekuasaan Roh. Tapi Ia juga menantang dan mentransformasi tatanan sosial. Ini tidak berarti bahwa kita harus mengatakan bahwa Kerajaan telah datang  jika keadilan terdapat dalam masyarakat sekuler. Kabar Baik Kerajaan menghindarkan gereja untuk tidak selalu asyik dengan dirinya sendiri. Howard Snyder mengatakan hal itu dengan tajam: “Orang-orang gereja berpikir tentang bagaimana menarik orang masuk ke gereja; orang-orang Kerajaan berpikir tentang bagaimana membawa gereja ke dalam dunia. Orang-orang gereja khawatir bahwa dunia mungkin mengubah gereja; orang-orang Kerajaan bekerja untuk melihat gereja mengubah dunia.[2] Saya mengakui bahwa gereja adalah bagian komunitas Kerajaan Allah. Kerajaan Allah sedang berlangsung  dan bersifat eskatologis yaitu akan disempurnakan ketika Yesus datang kembali untuk kedua kalinya. Saya setuju dengan pernyataan Howard Snyder karena gereja terlena dengan anggota-anggota sendiri dan tidak memberi dampak bagi orang lain di luar gereja. Jadi, gereja harus menajdi garam dan terang dunia (Matius 5:13-15).
Yohanes mengaskan dengan sungguh-sungguh: “Jangan mengira bahwa engkau akan luput karena kau adalah ‘anak-anak Abraham’. Sekarang saya menegaskan, Allah tidak terikat oleh ‘anak-anak Abraham’. Ia dapat membuat anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini, kalau Ia mau. Engkau akan dihakimi dan dihukum, tanpa memandang warisan-warisan Ibranimu” (Mat. 3:9, parafrasa pengarang).[3] Saya menambahkan bahwa kita tidak diselamatkan karena keturunan Krsten tetapi iman dan percaya kita kepada Yesus Kristus yaitu Tuhan dan Juruselamat pribadi kita (Roma 10:8-10).
Gereja sangat relevan pada zaman-zaman modern karena alasan-alasan yang mendasar bagi pandangan Alkitbiah tentang Gereja. Pertama,Alkitab memandang gereja dalam perspektif kosmik/historis. Gereja adalah umat Allah yang telah dan sedang dibentuk Allah dan melalui pembentukan itu Ia bertindak sepanjang sejarah. Misi gereja adalah untuk memuliakan Allah dengan melanjutkan pekerjaan Kerajaan Allah di dunia yang telah dimulai Yesus (Mat. 5:16). Kedua, Alkitab melihat Gereja dalam arti karismatik dan bukan dalam kelembagaan. Gereja hadir oleh kasih karunia (charis) Allah dan dibangun oleh anugerah karunia (charismata) yang dilimpahkan oleh Roh. Gereja adalah sebuah komunitas, bukan hierarki;sebuah organisme, bukan organisasi (1Kor. 12;Rm. 12:5-9;Ef. 4:1-16; Mat. 18:20; 1 Ptr. 4:10-11). Ketiga, Alkitab melihat Gereja sebagai persekutuan umat Allah. Unsur kosmik/historis dan karismatik disatukan, dan kita melihat Gereja baik di dalam dunia maupun transendensi dunia.[4]


[1]  33-35. John R.W. Stott. Allah yang Hidup adalah Allah Misioner.
[2]  Ibid, 120
[3]   H. Cornell Goerner. Yesus dan Bangsa Bukan Yahudi, 126.
[4]  Howard A. Snyder. Gereja Dalam rencana Allah,163-164.

1 komentar:

  1. sungguh bersyukur Tuhan boleh menganugerahkan orang-orang hebat seperti Jhon Stott dan Johanes Verkuly. saya juga bersykur bisa membaca buku bagus tersebut dan sangat relevan. terimkasih

    BalasHapus