Good News

Minggu, 19 Oktober 2014

Review Article No Higher Calling: Personal Reflections on the Task of Teaching

By Hengki Wijaya

David memberikan  kesimpulan awal  bahwa  mengajar  adalah sesuatu yang melebihi dari pelatihan atau liputan. Dia mengemukakan uraian ini tentang  mengajar efektif bukan suatu hal  yang dia perlukan, tetapi lebih dari sesuatu  yang dia akan lakukan1. Mengajar adalah suatu kebutuhan dan dibutuhkan. Mengajar adalah suatu jabatan atau karunia yang diberikan Allah (Efesus 4:11). Hal inilah yang dinginkan oleh David dengan pertolongan kasih karunia Allah.

Pertama, mengajar efektif bersumber  dari suatu gairah  untuk mengajar untuk   mengatasi  derasnya derita  mengajar. Mengajar  adalah pekerjaan yang berat2.  Makna  tugas  adalah korelatif, rasa bersalah, karena  tidak mampu untuk menyediakan stamina adalah penting bagi mencapai  pengajaran dengan sempurna dalam jangka panjang. Kadangkala menjadi pengajar membutuhkan stamina yang lebih karena melelahkan dan membutuhkan pikiran yang fresh. Oleh karena itu, untuk menjadi pengajar harus memiliki dorongan atau gairah untuk mengajar dengan segala rintangan dan deritanya. Pesan Tuhan untuk menjadi pengajar adalah “Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat” (Yakobus 3:1)3. Saya sangat setuju terhadap pendapat Dr. Traina ketika ia berkata, “He loves to teach4. Artinya kita sebagai guru harus menyukai pekerjaan mengajar. Guru memiliki sukacita kegembiraan dan menilainya sebagai panggilan ilahi. Bila seorang guru tidak menyenangi pekerjaannya memang perlu mempertimbangkan profesi lainnya.
Kedua, mengajar  efektif berpusat kepada siswa, dan bukan kepada guru. Fokus bukanlah kepada guru, atau aktivitas mengajarnya tetapi kepada siswa dan formasinya melalui pengertian kebenaran dirinya sendiri5. Artinya sebagai guru dapat memaksimalkan potensi yang ada pada siswanya sehingga figur guru hanya menjadi manager  dalam  kelas  dan  tidak  memegang peran aktif. Siswa  yang memegang peran
aktif dalam proses belajar mengajar. Mengajar menurut Alkitab Paulus menyebutkan, dalam kehidupannya sebagai pengajar, ia sanggup mewujudkan perubahan atas diri orang lain: yang tadinya tidak percaya menjadi percaya dan yang tadinya tidak memahami (1 Timotius 2:7) kebenaran berubah menjadi memahami kebenaran6.
Ketiga, mengajar efektif menimbulkan suatu komitmen kepada pencarian kebenaran. Pencarian kebenaran tidak hanya dirintangi oleh indoktrinasi tetapi juga oleh dogma. Mengajar efektif terlebih dahulu terlepas dari pengaruh indoktrinasi dan dogma untuk merangsang atau mendorong siswa lebih kreatif dalam mencari kebenaran yang berdasarkan pandangan mereka sendiri7. Peranan pengajar untuk tidak memaksakan ajarannya sehingga siswa berpikir pada kesimpulan dan tidak lagi mencari kebenaran. Guru menghargai otonomi dan inisiatif siswa, memberikan penekanan pada keterampilan berpikir kritis dan mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, mengananalisis, memprediksi, dan mengkreasi dalam mengerjakan tugas8.
Keempat, mengajar efektif adalah suatu peristiwa yang tidak melulu komunikasi tentang dasar pengetahuan (the body of knowledge). Belajar bagi semua orang bukanlah pengalaman unik, namun mengajar adalah kreativitas suatu pengalaman holistik9. Saya sependapat bahwa mengajar tidak hanya berisikan komunikasi tetapi juga adanya unsur kreativitas siswa dan pengajar dalam proses pembelajaran. Mengajar efektif harus memberikan suasana kelas yang dapat dirindukan oleh siswa dan pengajarnya. segi kemampuan mengelolah kelas dengan baik. Pengelolaan ini merupakan tugas organisatoris dan manajerial setiap guru10.

1 Bauer, David R. No Higher Calling: Personal Reflections on the Task of Teaching. Kentucky: Journal Asbury Theological Seminary, 2011, 18. Berisi pernyataan beliau.
2  Ibid., 18.
Pernyataan Alkitab tentang guru berdasarkan Yak. 3:1.
Bauer, 19.
5  Ibid., 19.

6 Setiawani, Mary Go. Pembaruan Mengajar. Bandung: Kalam Hidup, 2005, 7.
Bauer, 20. Pernyataan beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
8 Santyasa, I Wayan. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung:Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, 2007, 2-3.
9 Bauer, 22.
10 Sidjabat, B.S. Menjadi Guru Profesional: Sebuah Perspektif Kristiani. Bandung: Kalam Hidup, 2000, 46.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar