Cerita yang bermula dari Kitab Ester 2:19-3:6, hal ini saya coba reflesikan setelah mengikuti kegiatan Pendalaman Alkitab secara rutin. Memang pikiran saya cepat terlintas ketika memikirkan tentang Film Ester yang sudah saya tonton. Namun, kita harus setia dengan teks yang tersedia di Alkitab sebelum pikiran kita kemana-mana mencari sumber. Biarlah Alkitab menjawab dirinya sendiri.
Secara singkat penulis akan mengambil pelajaran penting untuk diterapkan dalam kehidupan kita masa kini.
1. Ketaatan kepada otoritas
Ester taat kepada Mordekhai sejak kecil hingga dia menjadi ratu. Ketaatan itu dibuktikan dengan tidak memberitahukan asal usul. Dalam teks Ester tidak menanyakan mengapa harus menyembunyikan identitasnya, tetapi dia hanya taat saja apa yang diperintahkan kepadanya oleh Mordekhai. Pelajaran penting: Taatilah orang tuamu yang dapat dijadikan teladan sebab firman Tuhan berkata: "Hormatilah orang tuamu maka panjang umurmu dan kamu akan berhasil dalam hidupmu." Mordekhai bijaksana dengan apa yang dia ajarkan kepada Ester. Sekali pun dia mengetahui bahwa ajaran Yahudi tidak mengizinkan pernikahan campur, namun dia mengetahui kehendak Tuhan untuk bangsanya bahwa Ester akan dipakai Tuhan untuk menyelamatkan bangsanya.
2. Mordekhai melakukan kebenaran untuk orang yang berbuat kejahatan. Sebagai warga negara yang baik di benteng Susan, Mordekhai mengetahui persekongkolan sida-sida yang berikhtiar membunuh Raja dan akhirnya ia melaporkannya kepada Ester karena Mordekhai tidak memiliki akses masuk ke Raja secara langsung. Dan setelah perkara itu diperiksa ternyata benar adanya informasi yang diberikan Mordekhai sehingga peristiwa itu dituliskan dalam kitab sejarah di hadapan Raja. Kitab sejarah ini memuat segala peristiwa yang terjadi di kerajaan dan diarsipkan untuk di kemudian hari raja dapat membaca dan menimbang sebuah perkara. Jauh setelah peristiwa itu tiba-tiba munculnya seseorang yang bernama Haman bin Hamedata orang Agag. Kemunculannya tidak dicatatkan secar detil dalam Alkitab tetapi informasi asal usulnya tercata jelasbahwa dia adalah orang Agag. Pelajaran penting: Nyatakan kebenaran walaupun risikonya akan ada menimpa kita. kebenaran selalu menang atas kita bila kita berani menyatakannya.
3. Dendam masa lalu memicu panas hati di masa sekarang
Selalu saja masa lalu menjadi halangan bagi seseorang untuk dapat berbuat kebenaran. Cerita turun temurun dari nenek moyang bangsa Agag ras Amalek yang dikalahkan oleh bangsa Israel dan cerita pembantaian raja Saul kepada bangsa itu dan kemarahan Samuel terhadap Raja Amalek berbekas terus-menerus kepada keturunan yang dibawa oleh istri raja Amalek kala itu. Tentunya permaisuri raja tidak mati dan mencari cara untuk tetap bertahan hingga ditemukan oleh bangsa lain yang juga merupakan seteru bangsa Israel. Dan berabad-abad kemudian bangsa Israel di pembuangan bertemu kembali dengan orang Agag yang menjadi kepercayaan raja Persia. Tersiar kabar kalau raja Persia juga menggunakan orang-orang di sekitar kekuasannya untuk mempertahankan bahkan memperluas kekuasannya. Itulah sebabnya Haman sangat berguna bagi raja dan raja juga memberikan kedudukan yang baik baginya. Ketika Mordekhai menyatakan identitasnya sebagai bangsa Yahudi karena tidak mau menyembah Haman sebagai wakil raja maka panas hatilah Haman dan memori masa lalu kembali menguat dan muncullah di dalam hatinya keinginan atau rencana untuk membunuh bangsa ini dan bukan hanya Mordekhai. Dendam ini sepertinya bukan bersifat pribadi tetapi dendam ini bersifat bangsa. Kekuasaan dapat menghancurkan sebuah bangsa. Seorang haman memiliki kuasa dan kesempatan untuk membuh bangsa ini. Kemarahan da panas hati membuat seseorang berniat untuk membunuh dengan kekejaman. Masa lalu yang tidak diselesaikan dapat berujung pada pembunuhan massal. Pelajaran penting: Jauhi orang-orang yang dendam dan tidak mau mengampuni masa lalunya. Redakan panas hati Anda sebelum api itu sendiri yang akan menghanguskan Anda. Rasa panas hati tidak perlu dilampiaskan kepada banyak orang. Selesaikanlah dengan hati yang dingin dan perdamaian. Mordekhai tidak mau menyembah manusi, hanya mau menyembah yang terbesar dari penguasa yaitu TUHAN sendiri. Dia lebih mau menyembah Allahnya yang telah mengajarkan hukum-hukum-Nya dari pada manusia yang tidak bisa pula diteladani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar