Good News

Sabtu, 21 Maret 2015

MANAJEMEN: Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemimpin Kristen by Hengki Wijaya



INTERAKSI BUKU : MANAJEMEN: Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemimpin Kristen
PENULIS                   : DR. YAKOB TOMATALA, M. Div., M.I.S., M.A., D. Miss.
PENERBIT                 : YT Leadership Foundation
TAHUN TERBIT       : 2003 Cetakan Pertama
TEBAL BUKU          : 14 x 21 cm, 103 halaman

Pasti 1 PASTIKAN BAHWA ANDA MENGENAL DIRI SENDIRI DENGAN BAIK
Istilah “menanggalkan kacamata kuda” berarti menanggalkan memercayai ASUMSI yang bukan fakta. Asumsi yang diciptakan oleh orang lain dan diri sendiri yang sudah dianggap benar, sehingga cenderung membelenggu diri. Kecenderungan ini akan berakibat pada sikap pesimistis dan kehilangan semangat juang untuk maju dan bertumbuh. Keadaan ini menyebabkan diri menjadi terpojok dan beranggapan bahwa sukses hanya milik orang tertentu saja.

Latar belakang hidup banyak dipengaruhi oleh masa kanak-kanak dominan yang tanpa disadari menjadi kebiasaan yang terbawa ketika beranjak dewasa. Hal yang pertama yang dapat dilakukan adalah berdamailah dengan diri Anda sendiri dan mengenali perasaan masa kanak-kanak dominan dengan phobia masa dewasa yang dominan.[1] Berdamai berarti menyadari kesalahan masa lalu dan bangkit dari masa lalu. Dalam hal ini respon yang tepat terhadap masa lalu, yaitu jangan masa lalu menghalangi kemajuan kita.
Untuk menangani sikap terhadap “masa lalu” maka kita perlu mengalami transformasi dan restorasi kehidupan dari Allah menjadi “manusia baru” (2 Korintus 5:17).[2] Sikap kita terhadap “masa lalu” tentulah tidak dapat dilupakan namun respon kita terhadap masa lalu haruslah positif dan melihat ke “masa depan” (Filipi 3:13). Mengenal diri kita bahwa kita adalah milik Allah (Roma 8:16-17) dan berpikir seperti pola pikir Allah (Roma 12:1-2) sangat membantu kita untuk fokus bagi pengembangan diri kita.
Pasti 2  ANCANGAN DASAR BAGI MANAJEMEN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEPEMIMPINAN KRISTEN

Dalam menata fokus formatif pengembangan diri pemimpin dibutuhkan tiga fokus formatif antara lain: formasi rohani (karakter, integritas dan komitmen tinggi), formasi pelayanan (pengetahuan, kapasitas tinggi) dan formasi strategis (keterampilan, kapabilitas tinggi). Kepemimpinan itu ditegaskan bahwa Kristus adalah pusat.[3] Ketiga fokus ini berhubungan erat satu dengan yang lainnya dengan pusat adalah Kristus sendiri. Ketiga fokus formatif ini menghasilkan sikap positif  yang akhirnya menjadi kebiasaan positif  dan selanjutnya kinerja positif dan menemukan hakikat diri.  Formasi rohani melalui kebenaran Allah dan disiplin rohani menghasilkan sikap yang benar yang terus menerus dilakukan akan menjadi kebiasaan rohani (gaya hidup rohani) yang berdampak pada tindakan rohani. Dalam kebenaran Allah untuk menjadi pemimpin kompetensi harus menanggalkan manusia lama dan menjadi manusia baru (Efesus 4:22-24; 2 Korintus 5:17). Andrias Harefa sebagai seorang Mindset theraphist menjelaskan untuk menjadi kebiasaan yang positif maka dibutuhkan penyadaran akan kebiasaan yang negatif dan pembelajaran akan yang positif dan pembiasaan yang positif dan Allah sebagai Pencipta segala sesuatu artinya sebagai pusat pembelajaran manusia untuk menjadi pemimpin.[4]
Tiga faktor penentu pengembangan yaitu pemrosesan, pola responsi dan analisis waktu saling berhubungan dalam menentukan seorang pemimpin kompeten. Apabila salah satu faktor mengalami hambatan maka faktor yang lain juga mengalami hambatan. Sebagai contoh seorang bakal pemimpin tidak mau mengalami pemrosesan oleh Tuhan maka responsinya negatif maka analisis waktu melaju dengan lambat.[5] Apabila ketiga faktor itu berjalan dengan seim,bang maka seorang pemimpin dapat mewujudkan “finishing well”.
Pasti 3 STRATEGI MANAJEMEN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PEMIMPIN KRISTEN

Ada tiga prinsip pengembangan Sumber Daya Manusia bagi diri yaitu: Prinsip pertama, Pemimpin yang baik hanya dapat dihidupi. Anda dapat menjadi pemimpin yang baik apabila anda mengerjakannya, yang dimulai dari diri sendiri. Pertama, pembentukan dan pematangan karakter dengan sasaran menjadi pemimpin seperti Yesus Kristus yang ditandai oleh sikap moral dan etis yang tinggi. Kedua, pembentukan dan pengembangan pengetahuan sehingga menjadi luas dan dalam (komprehensif) serta khas lebih, karena anda hanya dapat mengerjakannya apa saja yang dapat anda mengerti dan pahami. Ketiga, pembentukan dan pemantapan keahlian atau keterampilan. Anda akan dapat menjadi pemimpin kompeten dengan menempatkan diri pada proses perkembangan menjadi pemimpin yang baik, dengan menjalani proses “pembiasaan hidup” yaitu mengembangkan kebiasaan, sikap dan perilaku.[6]
Prinsip kedua, Perkembangan diri seorang pemimpin adalah pemberian anugerah dari Allah yang harus dibuktikan dengan tanggung jawab memilih untuk berkembang. Anda dapat berkembang ke batas cakrawala karena Allah menghendakinya dan anda bertaggung jawab untuk membuat pilihan bijak yang membuktikan bahwa Anda mau berkembang. Variabel karakter, pengetahuan dan keterampilan harus dilatih melalui proses pembiasaan yang bertujuan membentuk kebiasaan, sikap dan perilaku pemimpim yang baik dan sukses. [7]  Prinsip ketiga, Pemimpin yang baik dapat berkembang mulai dari mana ia ada dan berada, kearah mana yang ia kehendaki untuk menjadi/berada kemudian. “Tidak ada yang dapat melarang anda untuk berpikir sedalam laut dan setinggi langit atau sesempit korek api! Kemajuan adalah “pilihan berpikir” anda dan ini merupakan hak istimewa bagi anda.” Menjadi pemimpin adalah hak saya dan pilihanku (Roma 12:1-2).
Pasti 4  TETAPKAN ARAH PERKEMBANGAN DIRI ANDA
YANG BERSINAMBUNGAN

Dalam upaya menetapkan Ancang Pengembangan Diri Anda yang diharapkan terjadi secara bersinambung (terus-menerus), maka Anda perlu mempertimbangkan untuk mengembangkan langkah-langkah penting berikut: 1) Life Long Focus ini dapat merupakan penerusan dari apa yang telah Anda tetapkan sebelumnya, atau Anda dapat menetapkan fokus kehidupan seumur hidup lainnya; 2) Life Long Learning Attitude. Sikap Belajar Sepanjang Hidup ini akan sangat berperan menopang “sikap terbuka” yang akan membawa perubahan kearah kemajuan; 3) Life long Leadership Excellency. Kembangkanlah ekselensi dalam hubungan kepercayaan yang akan terus meneguhkan leadership power yang ada pada Anda; 4) Life Long Leadership Imparting. Salah satu prinsip untuk mengembangkan pemimpin-pemimpin baru untuk masa depan.[8] Fokus berarti memandang kepada Tuhan dengan tetap berpedoman dengan visi dan misi seumur hidup. Sikap pembelajar berarti mau mengalami proses pembelajaran. Proses pembelajaran adalah mengubah manusia dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi berkemampuan. Proses pembelajaran menggerakkan dari sadar tak kompeten menjadi sadar kompeten. Dan terakhir proses pembiasaan atau pembatinan di mana manusia menjadi taksadar-kompeten. Artinya, dalam soal yang sudah ia kuasai itu sudah mahir, menjadi professional dalam arti sesungguhnya. Seperti kepemimpinan itu bagaikan manusia yang bernafas, otomatis saja terjadi. [9]
Guna mengembangkan pemimpin baru maka ada dua hal yang berkenaan dengan peneguhan perjalanan kepemimpinan Anda ke akhir secara baik. Satu, rekrutmen, seleksi  dan pelatihan kepemimpinan baru; Dua, meneruskan tongkat estafet kepemimpinan. [10]
Pasti 5  IDENTIFIKASI PROFIL KEPEMIMPINAN ANDA

Karakter yang diuji adalah ketaatan, kasih, ketulusan, kesucian, kesabaran, kebaikan, kerajinan dan pengabdian kepada Allah. Untuk pengetahuan yang diuji adalah berkisar intelektual yaitu kemampuan dan ketajaman berpikir. Keterampilan individu diuji meliputi keterampilan sosial (hubungan dan sikap berhubungan) dan keterampilan teknis dalam organisasi dn manajemen.[11] Saya mengutip istilah Yakob Tomatala untuk menggambarkan kesatuan ketiga fokus formatif  yaitu karakter entrepreneur yang menunjuk kepada adanya nilai entrepreneur yaitu antara lain: Berani berpikir unggul; berani bersikap unggul dengan menangkap peluang; dan berani bertindak dengan kepiawaian merekayasa cara (yang menggunakan strategi dan taktik) unggul.[12]
Pemimpin yang baik dan sukses bernyawa dua dimana ia dapat hidup seribu tahun, ia berotak dua dimana ia akan selalu di depan lebih dua langkah dari orang lain, ia berkaki empat dimana ia lebih giat dalam upaya dari siapa pun, dan ia bertangan empat, dimana ia bekerja lebih baik serta lebih keras dari siapa pun di sekitarnya! Ini manusia langka!.[13] Pernyataan diatas menyatakan untuk menjadi pemimpin yang unggul di hadapan Allah maka Anda harus siap membayar harga untuk berbeda dengan apa yang biasa dilakukan kebanyakan pemimpin. Lihatlah kehidupan Musa dan penerusnya Yosua dalam memimpin bangsa Israel keluar dari Mesisr dan masuk ke tanah perjanjian. Hukum kepemimpinan: Jadilah orang yang paling banyak memiliki pengetahuan, keterampilan dan menjadi orang yang paling dihargai di bidang Anda. Jadilah orang yang paling baik di bidang Anda. Berusahalah untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.[14]


[1] Yakob Tomatala, MANAJEMEN: Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemimpin Kristen (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 11-12.
[2]  Yakob Tomatala, 15.
[3] Yakob Tomatala, MANAJEMEN: Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemimpin Kristen (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 38-39.
[4]  Andrias Harefa “Mindset Theraphy Tanggalkan Manusia Lama Kita” dalam Majalah Inspirasi Indonesia (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2010), 56-57.
[5]  Yakob Tomatala, 41.
[6] Yakob Tomatala, MANAJEMEN: Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemimpin Kristen (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 54-55.
[7]  Yakob Tomatala, 57-59.
[8] Yakob Tomatala, 67-71.
[9] Andrias Harefa “Mindset Theraphy Tanggalkan Manusia Lama Kita” dalam Majalah Inspirasi Indonesia (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2010), 57.
[10] Yakob Tomatala, 72.
[11] Yakob Tomatala, MANAJEMEN: Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemimpin Kristen (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), 81-84.
[12]  Yakob Tomatala, Dr. Marthin Billa: Pemimpin Visioner Transformator Futuristik (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2012), 96.
[13]  Yakob Tomatala, MANAJEMEN: Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemimpin Kristen, 94.
[14] Ellies Sutrisna, “Strive for Excellence Gapailah Kesempurnaan” dalam Majalah Inspirasi Indonesia (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2010), 60-61.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar