Tema Khotbah : “Aku haus”: Suara Kitab
Suci
Tanggal : 29 Desember 2013
Nats : Yohanes 19:28
Tujuan : mengajarkan jemaat tentang makna rasa haus Yesus Kristus serta
kerinduan-Nya terhadap jiwa-jiwa supaya jemaat juga memiliki rasa haus sebagai
wujud terima kasih mereka yang telah diselamatkan
Ada sejarah panjang dalam Kitab Suci yang membawa kita pada jeritan
rasa haus Yesus. Sepanjang pewahyuan, Roh Kudus memilih untuk menggambarkan
kerinduan manusia akan Allah . Sebagai bangsa pengembara yang senangtiasa mencari
air, Israel dapat dengan mudah memahami rasa haus sebagai sebuah kiasan. Sepanjang abad, kaitan simbolik antara rasa haus
fisik dan spiritual menjadi begitutertanam dalam pikiran orang Yahudi, dan
begitu diungkapkan dalam bahasa, bahwa kata yang sama (nefesh) dipakai baik untuk “haus” maupun “jiwa”. Jiwa, betapun
lebih dari kerongkongan dalam tubuh, dilihat sebagai “tempat kehausan”, maka
pengalaman biasa dan sehari-hari tentang rasa dahaga akan air dengan sendirinya
telah pula mengandung maknanya lebih dalam.[1]
Yohanes 19:28 tercatat, “Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala
sesuatu telah selesai, berkatalah Ia supaya genaplah yang ada tertulis dalam
Kitab Suci:”Aku haus!”.” Sebuah petunjuk jelas yang menyatakan sebuah makna
yang lebih dalam, arti secara spiritual akan ungkapan rasa haus Yesus. Bahwa
dalam kenyataannya tidak ada bagian dalam
Injil yang menggambarkan Yesus yang mengeluh akan ketidaknyamanan fisiknya
dan paling tidak selama masa sengsara-Nya.[2] Jika
demikian apa makna rasa haus Yesus di atas kayu salib bagi orang percaya masa
kini? Pertama,
Yesus tidak haus akan air, melainkan
haus akan jiwa-jiwa, haus akan kasih. Yesus haus akan jiwa-jiwa yang
nantinya akan diselamatkan setelah pengorbanan-Nya di kayu salib. Karena banyak
jiwa-jiwa yang kehausan akan Allah. Hal ini digambarkan oleh Yesus dengan
perempuan Samaria. Yesus menggambarkan rasa haus itu kepada perempuan itu
dengan berkata: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus
lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan
haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan
menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada
hidup yang kekal” (Yoh. 4:13-14). Kedua, Yesus merindukan jemaat-Nya memiliki
hubungan keintiman yang didasari rasa haus umat-Nya. Sebagaimana
digambarkan oleh rasa haus pemazmur Daud kepada Allah (Mzm. 42:1-2;63:1;143:6).
Jiwaku haus kepada-Mu seperti tanah yang tandus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar