LOG
BUKU : Dr. Marthin Billa: Pemimpin Visioner Transformator Futuristik Menyibak
Pengembaraan Kepemimpinan dari Nahakramo Apaukayan, Kalimantan Timur ke Jakarta
ISI : Hal-hal yang
menarik, falsafah, inspiratif dalam buku ini
PENULIS : DR. YAKOB TOMATALA, M. Div.,
M.I.S., M.A., D. Miss.
PENERBIT : YT Leadership Foundation
TAHUN
TERBIT : 2012 Cetakan Pertama
TEBAL
BUKU : 368 halaman
BAGIAN PERTAMA:
MENEMUKAN RAHASIA PEMIMPIN VISIONER TRANSFORMATIF FUTURISTIK
Setiap orang terlahir
dengan destini bawaannya. Istilah destini yang digunakan di sini lebih berarti
“sudah ditentukan demikian oleh Sang Pencipta,” dan merupakan faktor permanen
yang tidak bisa diubah. Destini melibatkan unsur genetika, kehidupan
sosial-budaya, pengalaman khas berbekas, lingkungan kehidupan dan sebagainya
yang merupakan faktor penentu kehidupan serta perkembangan hidup setiap
individu.
Tindakan ayahnya, Billa
Larung ini diawalinya dengan penyerahan anaknya kepada TUHAN, yang diberi nama Marthin Billa. Nama Marthin ini berakar
dari semangat reformator Protestan
Marthin Luther (1517). Nama ini merujuk kepada doa serta kerinduan Billa
Larung bagi anaknya ini, agar kelak menjadi “manusia pembaharu, pemimpin
transformator” di masa depan. Kerinduan ini didukung oleh semangat juangnya
sebagai seorang pemimpin umat, ayah, dan pribadi.
Ibunda Marthin Billa
bernama Bawing Bid terkenal karena kerendahan hati, kesabaran, keramahan dan
kerajinannya yang mewarnai karakter keibuannya. Ia selalu mendukung dan
mengimani harapan dan iman suaminya, yang selalu mengatakan ”TUHAN akan memberikan yang lain, Ia akan
mencukupkan pada waktu-Nya.” Ia telah menjadi pendukung utama bagi
suaminya, yang membenarkan prinsip, “Di
belakang seorang laki-laki yang hebat, pasti ada perempuan yang hebat.”
Sifat rendah hati, penyabar, dan penuh kasih sayang yang ada padanya selalu
mendegungkan nasihat kepada anak-anaknya: ”Jadilah
orang yang selalu menghargai orang lain.”
BAB
I VISI YANG BERAWAL DARI NAHAKRAMO
Marthin Billa berkata, “Kunci utama untuk memahami pemimpin,
terletak pada visinya.” Marthin Billa membuat refleksi tentang visi yang
menyemangati daya juang kakeknya dengan mengatakan,
Visi adalah ciri
utama seorang pemimpin. Kisah munculnya pemimpin-pemimpin besar berawal dari
keberhasilannya membangun, mempertahankan dan menggerakkan visi. Kunci utama
untuk memahami pemimpin, terletak pada visinya.
Mencermati kehidupan
serta kepemimpinan Billa Larung, maka warisan kepemimpinan yang telah
mengkristal itu dapat dikategorikan didalam tiga sisi, yaitu: Kepribadian,
Pengabdian dan Kepemimpinan. Pertama,
Kepribadian. Pendeta Billa Larung selalu berupaya menanamkan kebenaran yang
terfokus pada membangun kepribadian Kristen yang berintegritas teguh.
Faktor-faktor penting yang mewarnai kehidupan dan kepribadian Kristen ini,
adalah antara lain: a) Pendeta Billa Larung sebagai seorang pemimpin rohani
selalu menekankan sikap “mengutamakan
TUHAN Yesus Kristus” dalam segala kehidupan; b) Pendeta Billa Larung juga
menekankan pentingnya disiplin
memegang dan melakukan prinsip Firman TUHAN sesuai ajaran Kitab Suci Alkitab.
Sebagai contoh, hasil buruan yang diperolehnya selalu dibagikan terlebih dahulu
kepada anggota Jemaat yang memerlukan, dan sisanya barulah untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya (Galatia 6:1-10). Ia juga menekankan sikap rendah hati dan
tidak mementingkan diri sendiri sebagaimana seharusnya bagi seorang bagi
seorang Kristen (Filipi 2:3-5). Mengasihi dan mengampuni sesama ini haruslah dilakukan dengan “tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan,” seperti yang diajarkan oleh Yesus Kristus (matius
7:12; 5:38-48); c) Pendeta Billa Larung
juga menekankan kesetiaan dalam rumah
tangga dan tekun memperjuangkan kepentingan keluarga dengan bekerja keras.
Pendeta Billa Larung sebagai Pendeta yang bersikap tegas menunjukkan bagaimana
mereka membangun keluarga yang harmonis serta melayani jemaat.
Kedua,
Pengabdian. Pendeta Billa Larung sangat menyadari bahwa pelayanan yang
diembannya harus dilakukan dengan sikap mengabdi
dan melayani berdasarkan kasih
(Markus 10:41-45). Pendeta Billa Larung biasanya mengingatkan agar belajar dari
Yesus Kristus dan melakukan ajaran-Nya dalam Injil yang mengatakan, “Belajarlah dari pada-Ku karena Aku lemah
lembut dan rendah hati” (Matius 11:28-30). Hidup di dalam kebenaran ini
dibuktikannya dengan “membawa damai kepada sesama” (Matius 5:9; Yohanes 14:27;
Yesaya 32:1-2,8,17). Ia juga selalu mengatakan “upayakan perdamaian” dan
“jadilah berkat” kepada sesama. Sikap lain yang tidak kalah penting yang
diajarkan Billa Larung ialah memiliki hati
yang terbuka dengan rasa sudi untuk menolong tanpa pamrih. Ia juga memberi
contoh tentang itikad baik untuk melayani
daripada dilayani dan suka selalu memilih untuk menopang dan memperjuangkan pemenuhan kebutuhan. Sikap ini
diwujudkannya dengan kemauan baik untuk terus berbagi kepada orang lain.
Ketiga,
Kepemimpinan. Sikap beliau sebagai pemimpin rohani yang berupaya membuktikan
diri sebagai Bapak bagi anggota-anggota Jemaatnya ini dilakukannya dengan cara
meneguhkan, antara lain sebagai berikut ini: a) Pendeta Billa Larung sebagai
seorang “pemimpin rohani,” selalu berusaha untuk mengedepankan faktor iman di atas segalanya dalam mengisi kehidupan
dan pelayanan. Dalam kesulitan sekalipun, beliau mengedepankan tuntutan Firman
untuk mendahulukan pelayanan kepada orang lain. Ia selalu mengatakan “Dahulukan kehendak TUHAN, karena TUHAN-lah
yang akan mencukupkan (Matius 6:33); b) Pendeta Billa Larung sewaktu mengupayakan
penanganan ancaman kelaparan yang dialami masyarakat dan Jemaat, ia selalu
bersikap: “Memberi apa yang ada dan
berbagilah, TUHAN akan membalas
mencukupkan dan Ia akan membalas mencukupkan dan Ia akan membalas kepada kita
dengan memberikan yang terbaik.”; c) Pendeta Billa Larung berupaya mendidik keluarga dan Jemaat untuk
mencukupkan diri atau berpada, yaitu
“selalu merasa cukup” dengan apa yang ada.
BAB II
MELETAKKAN LANDASAN MENGEMBANGKAN PEMIMPIN VISIONER TRANSFORMATIF FUTURISTIK
ANDAL
Marthin Billa mengatakan,
“Saya mempunyai tanggung jawab besar
untuk membangun masyarakat dan daerah yang sangat tertinggal dalam segala
aspek. Saya akan sangat bangga melihat masyarakat dan daerah saya maju.
Aspek-aspek kompetensi
yang meliputi integritas, kapasitas, dan kapabilitas. Ketiga aspek dari
kompetensi dasar ini selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut:
Integritas
adalah
landasan terkuat bagi kredibilitas etika, moral, sifat, sikap kata dan
perbuatan atau tindakan yang berhubungan erta dengan nilai-nilai kehidupan
setiap orang. Sumber otoritas integritas terpenting adalah TUHAN Allah, Kitab
Suci, orangtua, tetua adat, guru. Sumber otoritas inilah yang memberikan nilai dasar hidup bagi diri setiap orang.
Implikasi dari hal dan atau faktor nilai dasar hidup yang merupakan warisan
yang sangat berpengaruh dalam kehidupan setiap orang dapat diurutkan sebagai
berikut ini: Pertama, Nilai-nilai
kehidupan yang diwariskan akan meneguhkan untuk berjuang, bertekun, maju dan
berhasil, sehingga setiap orang sesunguhnya dapat bersikap teguh dan menjadi
contoh yang hidup bagi keluarga, kelompok dan masyarakat banyak, agar mereka
sadar dan bangkit bahwa mereka juga dapat memberikan yng terbaik bagi siapa
saja. Kedua, Pendidikan adalah sarana
yang sangat penting untuk membangun, memelihara dan meneruskan nilai-nilai
luhur kehidupan. Ketiga, secara
khusus dapat dikatakan bahwa pendidikan berbasis nilai luhur keluarga dan
otoritas spiritualitas pada tingkat tertentu dapat meneguhkan untuk
menghasilkan manusia berakhlak mulia, cerdas dengan kompetensi tinggi.
Istilah kapasitas atau capacity dalam Teori
Pengembangan Kepemimpinan harus dipahami dari dua sisi. Pertama, yang dimaksudkan dengan
kapasitas adalah “potensi lengkap” dari seseorang pemimpin yang menjelaskan
mengenai kelengkapan dirinya yang membuatnya kompeten sebagai seorang pemimpin.
Dalam penggunaan kapasitas ini, apabila seseorang pemimpin disebut
berkapasitas, berarti ia memiliki “kemampuan pengetahuan andal sebagai dasar
bagi kapabilitasnya.” Kedua, istilah
kapasitas digunakan untuk menjelaskan tentang “isi atau konten dari otak
seseorang” yang berisi pengetahuan.
Istilah kapabilitas dalam tulisan ini adalah kemampuan untuk berbuat, atau keandalan
untuk melakukan pekerjaan. Kemampuan berbuat ini menjelaskan tentang “kadar
kecakapan” atau “keahlian” yang menyentuh dua sisi, yaitu kecakapan sosial dan kecakapan
teknis. Kecakapan sosial
menjelaskan tentang kemampuan untuk menyikapi serta mengembangkan
hubungan-hubungan personal, sosial maupun professional dalam lingkup kehidupan
umum dan kepemimpinan. Kecakapan teknis
pada sisi lain, juga dibangun di atas kapasitas pengetahuan tentang faktor-faktor
manajerial.
Peluang bagi Marthin
Billa menjadi anggota PASKIBRAKA sebagai pelajar
teladan adalah afirmasi dari Tuhan Allah bagi kebenaran visi masa depan
yang ditanamkan di dalam hati kakek Larung Ajan dan diteruskan kepadanya.
Menjadi Pelajar teladan, anggota PASKIBRAKA tahun 1973 adalah victorius moment yang memberikan reinforcement kepemimpinan kepada
Marthin Billa. Pengalaman belajar ini bukan saja sebagai suatu penghargaan,
tetapi memberikan “victorius experience”
(pengalaman keberhasilan). Victorius experience inilah yang meneguhkan Marthin
Billa dengan “victorius spirit” yang
memberikan keyakinan penuh bahwa tidak ada hal yang tidak bisa diraih yang
dibangun di atas visi yang jelas, integritas, ketekunan dan kerja keras dan
perjuangan yang gigih. Marthin Billa selama ini yang membangun dalam dirinya karakter seorang entrepreneur. Karakter
entrepreneur ini ditandai oleh faktor kemandirian,
yang menunjuk kepada adanya nilai entrepreneur yaitu antara lain: Berani berpikir unggul; berani bersikap unggul dengan menangkap
peluang; dan berani bertindak dengan
kepiawaian merekayasa cara (yang menggunakan strategi dan taktik) unggul.
BAB III MENEGUHKAN PEMIMPIN VISIONER TRANSFORMATIF
FUTURISTIK DENGAN KINERJA UNGGULAN
Marthin Billa
menetapkan sikap (attitude) awal
yaitu melakonkan perannya sebagai
pemimpin efektif yang dapat memenuhi
harapan dan kebutuhan masyarakat (quality role model). Marthin Billa menetapkan
untuk mengedepankan komitmennya
membangun masyarakat berlandaskan pengorbanan
dari semua segi kehidupan. Komitmen dirinya ini ternyata mendorong gairah
masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan sebagai respons atas
ketulusan, kesungguhan dan kemauan baik serta tindakannya.
Bagi Marthin Billa,
pemekaran Wilayah Kabupaten Bulungan ini adalah momentum bersejarah di mana Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
menetapkan untuk menunjuk dirinya sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten
Malinau. Melalui peran ini TUHAN akhirnya membuka jalan bagi Marthin Billa,
sehingga ia memperoleh kepercayaan masyarakat menjadi Bapati Malinau. Bupati
Marthin Billa menetapkan visi Pembangunan Kabupaten Malinau yaitu: “Menjadikan desa-desa di Kabupaten Malinau
menjadi Desa Mandiri pada tahun 2010 lewat Program Gerakan Pembangunan Desa
Mandiri” yang disingkat: GerBang
DeMa-GERBANG DEMA. Melalui Program GERBANG DEMA ini, Merthin Billa
berketetapan untuk “memberdayakan
masyarakat, meningkatkan kesejahteraan mereka dan memajukan daerahnya, serta
menjaga keamanan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bagi kebanyakan orang ,
menyelesaikan tugas dari suatu jabatan merupakan beban berat, karena faktor
“post power syndrome” (sindroma sesudah
berkuasa) dan ekses lain yang mengikutinya. Setelah menyelesaikan
kepemimpinannya dengan benar dan baik sebagai Bupati Malinau, Marthin Billa
melanjutkan pengembaraan kepemimpinannya dengan mengambil Samarinda sebagi
pusat kegiatannya. Dari Samarinda inilah ia membuktikan diri sebagai entrepreneur sejati dengan jiwa kemandirian yang tinggi.
BAB IV MARTHIN
BILLA SUATU MODEL PEMIMPIN TRANSFORMATOR FUTURISTIK DENGAN FALSAFAH
KEPEMIMPINAN UNGGUL
Unsur Destini Azali ini
terfokus kepada pembentukan format diri.
Format diri yang dimaksudkan disini, berarti “bentuk kepribadian yang menggambarkan hakikat personalitas dengan kadar
sifat, keteguhan, kekuatan dan keanggunan nilai kehidupan yang terbentuk dalam
diri serta mempengaruhi karakter atau kepribadian setiap orang secara
menyeluruh yang diwarnai dengan nilai-nilai kehidupan.
Aspek Pengalaman Khas
Berbekas. Kehidupan Marthin Billa sebagai individu yang dibesarkan di dalam
keluarga hamba TUHAN yang melayani di
desa-desa sangatlah mempengaruhi hidup dan karirnya. Dari sejak dini, Marthin
Billa telah merasakan “pahitnya hidup” sebagai seorang anak pelayan TUHAN yang
hidup untuk melayani anggota jemaat, yang kebanyakan adalah orang-orang yang
berada di bawah garis kemiskinan pada masa itu. Afirmasi nilai itu ialah bahwa “perjuangan berlandaskan visi dan misiyang
jelas diisi dengan komitmen tinggi serta kerja keras dan kerja cerdas, baik
belajar maupun bekerja akan menghasilkan hasil nyata dalam kehidupan.”
Sikap positivisasi ini perlu didukung dengan komitmen yang dalam dan kuat untuk
menetapkan postur diri. Postur diri akan nampak dalam pencitraan melalui sifat,
sikap, pikiran perasaan , perkataan dan perbuatan. Salah satu contoh yang
menarik tentang kekuatan entrepreneurial ini ialah tentang kiprahnya membangun
Kaltim Aviation Holdings di Samarinda. Kaltim Aviation Holdings dalam kehidupan
dan karir Dr. Marthin Billa adalah cerita
baru yang sedang menuju ke suatu akhir yang kiranya “finishing well
seutuhnya.” Berdasarkan pengalaman
Marthin Billa yang biasa hidup dalam kesederhanaan ini, ia telah membuktikan
bahwa dengan belajar, setiap orang dapat menjadi mandiri dan dilengkapi untuk mengisi kehidupan secara
berkualitas.
Menurut Marthin Billa,
kriteria kepemimpinan visioner itu antara lain:
a.
Pemimpin visioner adalah pribadi yang
hidup dan berkembang di dalam keluarga yang berkualitas. Pemimpin yang
dibesarkan dalam keluarga yang sehat memiliki harga diri tinggi dengan gambaran
diri yang benar yang menggambarkan adanya mentalitas
pemenang pada dirinya, sehingga ia akan terbukti bersikap teguh sebagai
pemimpin sejati.
b.
Pemimpin yang visioner memiliki kharisma
kepemimpinan dengan benar, baik dan sehat. Kharisma kepemimpinan inilah yang
menyiapkan kapasitas khusus yang meneguhkan pemimpin untuk berkiprah dalam
kepemimpinannya secara berkualitas dan berhasil.
c.
Pemimpin visioner memiliki integritas
teguh. Pemimpin visioner adalah pribadi yang membangun dirinya di atas
integritas yang teguh. Integritas diri ini menyebabkan pemimpin memiliki
ketahanan wtika-moral yang ditandai dengan komitmen yang teguh dan dalam
sehingga ia rela berkorban, bersikap altruis serta siap untuk bekerja keras
membangun orang banyak.
d.
Pemimpin yang visioner mampu
mengembangkan kehidupan ekonominya sehingga ia menjadi sejahtera. Pemimpin
visioner dalam hal ini terbukti mampu mengembangkan kehidupan ekonominya
sebegitu rupa sehingga ia siap dan dapat membantu orang lain.
e.
Pemimpin visioner melahirkan pemimpin
baru. Pemimpin yang visioner harus melahirkan pemimpin baru untuk meneruskan
estafet kepemimpinan.
f.
Pemimpin visioner memiliki jejaring
sosial yang luas. Pemimpin visioner haruslah mampu untuk mengembangkan jejaring
sosial kemasyarakatan sebagai bagian dari upaya menopang kepemimpinannya.
g.
Pemimpin visioner memiliki kemandirian
tinggi. Pemimpin yang visioner sesungguhnya memiliki kemandirian tinggi sebagai
ciri entrepreneurial.
BAB V MARTHIN
BILLA DENGAN FALSAFAH KEPEMIMPINAN VISIONER TRANSFORMATIF FUTURISTIK UNIK
“Pemimpin adalah dia yang melayani bukan
dilayani, yang mampu membuktikan diri sebagai orang yang tangguh yang dapat
melewati banyak tantangan, kejatuhan serta kegagalan dan bangkit kembali. Baginya, pemimpin adalah tanggung jawab
pengabdian yang tiada henti, yang akan terus mengalir bersama
perubahan”(Marthin Billa).
Marthin Billa dalam
kepemimpinannya telah membuktikan gaya kepemimpinan
yang melayani. Penekanan dengan melayani “leading by serving”. Penekanan
ini menggambarkan bahwa dalam upaya memimpin yang dilakukannya dapat dikatakan bahwa
“untuk
memimpin, ia melayani dan sementara melayani, ia memimpin.” Memimpin
dengan melayani ini didasarkan atas ajaran Yesus Kristus yang mengajarkan dalam
Injil bahwa “Anak manusia juga datang untuk melayani, bukan untuk dilayani”
(Markus 10:45).
Kebenaran tentang theistic orientation of leadership behavior yang
iterapkan oleh Marthin Billa ini berakar pada ajaran yang diterima dan dipahami
dari ayahnya, Pendeta Billa Larung, yang selalu mengajarkan kepada anak-anaknya,
“dahulukan TUHAN.” Ajaran Billa
Larung ini dibangun di atas kebenaran Injil “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua itu
ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Kebenaran Injil inilah yang dipegang
teguh oleh Marthin Billa sebagai motto kehidupan dan kepemimpinannya. Sikap
mendahulukan TUHAN ini memberikan kekuatan
spiritualitas kepada Marthin Billa yang pada gilirannya mempraktikkan bahwa
“Permulaan hikmat adalah takut akan
TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian” (Amsal 9:10). Sikap
ini juga memberikan kekuatan integritas yang
ditandai oleh hikmat yang ada pada
Marthin Billa, yang meneguhkannya untuk membenarkan kebenaran Sabda Allah, “Sesungguhnya takut akan TUHAN itulah hikmat,
dan menjauhi kejahatan itulah akal budi” (Ayub 28:28).
Keluarga Marthin Billa
menegaskan prinsip mereka membangun keluarga berdasarkan Injil dengan
mengatakan, “Prinsip kami membangun keluarga ini dapat diringkas sebagai
berikut: “Iman, krja keras dan keteladanan.” Pertama, Iman berarti mengutamakan TUHAN (Matius 6:33) dan bersandar
pada Allah sepanjang kehidupan keluarga kami dari segala aspek kehidupan
(Filipi 4:13). Kedua, Bekerja keras
untuk menggapai prestasi. Kenyataan hidup sangatlah menuntut bahwa “prestasi
hidup dan kerja hanya dapat dicapai secara maksimal apabila kita bekerja
keras.” Ketiga, keteladan hidup
diwujudkan dengan menjadi contoh, mulai dari rumah ke rumah sampai ke tempat
kerja.
Pengabdian Marthin
Billa sebagai pemimpin yang terfokus kepada membangun masyarakat ini
diwujudkannya dengan “sikap melayani” yang diawalinya dengan menetapkan
beberapa hal penting: Pertama,
Marthin Billa menegaskan komitmennya bahwa ia adalah “Pelayan Masyarakat”
(civil servant) di mana ia ada sebagai pemimpin untuk melayani mereka. Secara
pribadi, ia menolak untuk bersikap sebagai bos yang menuntut untuk dilayani
masyarakatnya. Ia sangat menyadari kebenaran Prinsip Emas yang menegaskan,
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki
supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”
(Matius 7:12).
Pendekatan bottom
up-top down yang diterapkan Marthin Billa ini juga didukung oleh sikap
kepemimpinan dan subgaya kepemimpinannya
yang demokratis, akomodatif, partisipatif, kolaboratif, serta insipiratif yang
bertarget kepada sukses dalam seluruh proses kepemimpinannya, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut: 1) demokratis. Marthin Billa menekankan prinsip
demokratis yang taat hukum dalam kepemimpinannya. Prinsip ini diterapkan dengan
memberikan tempat seluas-luasnya kepada para bawahannya bahkan anggota masyarakat
untuk mengemukakan pendapat mereka melalui forom resmi atau pendekatan pribadi
dilandasi penuntun yang jelas; 2) Akomodatif. Gaya akomodatif adalah pendekatan
berbasis sikap terbuka untuk menerima gagasan, nasihat dan pendapat serta
aspirasi yang diajukan oleh orang yang dipimpin. Fokus kepemimpinannya adalah kemandirian masyarakat dalam membangun daerah di semua sector
pembangunan; 3) Partisipasif. Pendekatan partisipatif yang diterapkan Marthin
Billa dalam kepemimpinannya didasarkan atas kesadaran bahwa pembangunan hanya
dapat dilaksanakan dengan benar apabila ada partisipasi
aktif dari masyarakat. Hal ini ditegaskan Marthin Billa sendiri yang
mengatakan “Pembangunan tanpa partisipasi masyarakat akan menimbulkan
ketergantungan” kepada pemerintah dan pihak luar; 4) Kolaboratif. Bupati
Marthin Billa sesungguhnya sangat piawai dalam kolaborasi mewujudkan hasratnya
membangun daerah. Pendekatan kolaboratif ini dilakukan oleh Marthin Billa
berlandaskan kesadaran bahwa adalah “lebih baik melibatkan peran serta banyak
pihak dalam membangun Kabupaten Malinau yang dipimpinnya guna mensegerakan
proses pembangunan”; 5) Inspiratif. Menjelaskan tentang sikap insipiratif dari
Marthin Billa, Pendeta Elly Djuk, M.Div mengatakan, “Saya sangat terkesan dengan kemampuan sahabat saya ini dalam memimpin.
Dia pandai membangkitkan semangat
orang untuk bekerja dan meningkatkan kreativitas. Marthin Billa pandai mengatur
waktu, memanage kegiatan dan
mengorganisasikan baik orang, kegiatan dan lainnya”; 6) Target sukses.
Marthin Billa adalah pemimpin yang
bertujuan yang selalu mencanangkan tujuan kerja dengan target yang jelas.
Kesuksesan Marthin Billa dibangun di atas sikapnya yang selalu menargetkan
sukses dalam kepemimpinannya; 7) Orientasi kerja. Terlaksananya rencana kerja
yang dibangun di atas visi dan misi yang jelas adalah bekerja atau bertindak.
Sebuah pernyataan yang diungkapkan secara anonym
menegaskan, “Jangan mengharapkan sesuatu terjadi apabila Anda tidak melakukan
apa-apa.” Pernyataan David K. Hatch yang menyatakan, “Pekerjaan membawa impian menjadi tindakan. Keberhasilan sejati diraih
dengan keringat.” Dalam hubungan ini, dapatlah dikatakan bahwa Marthin
Billa sebagai seorang pribadi telah membangun dirinya sebagai manusia pekerja sejak usia dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar