Good News

Sabtu, 21 Maret 2015

Enam Langkah Praktis untuk Hidup Baru by Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Enam Langkah Praktis untuk Hidup Baru
Tanggal                :  20 Oktober  2013
Nats                     :  Efesus 4:25-5:4
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang langkah-langkah praktis untuk menjalani hidup baru dalam Kristus supaya jemaat Tuhan berkenan di hadapan Allah dan menyukakan Roh Kudus

Bila kita membaca perikop nats Efesus 4:25-5:4 maka Paulus menuliskan natas ini dalam bentuk nasihat praktis untuk kehidupan orang percaya yang memulai kehidupan baru dalam kebenaran kekudusan-Nya. Kekudusan bukanlah pengalaman mistis dalam berhubungan dengan Allah, dan tidak terisolasi dari manusia lain. Kita mustahil menjadi kudus dalam kevakuman, melainkan dalam dunia riil dan sesama dengan siapa kita bersosialisasi dan berinteraksi. Dalam setiap langkah praktis dikemukakan keseimbangan antara larangan dan perintah. Tidak cukup hanya menanggalkan hidup lama, kita juga harus mengenakan hidup baru. Ada enam langkah praktis hidup baru berdasarkan nats ini yaitu:
Pertama, buanglah dusta dan berkatalah benar (ay. 25). Disini Paulus mungkin merujuk kepada “dusta besar”, yaitu menyembah berhala (bdg. Rm. 1:25). Alasan yang diberikan Paulus bukan hanya bahwa orang lain adalah sesama kita yang menurut Alkitab wajib kita kasihi, tetapi juga karena dalam dalam jemaat hubungan antar anggota jemaat lebih akrab lagi, karena kita adalah sesama anggota. Pendusta merongrong persekutuan, tapi orang yang berkata benar mengukuhkan persekutuan. Kedua, janganlah menuruti amarah, tapi marahlah tanpa menimbulkan dosa (ay. 26-27, bdg. Mzm. 4:5). Dalan Efesus 4:31 dengan tegas menekankan bahwa kemarahan dan beberapa hal lain harus dibuang, maksudnya amarah yang tidak adil yang dapat berbuah dosa dan egoisme. Ketiga, jangan mencuri, bekerjalah dan melayanilah (ay. 28). Pencuri merugikan masyarakat, tetapi orang jujur menopang masyarakat dan hanya Kristus yang dapat mengubah pencuri menjadi pemberi!. Keempat, bicara demi Tuhan, bukan demi Iblis (ay. 29-30). Jadi janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu. Yesus juga mengajar perihal pentingnya perkataan (Matius 12:36). Kelima, santun, ramah dan belas kasih (4:31-5:2). Dalam ayat-ayat tersebut ada enam sifat jelek itu, namun kita haruslah ramah, saling mengampuni dan mengasihi. Keenam, jangan bergurau tentang seks, tapi mensyukurinya. Paulus menganjurkan untuk mengucapkan syukur.  Bersyukurlah mempertahankan nilai seks sebagai berkat dari Khalik yang penuh kasih. [1]


[1] John W.R. Stott, Efesus (Jakarta: Yayasan Binah Kasih/OMF, 2003),  178-186.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar