Tema Khotbah : Ketaatan atau
Pemberontakan
Tanggal : 24 November 2013
Nats : Kejadian 3:1-6
Tujuan : mengajarkan jemaat tentang makna ketaatan dan pemberontakan kepada Allah
dan akibatnya supaya jemaat hidup kudus dan taat di hadapan Allah
Akhir-akhir ini kita
banyak mendengar tentang perpecahan dalam gereja yang ditimbulkan oleh berbagai
kepentingan dalam jemaat, bahkan oleh hal-hal yang sepele seperti tersinggung
dan perbedaan pendapat, doktrin dan keinginan. Namun stelah diselidiki apa yang
terjadi dalam kehidupan berjemaat telah terjadi pemberontakan terhadap otoritas
atau pemimpin rohani yang dianggap bukan suatu dosa yang harus diperhatikan.
Gereja ada dalam kekuasaan Allah dan bukan tempat organisasi tetapi tempat
kekuasaan Allah.
Dalam urutan penciptaan
Allah, Allah terlebih dahulu menciptakan Adam kemudian baru Hawa. Allah
menetapkan Adam menjadi kuasa dan menghendaki Hawa taat di bawah kekuasaan Adam.
Diantara kedua orang ini, Allah telah menetapkan seorang menjadi kuasa dan seorang taat kepada kuasa. Hal
yang pertama, kita harus taat kepada
otoritas di atas kita baik pemimpin maupun kuasa di atas kita dalam hal ini
mereka adalah wakil kekuasaan Allah di bumi. Siapa yang menjadi pemimpin kita
maka kita harus taat kepadanya dan apabila kita tidak taat maka kita telah
melakukan pemberontakan walaupun hal-hal yang sepele sekali pun. Kejatuhan
manusia berasal dari ketidaktaatan kepada kekuasaan Allah. Tanpa bertanya dulu
kepada Adam, Hawa sudah memutuskan seniri; melihat buah itu indah dipandang dan
enak dimakan, ia lalu memutuskan dan bertindak sendiri. Jadi, perbuatan Hawa
memakan buah itu bukan berasal dari ketaatan, melainkan dari keputusannya
sendiri. Hawa tidak saja melanggar perintah Allah, tetapi juga tidak taat kepada
kekuasaan Adam. Memberontak kepada wakil kekuasaan Allah berarti memberontak
kepada Allah sendiri. Hal yang kedua,
segala keputusan di dalam hidup ini haruslah mendapat persetujuan otoritas atau
wakil kekuasaan Allah dan Allah sebagai otoritas tertinggi. Misalnya kita telah
menjadi pekerja gereja dan ketika akan mengambil keputusan mengenai pelayanan
gereja maka gembala harus menyetujuinya. Jadi, pekerjaan orang Kristen harus
dikerjakan berdasarkan ketaatan, Tidak ada yang berasal dari inisiatif kita
sendiri, segalanya hanya berupa “respon atau tanggapan”. Tidak ada satu pun
yang berasal dari diri sendiri, semua harus berasal dari Allah. [1]
[1] Watchman Nee, Kekuasaan dan Ketaata, Cet. Ke-6
(Surabaya: Yayasan Perpustakaan Injil, 2012), 19-21.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar