1. Ada pertanyaan klasik yang selalu ditanyakan dalam setiap
menyambut Natal, apakah benar Yesus lahir tanggal 25 Desember?
Tentu saja Yesus tidak lahir di tanggal itu, dikarenakan
dalam catatan Injil Lukas pasal 2 bahwa ada gembala yang menjaga kawanan domba
di padang. Di negeri yang dingin seperti Betlehem dan Israel pada umumnya, maka
musim gembala bermalam dengan ternaknya di padang terjadi pada bulan April
sampai September saja. Hal lain adalah sensus penduduk tidak lazim dilakukan
pada musim dingin karena banyak kesulitan dan hambatan yang terjadi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Yesus tidak lahir tanggal 25 Desember melainkan antara April
sampai September. Tanggalnya tidak dapat dipastikan, karena para ahli Alkitab
berbeda pandangan tentang tanggal kelahiran Yesus.
2. Jika demikian, apa dasarnya melaksanakan perayaan Natal?
Tentu tidak ada perintah khusus untuk merayakan kelahiran
Yesus dalam Alkitab. Tetapi orang percaya yang membaca empat Injil mempercayai
bahwa Yesus di suatu masa datang ke dalam dunia dan menjadi manusia. Dia
memasuki sejarah dalam waktu. Maka orang yang membaca kitab Suci dan
mempercayainya ingin merayakan kedatanganNya lewat ibadah penghayatan akan
kelahiran Yesus. Itulah Natal yang dalam bahasa Inggris disebut Christmas yaitu
mass of Christ atau misa/ibadah mengenang kelahiran Yesus. Itu baik sekali
karena kedatanganNya tidak boleh dianggap hal biasa tapi istimewa bagi iman
orang Kristen.
Di samping itu yang sejajar dengan perayaan Natal tanggal 25
Desember adalah hari raya Hanukkah bagi orang Yahudi, di mana mereka merayakan
bahwa umat sudah bisa menyembah kembali di rumah Tuhan. Jadi relevansinya
adalah bahwa baik Kristen maupun Yahudi sama-sama menghayati tentang
keselamatan dan pemulihan yang datang dari Tuhan di waktu yang sama.
3. Bagaimana sampai dirayakan tanggal 25 Desember padahal
Yesus tidak kahir waktu itu?
Perayaan misa Natal baru dirayakan abad ke-4 yaitu di tahun
336 oleh Kaisar Konstantin di Roma. Beberapa tahun kemudian Paus Julius I
mengesahkan 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Latar belakangnya adalah
orang Roma di tanggal 25 Desember merayakan Hari Saturnalia yaitu penyembahan
kepada Dewa Matahari. Setelah kekaisaran Roma menjadi Kristen, maka perayaan
itu diganti dan diubah dengan perayaan mengenang Yesus sang pemberi terang.
Jadi jangan salah mengerti, orang Kristen tidak mengambil perayaan pra-Kristen
itu dimasukkan ke dalam gereja. Bukan begitu penjelasannya. Perayaan Natal
justru menghilangkan sesembahan mereka dan diganti dengan menyembah Yesus. Jadi
Yesus adalah sumber terang dan memberikan terang kepada manusia sebagai pusat
perayaan itu.
Banyak yang tidak mau merayakan Natal karena dianggap hari
raya kafir. Salah sekali. Semua hari adalah harinya Tuhan dan adalah sah jika
orang Kristen menggantikan sebuah perayaan dan menjadikan perayaan Kristen
serta memberikan makna baru. Sama seperti hari raya pengucapan syukur panen
dalam budaya-budaya Indonesia. Awalnya itu adalah hari syukur kepada Dewi
Kesuburan yang membuat panen berhasil. Maka ketika agama Kristen datang,
perayaan itu diganti menjadi hari syukur kepada Kristus pemberi berkat hasil
pertanian. Jadi bukan mengadopsi hari raya mereka dan dimasukkan dalam
kepercayaan Kristen. Itu sinkretisme namanya. Tapi jika menggantinya itu
disebut kontekstulisasi dan itu dibenarkan.
4. Jika demikian, apakah boleh merayakan Natal tidak tanggal
25 Desember?
Tentu saja bisa. Orang Kristen ortodoks merayakan Natal
tanggal 6 Januari. Jika ada yang merayakan Natal bulan April sampai September,
sah-sah saja sepanjang gereja Anda sepakat akan hal itu. Ada komunitas orang
Kristen di China yang merayakan kelahiran Yesus pada bulan Agustus.
5. Mengapa Alkitab tidak jelaskan saja tanggal kelahiran
Yesus supaya pasti?
Salah satu alasan mengapa tidak ada tanggal pasti tentang
kelahiranNya karena Dia tidak mau manusia mengkultuskan tanggal tertentu.
Penghayatan akan kedatangan Kristus dapat dilakukan setiap saat. Jika akhirnya
dipilih tanggal 25 Desember maka itu bertujuan untuk dalam suatu masa, umat
Tuhan harus mensyukuri keselamatan yang Tuhan beri lewat kedatanganNya ke dalam
dunia.
KedatanganNya adalah untuk menyatakan bahwa Dia adalah
terang dunia dan terang itu sudah mengalahkan kegelapan (Yohanes 1:1-5). Itu
inti Natal dan ketika mengganti perayaan 25 Desember sebagai hari kelahiran
Kristus, maka manusia diharapkan tidak memuja dan memberhalakan terang ciptaan
dalam hal ini matahari, tetapi mempercayai Tuhan yang menyatakan Yesus ke dalam
dunia sumber terang sejati di tengah kegelapan dosa manusia (DR).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar