Good News

Selasa, 20 Desember 2016

Santa Klaus oleh Daniel Ronda

Beberapa tahun lalu dalam sebuah perayaan Natal di kota Makassar, saya diundang sebagai pembicara. Dalam ibadah perayaan ada persembahan lagu dari anak-anak panti asuhan. Mereka menyanyi dalam bahasa Inggris dengan bagus, tapi yang membuat tersenyum kecut ketika mereka menyanyi seperti ini:

I saw Mommy kissing Santa Claus (sekaligus judulnya)
Underneath the mistletoe last night.
She didn't see me creep
down the stairs to have a peep;
She thought that I was tucked
up in my bedroom fast asleep.
Then, I saw Mommy tickle Santa Claus
Underneath his beard so snowy white;
Oh, what a laugh it would have been
If Daddy had only seen
Mommy kissing Santa Claus last night

Duh, saya tidak mengerti apa maksud di balik cerita lagu itu “kenapa ibunya mencium Santa Claus?”. Nanti saya nonton film tentang hal ini dengan judul yang sama, baru saya faham bahwa si Santa itu bapaknya
Santa Klaus sepertinya sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Natal. Apakah Santa Klaus memang bagian dari Natal? Harus ditegaskan bahwa Santa Klaus tidak berhubungan dengan Natal atau kelahiran Kristus dalam Alkitab. Maka tidak boleh ada Santa Klaus masuk dalam perayaan ibadah Natal termasuk asesoris topi merah kerucut yang sering dipakai para singers dalam ibadah. Jangan bawa Santa Klaus masuk gereja!
Namun kisah Santa Klaus bisa jadi inspirasi untuk berbuat kebaikan. Kisah ini berasal dari seorang bernama Bapak (atau Father atau Romo) Nicholas yang adalah Bishop di Myra, Asia Kecil (sekarang Turki) pada abad ke-4. Dia adalah seorang yang kaya raya karena warisan dari ayahnya yang memang kaya. Dia dikenal sebagai seorang yang baik hati dalam menolong orang miskin dan memberikan bantuan atau hadiah secara rahasia bagi orang yang memerlukan. Ada kisah yang menarik di mana ada ibu janda dengan ketiga anak perempuannya yang miskin tidak bisa menikah karena tidak punya mas kawin. Setelah didengar Nicholas, maka dia secara diam-diam memasukkan uang emas ke dalam rumah janda itu ditaruh di kaus kaki yang tergantung di tempat perapian. Demikianlah secara diam-diam membantu berturut-turut sampai ketiga anaknya menikah baru ketahuan bahwa Nicholas yang diam-diam membantu dengan uang emas untuk ketiga anaknya. Cerita kebaikan hati ini lalu menyebar dengan cepat dan setiap kali ada bantuan tak terduga datang, orang cepat mengasosiasikan dengan Bapak Nicholas.

Dia lalu diberikan status orang kudus atau Santo (Saint) bagi anak-anak dan juga para pelaut karena ada kisah di mana Bapak Nicholas pernah berdoa ketika perahu diombang-ambingkan badai dan gelombang besar yang karena doanya para pelaut selamat dan laut menjadi teduh.
Nicholas dipenjara dan mati secara martir dalam penganiayaan semasa Kaisar Diocletianus kira-kira 6 Desember 345 atau 352 (tidak diketahui dengan pasti) Tahun 1087 mayatnya dicuri dari Turki dan dibawa ke Bari, Italia dan disemayamkan di sebuah gereja dengan nama yang sama. Tiap tahun tanggal 6 Desember ada perayaan Santo Nicholas di Bari itu.
Dari situ lalu berpindah menjadi Santa Klaus. Bagaiman ceritanya? Setelah reformasi abad ke-16, gereja Kristen menolak semua yang berbau Katolik termasuk Santo Nicholas. Tapi masalahnya tiap Natal, anak-anak rindu dapat hadiah sebagaimana biasanya. Maka gereja-gereja di Inggris, Austria, Jerman, Belanda dan kemudian Amerika perlu menciptakan tokoh yang baik hati memberikan hadiah kepada anak-anak. Maka di Inggris diciptkan tokoh “Father Christmas” dan “Old Man Christmas”, di Austria dan Jerman diberi nama “Christkind” orang yang baik hatinya seperti Kristus. Sedang di Belanda dinamakan Sinterklaas dan di Amerika disebut “Kris Kringle” (artinya sama dengan Christkind). Ketika orang Belanda beremigrasi ke Amerika maka Sinterklaas menjadi populer di Amerika dan supaya lebih nyaman dipanggil Santa Klaus. Sejak itu populerlah nama Santa Klaus, si orang tua berjanggut putih serta berbaju merah kombinasi putih, si pemberi hadiah yang diam-diam tanggal 24 Desember malam hari, naik kereta rusa dari Kutub Utara, masuk lewat cerobong rumah yang ada anak-anaknya dan menyisipkan hadiah itu di kaus kaki dekat perapian. Besok tanggal 25 Desember pagi hari anak-anak berlari gembira mencari hadiah yang digantung di kaus kaki. Wouw alangkah menyenangkan!
Tentu kisah Santa Klaus hanya fantasi belaka. Ayah dan ibunya yang menaruh hadiah di kaus kaki itu. Apakah secara psikologis bahaya bagi anak-anak karena ada kebohonongan? Riset psikologi terbaru mengatakan bahwa sebenarnya tidak berbahaya bagi anak-anak karena mereka sebenarnya tahu dan orang tua yang baik pasti akan menjelaskan kebenaran. Namun fantasi anak ini membawa kebahagiaan yang tiada taranya.
Mengapa lalu menjadi meledak di seluruh dunia dan Santa Klaus menjadi simbol komersial dan banyak ditemukan di mal-mal dan iklan-iklan komersial? Adalah Coca Cola di tahun 1920-an menjadikan Santa Klaus model dari iklan mereka. Walupun baju merah dan putih itu bukan dibuat Coca Cola tapi perusahaan minuman inilah yang mempromosikan dan mempersepsikan Santa Klaus berbaju merah dan putih! Sampai hari ini Santa Klaus telah menjadi simbol komersial dan ini membuat kisah Santa Klaus sudah didominasi bisnis.

Santa Klaus adalah kisah orang baik yang menginspirasi kita untuk berbagi dan menolong orang miskin. Tapi dia tidak boleh dipuja dan diagungkan dalam ibadah-iabadah Natal. Dia tetap harus berada di luar gereja. Meskipun demikian, jika itu ditaruh di rumah dan menjadi inspirasi untuk berbuat kebaikan, maka itu sah-sah saja. Boleh taruh dekor Santa Klaus dan kaus kaki di rumah? Bisa saja, sekali lagi dengan penekanan sepanjang bukan disembah tapi sebagai inspirator untuk berbuat baik! Saya pun taruh sepasang kaus kaki merah di rumah, dan berharap ada yang mengendap-endap memasukkan emas ke dalamnya…. Hohohoho… Merry Christmas, sahabat! (DR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar