Good News

Selasa, 20 Desember 2016

Senjakala Kartu Natal oleh Daniel Ronda

Kebiasaan mengirim kartu Natal di Indonesia sudah mulai menurun drastis dalam sepuluh tahunan ini. Tradisi ini diganti dengan mengirim SMS, lalu sekarang lewat berbagai media sosial yang populer di Indonesia seperti Facebook, Twitter, Whatsapp, LINE, Instagram, dan seterusnya. Tidak tahu ke depan seperti apa nasib kartu natal ini. Memang isu lingkungan hidup seperti penggunaan kertas dapat diatasi tapi rasanya ada yang hilang ketika semakin tahun semakin sedikit terima kartu Natal. Tahun ini saya hanya terima 2 (dua) kartu, bayangkan hanya dua!
Tradisi mengirim kartu Natal dimulai di Inggris, ketika Sir Henry Cole seorang PNS diangkat untuk membantu memulai kantor pos di tahun 1840. Sir Henry merasa perlu untuk meningkatkan minat orang menggunakan pos yang sudah pakai kereta api dalam pengiriman. Maka dia menciptakan kartu Natal pertama dengan ongkos kirim (ongkir) 1 shilling atau 1000 rupiah saat ini. Tentu waktu itu masih mahal. Sejak itulah budaya berkirim kartu Natal meluas ke seluruh Eropa dan Amerika. Sejak saat itu pula berbagai model kartu Natal dibuat, mulai dari kartu bergambar cerita-cerita kelahiran dalam Alkitab, tradisi-tradisi seperti Santa Klaus dan pohon Natal, suasana pemandangan Natal yang bersalju, sampai gambar Natal dari berbagai negara secara kontekstual.
Memang senjakala kartu Natal tinggal menunggu waktu, karena orang sudah tidak akan mengirimkannya lagi. Namun ada beberapa manfaat dari mengirim kartu Natal:

1. Mengirimkan kartu Natal adalah tanda bahwa orang yang dikirimkan itu khusus buat Anda. Orang yang menerima akan merasa spesial setelah menerima kartu itu. Banyak kesan dari orang yang merasakan sukacita tatkala menerima kartu dibandingkan hanya menerima SMS atau media sosial lainnya.
2. Kartu Natal yang disertai kata-kata berkat dan tambahan surat “update” yang berisi pokok doa membuat yang menerimanya akan mendoakan Anda. Karena di malam Natal adalah tempat untuk memeriksa kembali siapa yang telah mengirimkan kartu dan berbagai berkat untuk didoakan.

Paling tidak walaupun kebiasaan berkirim kartu Natal sudah tidak tren lagi, yuk pertahankan kirim kartu Natal khususnya kepada orang yang khusus dalam hidup Anda dan dengannya bisa saling mendoakan. Kalau hanya SMS dan media sosial terasa kering karena bersifat massal dan umum yang di broadcast, apalagi hanya copas (copy paste), lalu lupa ganti nama pengirim pula. Tak berkesan! (DR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar