Good News

Selasa, 20 Desember 2016

Benarkah Yesus Lahir Di Kandang Binatang? oleh Daniel Ronda

Benarkah Yesus Lahir Di Kandang Binatang?
Daniel Ronda
Kitab Injil Lukas mencatat peristiwa kelahiran Yesus dibungkus dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan (Kitab Lukas 2:7). Catatan bersejarah ini menimbulkan berbagai tafsir tentang di mana sesungguhnya tempat kelahiran Yesus di Betlehem?
Tafsir pertama menyatakan bahwa dia lahir di kandang binatang atau paling tidak bekas kandang, karena tempat bayi Yesus ditaruh setelah lahir adalah di palungan, yaitu tempat makan hewan. Serta ditambah keterangan bahwa tidak ada tempat di rumah penginapan, maka itu diyakini bahwa Yesus lahir di kandang hewan. Tafsir ini terus berkembang bahkan sampai abad ke-12 dalam gereja, di mana salah satu ordo gereja Katolik yang menghayati hidup sederhana dan meneladani pengorbanan Yesus membuat dekorasi kandang masuk ke dalam gereja. Dekorasi ini dibuat dalam bentuk lukisan atau bentuk miniatur kandang yang dipajang dalam berbagai format kegiatan rohani termasuk Natal. Itu sebabnya sampai hari ini ada beberapa gereja yang tiap Natal menghias panggung gereja dengan dekorasi kandang hewan sebagai pengingatan akan pentingnya hidup sederhana.
Tafsir lainnya menyatakan bahwa belum tentu Yesus lahir di kandang binatang, karena Kitab Injil tidak ada menyebut secara gamblang tentang kandang hewan. Ada yang menyatakan Yesus lahir di rumah gua mengingat zaman itu banyak yang tinggal di gua-gua dan biasa dibuat sekat-sekat yang menyatu dengan tempat menaruh binatang. Ini yang menjelaskan mengapa Yesus ditaruh di palungan, karena di situ ada tempat untuk memberikan makan hewan sekalian. Itu yang diyakini Bapak Gereja Yustinus Martir (Justin Martyr) tentang kelahiran Yesus yang menumpang di rumah penduduk yang tinggal di gua di mana pekerjaannya adalah peternak dan petani. Maka jika kita ke Betlehem saat ini, kita akan diajak ke Gereja Nativity (Church of Nativity) yaitu tempat yang diyakini sebagai tempat Yesus lahir. Bentuknya seperti gua dan sudah menjadi gereja saat ini karena dibangun oleh perintah Konstantin Agung dan ibunya Helena di tahun 327.

Tafsir berikutnya adalah Yesus lahir di salah satu rumah orang-orang di Betlehem tapi tempat yang paling sederhana, karena tidak ada tempat penginapan. kata penginapan itu dalam Bahasa Yunani “Kataluma” yaitu artinya kamar untuk tamu (guest house). Itu bentuk keramahtamahan orang zaman dulu, di mana ada di sebagian rumah tempat dalam struktur rumah mereka tempat untuk tamu yang datang menginap. Jadi tempat penginapan bukan seperti hotel atau losmen sekarang ini seperti kata dosen Biblika Ben Witherington dari Asbury Theological seminary. Lebih lanjut dikatakan karena tidak ada tempat lagi untuk kamar tamu, maka ada tempat sederhana yang diberikan yaitu bagian rumah yang dalam kesederhanaan maka tempat makan ternaknya dipakai untuk menaruh Yesus. Dalam budaya waktu itu, amat tidak mungkin mereka hanya berdua dan melahirkan sendiri. Tentu ada sanak keluarga terdekat yang hadir serta membantu Maria dalam proses kelahirannya. Juga para gembala yang datang untuk menengok kelahiran Yesus karena penampakan Malaikat kepadanya. Jadi tidak benar bahwa Yusuf dan Maria kesepian dan mereka hanya bertiga di tempat sederhana. Budaya keramahtamahan Timur Tengah membuat kita susah memikirkan bahwa mereka sendiri tinggal di kandang (dari pendapat Kenneth Bailey, ahli Biblika yang membuat studi budaya Palestina)

Tafisr manakah yang sesungguhnya benar? Yang jelas Yesus tidak lahir di kandang binatang, karena Alkitab tidak mengatakannya. Tapi bisa jadi di gua atau bagian rumah yang paling sederhana dari salah satu penduduk di Betlehem. Jadi sebenarnya tidak penting apakah di rumah gua atau tempat yang sederhana, kelahiran Yesus ingin membawa pesan bahwa Dia datang dalam kesederhanaan dan pengorbanan. Maka itu yang harus menjadi gaya hidup orang Kristen yaitu hidup yang bersyukur, mengurangkan kompleksitas kebutuhan menjadi hidup yang simpel dan selalu berjuang menghancurkan kedagingan yang tidak pernah akan merasa cukup. Orang Kristen dalam merayakan Natal seharusnya merayakan dalam semangat kesederhanaan. Namun pada sisi lain kelahiran Yesus bukan lambang kesepian dan kesedihan, sebaliknya walaupun dalam kesederhanaan ada sukacita besar dalam keluarga dan komunitas. Maka perayaan Natal patut dirayakan dengan sukacita karena memang untuk itulah Yesus datang membawa sukacita bagi seluruh dunia! (DR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar