Benarkah Yesus Lahir Di Kandang Binatang?
Daniel Ronda
Kitab Injil Lukas mencatat peristiwa kelahiran Yesus
dibungkus dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan karena tidak ada
tempat bagi mereka di rumah penginapan (Kitab Lukas 2:7). Catatan bersejarah
ini menimbulkan berbagai tafsir tentang di mana sesungguhnya tempat kelahiran
Yesus di Betlehem?
Tafsir pertama menyatakan bahwa dia lahir di kandang
binatang atau paling tidak bekas kandang, karena tempat bayi Yesus ditaruh
setelah lahir adalah di palungan, yaitu tempat makan hewan. Serta ditambah
keterangan bahwa tidak ada tempat di rumah penginapan, maka itu diyakini bahwa
Yesus lahir di kandang hewan. Tafsir ini terus berkembang bahkan sampai abad
ke-12 dalam gereja, di mana salah satu ordo gereja Katolik yang menghayati
hidup sederhana dan meneladani pengorbanan Yesus membuat dekorasi kandang masuk
ke dalam gereja. Dekorasi ini dibuat dalam bentuk lukisan atau bentuk miniatur
kandang yang dipajang dalam berbagai format kegiatan rohani termasuk Natal. Itu
sebabnya sampai hari ini ada beberapa gereja yang tiap Natal menghias panggung
gereja dengan dekorasi kandang hewan sebagai pengingatan akan pentingnya hidup
sederhana.
Tafsir lainnya menyatakan bahwa belum tentu Yesus lahir di
kandang binatang, karena Kitab Injil tidak ada menyebut secara gamblang tentang
kandang hewan. Ada yang menyatakan Yesus lahir di rumah gua mengingat zaman itu
banyak yang tinggal di gua-gua dan biasa dibuat sekat-sekat yang menyatu dengan
tempat menaruh binatang. Ini yang menjelaskan mengapa Yesus ditaruh di
palungan, karena di situ ada tempat untuk memberikan makan hewan sekalian. Itu
yang diyakini Bapak Gereja Yustinus Martir (Justin Martyr) tentang kelahiran
Yesus yang menumpang di rumah penduduk yang tinggal di gua di mana pekerjaannya
adalah peternak dan petani. Maka jika kita ke Betlehem saat ini, kita akan
diajak ke Gereja Nativity (Church of Nativity) yaitu tempat yang diyakini
sebagai tempat Yesus lahir. Bentuknya seperti gua dan sudah menjadi gereja saat
ini karena dibangun oleh perintah Konstantin Agung dan ibunya Helena di tahun
327.
Tafsir berikutnya adalah Yesus lahir di salah satu rumah
orang-orang di Betlehem tapi tempat yang paling sederhana, karena tidak ada
tempat penginapan. kata penginapan itu dalam Bahasa Yunani “Kataluma” yaitu
artinya kamar untuk tamu (guest house). Itu bentuk keramahtamahan orang zaman
dulu, di mana ada di sebagian rumah tempat dalam struktur rumah mereka tempat
untuk tamu yang datang menginap. Jadi tempat penginapan bukan seperti hotel
atau losmen sekarang ini seperti kata dosen Biblika Ben Witherington dari
Asbury Theological seminary. Lebih lanjut dikatakan karena tidak ada tempat
lagi untuk kamar tamu, maka ada tempat sederhana yang diberikan yaitu bagian
rumah yang dalam kesederhanaan maka tempat makan ternaknya dipakai untuk
menaruh Yesus. Dalam budaya waktu itu, amat tidak mungkin mereka hanya berdua
dan melahirkan sendiri. Tentu ada sanak keluarga terdekat yang hadir serta
membantu Maria dalam proses kelahirannya. Juga para gembala yang datang untuk
menengok kelahiran Yesus karena penampakan Malaikat kepadanya. Jadi tidak benar
bahwa Yusuf dan Maria kesepian dan mereka hanya bertiga di tempat sederhana.
Budaya keramahtamahan Timur Tengah membuat kita susah memikirkan bahwa mereka
sendiri tinggal di kandang (dari pendapat Kenneth Bailey, ahli Biblika yang
membuat studi budaya Palestina)
Tafisr manakah yang sesungguhnya benar? Yang jelas Yesus
tidak lahir di kandang binatang, karena Alkitab tidak mengatakannya. Tapi bisa
jadi di gua atau bagian rumah yang paling sederhana dari salah satu penduduk di
Betlehem. Jadi sebenarnya tidak penting apakah di rumah gua atau tempat yang
sederhana, kelahiran Yesus ingin membawa pesan bahwa Dia datang dalam
kesederhanaan dan pengorbanan. Maka itu yang harus menjadi gaya hidup orang
Kristen yaitu hidup yang bersyukur, mengurangkan kompleksitas kebutuhan menjadi
hidup yang simpel dan selalu berjuang menghancurkan kedagingan yang tidak
pernah akan merasa cukup. Orang Kristen dalam merayakan Natal seharusnya
merayakan dalam semangat kesederhanaan. Namun pada sisi lain kelahiran Yesus
bukan lambang kesepian dan kesedihan, sebaliknya walaupun dalam kesederhanaan
ada sukacita besar dalam keluarga dan komunitas. Maka perayaan Natal patut
dirayakan dengan sukacita karena memang untuk itulah Yesus datang membawa
sukacita bagi seluruh dunia! (DR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar