Pohon Natal
Daniel Ronda
Hampir semua rumah orang Kristen di hari Natal memasang
pohon Natal sebagai simbol memperingati hari kedatangan Yesus Kristus, sang
Juruselamat ke dalam dunia. Tapi dari mana asal muasal pohon Natal itu dan apa
sebenarnya makna dekorasi Natal ini? Apakah diperbolehkan pasang pohon Natal,
karena ada yang melarang dianggap dari agama kafir pra Kristen?
Secara tradisi disebutkan bahwa menaruh pepohonan dan daun
serta mendekornya pada hari raya tertentu di dalam pada masa pra Kristen di
Eropa adalah hal yang biasa, misalnya hari raya Saturnalia dan lainnya.
Tujuannya untuk mengusir roh jahat dari rumah-rumah mereka. Walaupun daun dan pepohanan
yang sudah didekorasi itu merupakan cara berpikir agama pra Kristen,
Kekristenan tidak mengadopsi dari mereka ketika menggunakan pohon Natal ini.
Orang Kristen mengambil pohon Natal ini yaitu pohon cemara atau pinus dengan
maksud berbeda dan tidak dipakai untuk mengusir setan. Pohon pinus diambil
karena daunnya abadi alias tidak gugur pada musim dingin sehingga disebut
“evegreen tree” yang menyimbolkan kasih Tuhan yang abadi. Bentuknya kalau
dilihat dalam dua dimensi seperti segitiga yang menggambarkan kasih abadi dari
Allah Tritunggal kepada manusia. Lalu di pohon dipasang bintang atau Malaikat
surga menggambarkan peristiwa-peristiwa yang menyertai kelahiran Yesus di mana
ada bintang yang menuntun orang majus dan penampakan Malaikat kepada gembala.
Awalnya pohon asli itu ditaruh buah apel yang menggambarkan
buah dari pohon terlarang di taman Eden yang mengingatkan bahwa kedatangan
Yesus karena dosa manusia. Sekarang buah sudah diganti dengan bola-bola
warna-warni. Di masa awal pada pohon ditaruh wafer (roti) yang menyimbolkan
pengorbanan Yesus dalam perjamuan kudus. Setelah dibawa ke Amerika maka kaum
Moravianlah yang awalnya menaruh lilin untuk menggambarkan terang keselamatan
untuk bangsa-bangsa, di mana sekarang sudah diganti dengan lampu kelap-kelip
dari tenaga listrik.
Asal-usul masa awal penggunaan pohon Natal tidak diketahui
tanggalnya dengan pasti, tapi kira-kira jejaknya ditemukan pada abad ke 16
sebagai catatan temuan yang tertua dan ditemukan di berbagai negara seperti
Perancis, Georgia, Latvia, Estonia dan Jerman. Dari Jerman inilah pohon Natal
lalu berkembang ke seluruh dunia. Mengapa Jerman? Itu karena memang Jerman
tempat deklarasi awal reformasi yang dikumandangkan oleh Martin Luther, Bucer
dan seterusnya. Secara resmi dalam agama Kristen, pohon Natal pertama kali
dipasang kaum Lutheran di Katedral Strassburg tahun 1539 yang pada waktu itu
dipimpin reformator Martin Bucer. Kaum Lutheran inilah yang membawanya ke
Amerika dan nanti pada zaman era televisi pada tahun 1930-an di Amerika, pohon
Natal menjadi mendunia dan dipasang di rumah-rumah yaitu setelah ada acara
serial TV yang memasang pohon Natal. Sejak itu meledaklah pemasangan pohon
Natal di rumah-rumah orang Kristen.
Hari ini pohon Natal sudah pakai plastik, lampu lilin sudah
diganti dengan lampu listrik, dekorasi sudah begitu kreatif dengan banyak
variasi, sehingga kadang tidak tahu lagi apa tujuannya. Ada yang menaruh pita,
rantai kertas warna-warni, kapas yang melambangkan salju, dan banyak lagi
jenisnya. Harganya pun tidak murah. Bahkan pohon Natal sudah merambah sampai ke
mal-mal, sehingga nilai religinya menjadi kabur dan malah menyimbolkan semangat
hedonisme yaitu sifat konsumtif dan nafsu berbelanja yang tiada habisnya.
Pada sisi lain, banyak yang anti memasang pohon Natal karena
juga dianggap mengadopsi ajaran kafir. Sejarah menjelaskan bahwa ini bukan dari
agama pra Kristen, tapi kecintaan umat Kristen menghayati kedatangan Yesus
dalam peristiwa kelahiranNya dalam sejarah. Jadi wajar sebenarnya bila orang
Kristen memasang pohon Natal di rumahnya sepanjang penghayatan akan pengorbanan
Yesus hidup dalam hati masing-masing umat. Yang harus diperangi adalah semangat
hedonis, mementingkan diri, konsumeristis, materialistis dalam kehidupan orang
percaya. Kelahirannya adalah menyatakan pentingnya kesederhanaan dan hidup yang
penuh pengorbanan. Seharusnya itu menjadi gaya hidup orang Kristen dalam
menyambut Natal (DR).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar