Diterjemahkan oleh Hengki Wijaya dalam buku Gerald L. Gutek "Philosophical And Ideological Voices In Education."
DEFINISI ESENSIALISME
Berapa kali Anda sering mendengar
frasa “Let’s get back to the basic” (Mari kembali ke dasar)? Kembali ke dasar
artinya melucuti hal yang tidak penting, gangguan, hal-hal sepele, dan penyimpangan
dan mengidentifikasi apa yang mendasar untuk diskusi, argumen, dan posisi.
Seringkali diskusi yang tidak fokus perlu dilakukan untuk menjaga “kembali
kepada subjek” sehingga peserta tidak kehilangan arah diskusi dalam isu yang
tidak relevan untuk didiskusikan. Sebagai teori pendidikan, esensialisme menegaskan
bahwa sekolah, instruksi, pengajaran dan pembelajaran perlu fokus pada dasar
tentang apa yang benar-benar diperlukan untuk menjadi seorang terdidik,
produktif, efektif, individu yang cakap, dan warga negara dalam masyarakat
Amerika.
Berdasarkan definisi esensialisme,
kita memulai dari akarnya, esensi yang merujuk kepada apa yang perlu untuk dan
yang sangat perlu tentang sesuatu – suatu objek, suatu disiplin, atau suatu
subjek, untuk contoh. Esensi berhubungan dengan karakter atau sifat intrinsik
atau mendasar dari sesuatu, dibandingkan ciri-ciri kebetulan atau yang
insidental saja. Apa yang Anda harus memahami tentang sesuatu? Apa yang paling
mendasar, fundamental, dan perlu? Apa yang tidak perlu atau insidental?
Sebagai
suatu teori, Esensialisme menegaskan
ide dasar tertentu, keterampilan, tubuh pengetahuan adalah kebudayaan dan
peradaban manusia. Karena esensialisme diyakini sebagai dasar yang sangat
diperlukan, perlu untuk, dan fundamental dalam pendidikan, maka posisi ini
seringkali disebut sebagai Pendidikan
Dasar. Keterampilan dasar, dan tubuh pengetahuan tertentu dapat
diformulasikan dan disusun menjadi
subjek yang dapat dan harus diajarkan oleh orang dewasa kepada remaja (anak
muda).Fundamental atau esensi adalah kemampuan literasi (membaca dan menulis),
dan berhitung (aritmatika), dan subjek sejarah, matematika, ilmu pengetahuan,
bahasa, dan literatur. Instruksi yang mewariskan keterampilan dasar dan
pengetahuan dari satu generasi yang menjadi jaminan kelangsungan hidup
peradaban berikutnya. Untuk melepaskan diri dari transmisi budaya yang
diperlukan dan penting ini menempatkan peradaban dalam bahaya.
Kaum esensialis lebih lanjut
mendesak supaya pewarisan keterampilan dasar ini berjalan lebih efisien dan
efektif melalui metode yang telah teruji waktu. Karena masih banyak yang harus
dipelajari dan waktu yang terbatas untuk mempelajarinya, instruksi harus
direncanakan, disengaja, dan efisien. Penting untuk belajar dari masa lalu
daripada mencoba terus menciptakan kembali. Sekolah, kemudian merupakan lembaga
akademik yang didirikan oleh masyarakat untuk mewariskan keterampilan dan
pengetahuan dasar kepada anak-anaknya dan kaum muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar