Good News

Selasa, 02 Januari 2018

Catatan Kuliah Metodologi Penelitian I

Positivisme
Positivisme yang berpijak kepada pengalaman empiris (bisa diindera). Hakikat kenyataan ada pola keteraturan.
Hakikat kebenaran tentang hukum alam adalah yang berpijak pada fakta empiris. Bila mata tidak bisa mengindera maka dibuat mikroskop untuk melihat benda yang kecil.
Hakikat pengetahuan yang benar adalah hipotesis yang telah dibuktikan maka menjadilah tesis yang disebut tesis. Hipotesis yang telah dibuktikan disebutkan sebagai fakta dan hukum
Bukti kebenaran didasarkan pada observasi yang cermat dan diulangi oleh siapa pun dan dapat divalidasi juga oleh orang lain.
Tentang akal sehat “Common Sense” berbeda jelas dan kurang valid dibandingkan dengan sains.
Mengapa meneliti? Untuk menemukan ”hukum alam” yang benar dalam upaya memprakirakan dan mengontrol alam/kehidupan.
Siapakah peneliti itu? Ilmuwan yang independen dan netral.
Saya versus peneliti. Peneliti independen, netral, objektif.
Bagaimana wujud teorinya? Logis, deduktif, definisi operasional, aksioma, dan hukum yang saling terkait.
Bagaimana hubungannya dengan “nilai”? temuan penelitian bersifat bebas nilai. Aksiologi, teori tentang nilai.
Positivisme itu seiring sejalan dengan modernisme. Modernisme adalah nalar/logis/berpikir adalah fungsi mental tertinggi. Nalar menghasilkan ilmu yang objektif/universal. Ilmu yang berdasarkan nalar akan senangtiasa mengantarkan ke Progres dan perfeksi. Modernisme adalah progress dan perfeksi. Optimisme, progres, orientasi masa depan.
Univeralisme dalam pandangan modernisasi. Apa yang baik di Indonesia adalah baik juga di negara lain. Modernisasi memiliki prioritas karier, tanggung jawab individual, kepakaran menjadi penting dan sesuatu yang mulia dan dipuja-puja, kriteria penilaian, eksperimen. Keteraturan, prosedur, birokratis.
Tetapi positivisme/modernisme ternyata tidak menjawab banyak persoalan yang ada.
Quo vadis
Positivisme dan modernisme
Maka lahirlah posmodernisme yang menghargai apa yang diabaikan oleh modernisasi.
Modernisasi
Posmodernisasi
realiabel
Budaya lokal

mistik

Hal irasional

Kelompok minoritas

konteks

spekulasi


Paradigma baru (ilmu sosial)


Interpretif
studi kritis
Positivisme
Hakikat kenyataan (sosial) adalah sesuatu yang cair tentang situasi yang gampang berubah
Hakikat kenyataan penuh dengan konflik yang diakibatkan oleh  strukturyang tersembunyi
Positivisme yang berpijak kepada pengalaman empiris (bisa diindera). Hakikat kenyataan ada pola keteraturan.

Keintiman dalam penderitaan versus keintiman dalam kesenangan


Hakikat kebenaran apa yang dirasakan benar oleh orang yang diteliti. Untuk memahami realitas ini. Mengapa orang mau mencuci di air yang kotor dalam konteks sosial.
Yang memberi “amunisi” untuk memberikan kebenaran.
Hakikat kebenaran tentang hukum alam adalah yang berpijak pada fakta empiris. Bila mata tidak bisa mengindera maka dibuat mikroskop untuk melihat benda yang kecil.

Hakikat pengetahuan. Rekontruksi individual yang dipadu dengan konsensus.
Hakikat pengetahuan adalah wawasan struktural dan historis.
Hakikat pengetahuan yang benar adalah hipotesis yang telah dibuktikan maka menjadilah tesis yang disebut tesis. Hipotesis yang telah dibuktikan disebutkan sebagai fakta dan hukum

Bukti kebenaran melekat pada konteks yang cair. Banjir yang seharusnya kegelisahan tetapi justru
Bukti kebenaran diperoleh dari fakta yang mengungkap kondisi buruk.
Bukti kebenaran didasarkan pada observasi yang cermat dan diulangi oleh siapa pun dan dapat divalidasi juga oleh orang lain.

Tentang “akal sehat: merupakan teori (spekulatif) adalah kebenaran sehari-hari.”
Tentang akal sehat keyakinan palsu yang melenggakan
Tentang akal sehat “Common Sense” berbeda jelas dan kurang valid dibandingkan dengan sains.

Mengapa meneliti? Untuk memahami dan memberi penafsiran terhadap perilaku manusia.
Alasan meneliti untuk menghantam “mitos” dalam upaya menyehatkan masyarakat. Ada mitos yang membuat masyarakat sehat.
Siapakah peneliti itu? Ilmuwan yang independen dan netral.

Mengapa ini terjadi?


Wujud teorinya? Dekripsi/uraian tentang makna sosial yang ditemukan dan dipertahankan.
Wujud teorinya adalah kritik untuk mendorong perubahan sosial.
Bagaimana wujud teorinya? Logis, deduktif, definisi operasional, aksioma, dan hukum yang saling terkait.

Kaitannya dengan “nilai”. Nilai melekat pada kehidupan sosial, tidak ada nilai yang salah atau benar yang ada adalah “perbedaan”
Kaitan dengan nilai. Ilmu harus berpijak pada suatu nilai. Ada nilai yang benar, ada yang salah.
Bagaimana hubungannya dengan “nilai”? temuan penelitian bersifat bebas nilai. Aksiologi, teori tentang nilai.

Siapa peneliti itu? Penafsir yang peka rasa dalam mengungkapkan banyak suara. Saya kaget...
Siapakah peneliti itu?
Aktivitis yang provokator

Hermeneutik, semiotika dan berbagai penelitian kualitatif lainnya
Cultural studies, feministic studies
Korelasional, eksperimen dan berbagai penelitian kuantitatif lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar