Good News

Minggu, 03 Mei 2015

Khotbah: Hana ingin anak; Allah ingin nabi by Hengki Wijaya

Semua orang pernah membaca kisah Hana dan tahu apa yang dikehendaki Hana. Anda tentu pernah membaca 1 Samuel 1-28. Saya tidak perlu mengulanginya lagi. Hana sebagai perempuan merindukan memiliki anak, karena dikiranya oleh istri Elkana, Penina dia dalah permpuan mandul. Siapa yang tidak sedih, siapa yang tidak berkecamuk hatinya mendengar perkataan perempuan yang ditujukan kepadanya. Pikiran Elkana tidak dapat memahami istrinya Hana. Hana datang kepada Allah dan berdoa, karena harapnya bahwa Allah saja yang dapat mengabulkannya. Ia datang kepada ke bait suci Allah dan memohon sekalipun iman Eli mengiranya lagi mabuk dan hanya mulutnya yang komat-kamit tetapi di hati Hana dinaikkannya doa jeritan hati. Allah mendengarkan doa Hana dan dikaruniakan anak yang diberinya nama Samuel. Namun Hana tahu bahwa ini dari Allah maka ia pun menyerahkannya kepada TUHAN dan Samuel diserahkan kepada iman Eli. Sekalipun iman Eli tidak becus sebagai iman tetapi Samuel ada di bawah pengawasan iman Eli hingga genap waktunya. Apa yang terjadi dengan Hana? Ia mendapatkan anak lagi karena kandungannya terbuka. Apa yang didapatkan dari TUHAN diserahkannya kembali kepada-Nya. Apa yang diperoleh dengan TUHAn diberikannya kepada Allah. Allah mengingkan nabi, dan Hana menginginkan anak. Hana tahu semua ini karena kebaikan-Nya maka ia tidak lupa dengan menyerahkan Samuel yang sulung kembali kepada Allah sebagai buah sulung untuk melayani Allah seumur hidupnya dan jadilah Samuel demikian.
Apa yang bisa kita pelajari dari cerita kelahiran Samuel?
1. Apa yang kita doakan dengan penuh keyakinan untuk mendapatkannya sesuai dengan kehendak Tuhan maka niscaya akan terkabul.
2. Hana ingin anak sementara Allah ingin nabi. Maksudnya Hana ingin melakukan kehendak Allah sekalipun anak yang diterima dari Allah haruslah dikembalikan kepada Allah. Hana tidak egois dan hanya ingin bersaing dengan Penina istri lain suaminya.
3. Allah yang memberi Allah pula yang memiliki dan berencana yang indah bagi Samuel kecil.
4. Membawa anak kita sejak kecil kepada Tuhan maka Tuhan sendiri yang akan menjaga anak tersebut, kita hanya pengasuhnya. Masa depan anak kita ada di dalam TUHAN.
5. Pengharapan satu-satunya bukanlah pada manusia tetapi kepada TUHAN.
6. Sekalipun iman Eli tidak becus jadi imam tetapi Hana tidak memedulikannya dan tetap membawa Samuel di bawah asuhan imam Eli sebab ia melihat kepada Tuhan bukan kepada imam Eli.
7. Sekali menyerahkan kepada TUHAN seumur hidup tetap komitmen bahwa Samuel milik-Nya. Apakah kita demikian?
Apa yang dinazarkannya ditetapi oleh Hana. Setiap komitmen menghasilkan upah dan janji-Nya yang lain sedang menanti Anda. Percayalah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar