Good News

Jumat, 08 Mei 2015

GEREJA YANG BERDAYA TAHAN


http://ts1.mm.bing.net/th?id=JN.gTMp%2fdu0gXNQnkKjsrz48Q&w=209&h=152&c=7&rs=1&qlt=90&o=4&pid=1.1Gereja besar adalah institusi yang mahal dan tidak ekonomis. Biaya pengadaan AC yang digunakan setiap kebaktian terutama diwaktu musim panas dan pemanas dimusim dingin, apalagi masalah sound system dan pengadaan parkir cukup berat untuk bisa dikelola secara wajar. Apalagi gereja besar umumnya  hanya dipakai sehari atau dua hari dalam seminggu dan hari-hari lainnya dibiarkan kosong, ini mndorong pengelola gereja tergoda menyewakan gedung gereja untuk kegiatan komersial. Gereja Crystal Cathedral pernah dituntut karena manipulasi pajak karena gereja disewakan untuk kegiatan konser sekular tapi bermasalah dalam membayar pajak.
Tugas utama gereja adalah menjalankan fungsi marturia (pemberitaan Injil), koinonia (persekutuan jemaat), dan diakonia (pelayanan). Dan berapakah jumlah jemaat yang paling efektif dalam menjalankan fungsi tersebut? Memang gereja juga menyajikan hiburan namun gejala yang terjadi pada masakini adalah banyak gereja mega berlomba-lomba mengadakan hiburan (entertainment) sebagai bagian kebaktian yang utama demi menarik jemaat. Akibatnya ketiga fungsi gereja itu menjadi kabur dan kurang ditangani dengan benar.
MASALAH GEREJA KECIL
Kalau begitu, apakah gereja kecil lebih ideal? Gereja kecil dengan jumlah jemaat sekitar 100 atau kurang juga mengalami kesulitan dalam bertahan. Biasanya gereja kecil juga dihadiri jemaat dengan ekonomi menengah ke bawah, golongan mana sukar bisa membiayai kehidupan keluarga pendeta secara layak, apalagi keterbatasan dana membuat gereja kecil kurang leluasa menjalankah tugas-tugas gereja. Ini berlaku untuk gereja independent kecuali dalam persekutuan jemaat sesinoda dimana bisa saling memberi subsidi silang, dan jemaat kecil dapat merupakan jemaat-jemaat perintis dan merupakan ujung tombak dalam pemberitaan Injil. Jemaat kecil baik sebagai transisi untuk menjadi jemaat sedang sehingga pertumbuhan gereja berjalan dengan baik.
Menurut beberapa penelitian di Amerika, jemaat yang berdaya tahan adalah jemaat dengan jumlah 200 – 400 orang. Dalam jumlah ini ketiga fungsi gereja lebih mudah tercapai, namun jemaat sedang juga sering tergoda untuk bertumbuh terus apalagi kalau dipimpin pendeta yang berkharisma, dalam hal ini gereja harus menahan diri untuk tidak terganggu ambisi gigantisme, misalnya ada gereja dimana ketika jemaatnya sudah berjumlah lebih dari 400 orang, kalau kelebihannya sudah cukup maka jemaat itu membentuk jemaat baru yang berfungsi sebagai pos dan jemaat semula menjadi jemaat pembimbing.
CHURCH PLANTING
Seorang arsitek di Surabaya yang berpengalaman terlibat dalam pembangunan beberapa gereja mega menyadari bahwa gereja mega cenderung mengalami kekacauan dan tergoda sebagai sarana bisnis, itulah sebabnya arsitek yang kemudian tergerak menjadi teolog itu sekalipun tetap menjadi arsitek sejak tujuh tahun yang lalu menghindari keterlibatan dalam pembangunan gereja mega baru dan mulai terlibat dalam church planting dan membantu gereja-gereja membangunan gedung gereja dengan kapasitas sekitar 250 orang untuk mencapai persekutuan jemaat yang setia dan saling peduli. Church planting (perumpamaan penabur) adalah tugas yang harus dilakukan setiap jemaat dan bukannya sheep stealing (mencuri domba tetangga) seperti yang biasa terjadi dalam praktek pelayanan gereja mega pada umumnya.
GEREJA SEDANG LEBIH BERDAYA TAHAN
Gereja sedang lebih berdaya tahan karena disamping pengelolaannya lebih mudah pengaturan keuangan juga lebih mudah. Biasanya jemaat sedang memiliki jemaat yang tetap dan lebih setia dibandingkan jemaat gereja mega yang cenderung dihadiri jemaat pengelana yang berpindah-pindah, demikian juga mengajak 200 – 400 jemaat untuk tugas marturia bersama lebih mudah daripada jemaat mega atau jemaat kecil. Persekutuan antar jemaat juga lebih mudah dan jemaat bisa lebih saling kenal dan saling peduli, demikian juga pelayanan bersama bisa lebih mudah dilakukan tanpa jemaat tergoda penyalah gunaan keuangan.
Memang ada yang mengatakan Petrus sendiri punya gereja mega dengan 3000 jemaat (Kisah 2:41), apakah ini dapat membenarkan kehadiran gereja mega? Dalam kasus Petrus sama halnya pada saat Yesus memberi makan lebih dari 5000 orang (Matius 14:21) memang berkumpul ribuan jemaat tetapi itu sifatnya insidentil (sekali-kali) dan baik Petrus maupun Yesus tidak menganjurkan jumlah itu untuk dibangunkan gedung gereja. Didunia kristen disamping kehidupan jemaat gereja sekali-kali memang diadakan KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) ini bisa dilakukan dengan menyewa gedung umum yang besar atau diadakan di tanah lapang seperti yang dirintis oleh John Wesley, ini jauh lebih murah dengan pencapaian trilogi tugas gereja lebih efektif. Demikian juga manajemen keuangan gereja akan lebih mudah dikelola dengan baik (akuntabilitas). Amin !
Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar