Gereja
besar adalah institusi yang mahal dan tidak ekonomis. Biaya pengadaan
AC yang digunakan setiap kebaktian terutama diwaktu musim panas dan
pemanas dimusim dingin, apalagi masalah sound system dan pengadaan
parkir cukup berat untuk bisa dikelola secara wajar. Apalagi gereja
besar umumnya hanya dipakai sehari atau dua hari dalam seminggu dan
hari-hari lainnya dibiarkan kosong, ini mndorong pengelola gereja
tergoda menyewakan gedung gereja untuk kegiatan komersial. Gereja
Crystal Cathedral pernah dituntut karena manipulasi pajak karena gereja
disewakan untuk kegiatan konser sekular tapi bermasalah dalam membayar
pajak.
Tugas utama gereja adalah menjalankan fungsi marturia (pemberitaan Injil), koinonia (persekutuan jemaat), dan diakonia
(pelayanan). Dan berapakah jumlah jemaat yang paling efektif dalam
menjalankan fungsi tersebut? Memang gereja juga menyajikan hiburan namun
gejala yang terjadi pada masakini adalah banyak gereja mega
berlomba-lomba mengadakan hiburan (entertainment) sebagai bagian
kebaktian yang utama demi menarik jemaat. Akibatnya ketiga fungsi gereja
itu menjadi kabur dan kurang ditangani dengan benar.
MASALAH GEREJA KECIL
Kalau begitu,
apakah gereja kecil lebih ideal? Gereja kecil dengan jumlah jemaat
sekitar 100 atau kurang juga mengalami kesulitan dalam bertahan.
Biasanya gereja kecil juga dihadiri jemaat dengan ekonomi menengah ke
bawah, golongan mana sukar bisa membiayai kehidupan keluarga pendeta
secara layak, apalagi keterbatasan dana membuat gereja kecil kurang
leluasa menjalankah tugas-tugas gereja. Ini berlaku untuk gereja
independent kecuali dalam persekutuan jemaat sesinoda dimana bisa saling
memberi subsidi silang, dan jemaat kecil dapat merupakan jemaat-jemaat
perintis dan merupakan ujung tombak dalam pemberitaan Injil. Jemaat
kecil baik sebagai transisi untuk menjadi jemaat sedang sehingga
pertumbuhan gereja berjalan dengan baik.
Menurut
beberapa penelitian di Amerika, jemaat yang berdaya tahan adalah jemaat
dengan jumlah 200 – 400 orang. Dalam jumlah ini ketiga fungsi gereja
lebih mudah tercapai, namun jemaat sedang juga sering tergoda untuk
bertumbuh terus apalagi kalau dipimpin pendeta yang berkharisma, dalam
hal ini gereja harus menahan diri untuk tidak terganggu ambisi
gigantisme, misalnya ada gereja dimana ketika jemaatnya sudah berjumlah
lebih dari 400 orang, kalau kelebihannya sudah cukup maka jemaat itu
membentuk jemaat baru yang berfungsi sebagai pos dan jemaat semula
menjadi jemaat pembimbing.
CHURCH PLANTING
Seorang arsitek di
Surabaya yang berpengalaman terlibat dalam pembangunan beberapa gereja
mega menyadari bahwa gereja mega cenderung mengalami kekacauan dan
tergoda sebagai sarana bisnis, itulah sebabnya arsitek yang kemudian
tergerak menjadi teolog itu sekalipun tetap menjadi arsitek sejak tujuh
tahun yang lalu menghindari keterlibatan dalam pembangunan gereja mega
baru dan mulai terlibat dalam church planting dan membantu gereja-gereja
membangunan gedung gereja dengan kapasitas sekitar 250 orang untuk
mencapai persekutuan jemaat yang setia dan saling peduli. Church
planting (perumpamaan penabur) adalah tugas yang harus dilakukan setiap
jemaat dan bukannya sheep stealing (mencuri domba tetangga) seperti yang
biasa terjadi dalam praktek pelayanan gereja mega pada umumnya.
GEREJA SEDANG LEBIH BERDAYA TAHAN
Gereja
sedang lebih berdaya tahan karena disamping pengelolaannya lebih mudah
pengaturan keuangan juga lebih mudah. Biasanya jemaat sedang memiliki
jemaat yang tetap dan lebih setia dibandingkan jemaat gereja mega yang
cenderung dihadiri jemaat pengelana yang berpindah-pindah, demikian juga
mengajak 200 – 400 jemaat untuk tugas marturia bersama lebih mudah
daripada jemaat mega atau jemaat kecil. Persekutuan antar jemaat juga
lebih mudah dan jemaat bisa lebih saling kenal dan saling peduli,
demikian juga pelayanan bersama bisa lebih mudah dilakukan tanpa jemaat
tergoda penyalah gunaan keuangan.
Memang
ada yang mengatakan Petrus sendiri punya gereja mega dengan 3000 jemaat
(Kisah 2:41), apakah ini dapat membenarkan kehadiran gereja mega? Dalam
kasus Petrus sama halnya pada saat Yesus memberi makan lebih dari 5000
orang (Matius 14:21) memang berkumpul ribuan jemaat tetapi itu sifatnya
insidentil (sekali-kali) dan baik Petrus maupun Yesus tidak menganjurkan
jumlah itu untuk dibangunkan gedung gereja. Didunia kristen disamping
kehidupan jemaat gereja sekali-kali memang diadakan KKR (Kebaktian
Kebangunan Rohani) ini bisa dilakukan dengan menyewa gedung umum yang
besar atau diadakan di tanah lapang seperti yang dirintis oleh John
Wesley, ini jauh lebih murah dengan pencapaian trilogi tugas gereja
lebih efektif. Demikian juga manajemen keuangan gereja akan lebih mudah
dikelola dengan baik (akuntabilitas). Amin !
Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar