Begitu dengar fatwa beberapa sahabat saya atau teman baru saya mengambil keputusan gak beri ucapan Selamat Natal. Saya lihat histori saya mulai 2017 sangat terasa sekali sensitifnya kata-kata ucapan Natal itu. Ada juga sih gak terpengaruh dengan pandangan sebelah mata tersebut. Kalau saya pribadi mau ucapin Natal kepada saya Anda dapat berkat dari saya God bless you and your family kalau nggak ngak dapatlah. Doa itu adalah untuk mendapat kenyataan. Itu hak saudara untuk tidak memberikan ucapan. Apakah kalau saya memberi ucapan itu berarti saya baik sama saudara? Apakah kalau saya tidak beri ucapan lantas saya memusuhi saudara? Benar juga ya. Coba saya nanya begini,"Kalau beri ucapan selamat dapat pahala dan itu kebaikan apa salahnya ya? Masalah ada saudaraku dihakimi kalau beri ucapan selamat berarti melanggar pemimpin atau aturan dsb.
Kalau saya sendiri sudah malas beri ucapan sama oran lain. Ucapan natal, paskah, selamat ultah dan lainnya, tetapi ternyata meberi ucapan selamat memiliki dampak psikologis yaitu perhatian, empati, peduli, kebersamaan, persahabatan. Saya melihat kecenderungan kita semua bertoleransi dengan cara yang aman. Saya tidak dirugikan dan orang lain tidak dirugikan yang penting aman saja dan itu prinsipku. Namun bila itu menggelisahkan hati saudara dan bertanya-tanya berarti itu belum ikhlas. Seharusnya bersama-sama kita mensyukuri keberbedaan itu dengan rasa syukur yang melimpah, jangan dengan tindakan ekstrim atau pemahaman keliru atas apa yang diyakini. Setahu saya dulunya gak begitu. Jadinya saya reflesikan bagi yang gak mau beri Ucapan Selamat Natal saya berikan maaf lahir bathin saja. Tuhan memberkati sahabatku sekalipun kamu gak mau beri ucapan selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar