Good News

Senin, 25 Desember 2017

Advent II: Damai Sejahtera

Damai sejahtera yang Kuberikan kepadamu tidak seperti yang dunia berikan padamu. Damai sejahtera yang Kuberikan adalah damai di hatimu. Damai yang bisa mengalahkan dunia. Damai yang berasal dari pada-Ku. Damai itu ada karena Yesus sudah mendamaikan kita dengan Bapa. Segala dosa kita didamaikan Yesus di atas kayu salib.

Istilah Ibrani untuk damai sejahtera ialah _shalom_; kata ini bukan sekadar menunjuk kepada ketiadaan perang dan pertentangan. Makna dasar _shalom_ ialah keserasian, keutuhan, kebaikan, kesejahteraan, dan keberhasilan di segala bidang kehidupan.
(1) Damai sejahtera dapat mengacu kepada ketenangan dalam hubungan internasional, seperti perdamaian antara dua negara yang bertikai (mis. 1Sam 7:14; 1Raj 4:24; 1Taw 19:19).
(2) Damai sejahtera juga dapat mengacu kepada perasaan mapan dalam suatu bangsa, seperti pada masa kemakmuran dan tidak ada perang saudara (2Sam 3:21-23; 1Taw 22:9; Mazm 122:6-7).
(3) Damai sejahtera dapat dialami sebagai keutuhan dan keselarasan dalam hubungan antar manusia, baik dalam rumah tangga (Ams 17:1; 1Kor 7:15) maupun di luar (Rom 12:18; Ibr 12:14; 1Pet 3:11).
(4) Damai sejahtera dapat mengacu kepada perasaan pribadi seseorang bahwa semua lengkap dan sejahtera, bebas dari kekhawatiran dan merasa tenteram dalam jiwanya (Mazm 4:8; 119:165; bd. Ayub 3:26) dan dengan Allah (Bil 6:26; Rom 5:1).
(5) Akhirnya, sekalipun istilah shalom tidak dipergunakan dalam pasal Kej 1:1-2:25, shalom melukiskan dunia ciptaan asli yang berada dalam keselarasan dan keutuhan sempurna. Ketika Allah menciptakan langit dan bumi, Ia menciptakan dunia yang tenteram dan damai. Kesejahteraan menyeluruh ciptaan ini terungkap di dalam pernyataan yang ringkas, "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik" (Kej 1:31).
GANGGUAN DAMAI SEJAHTERA.
Ketika Adam dan Hawa mendengarkan suara ular dan memakan buah terlarang (Kej 3:1-7), ketidaktaatan mereka membawa masuk dosa dan mengacaukan keselarasan semula dari ciptaan.

1) Pada saat itu, untuk pertama kalinya Adam dan Hawa mengalami rasa bersalah dan malu di hadapan Allah (Kej 3:8) dan kehilangan damai dalam hati.
2) Dosa Adam dan Hawa di Taman Eden merusak hubungan rukun mereka dengan Allah. Sebelum memakan buah itu, mereka memiliki persekutuan intim dengan Allah di taman itu, tetapi setelah itu "bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan Allah di antara pohon-pohonan dalam taman" (Kej 3:8). Daripada menantikan saat dapat bercakap-cakap dengan Allah, mereka kini takut mendengar suara-Nya (Kej 3:10).
3) Tambahan pula, hubungan rukun di antara Adam dan Hawa sebagai suami istri terganggu. Ketika Allah membicarakan dosa itu dengan mereka, Adam menyalahkan Hawa (Kej 3:12), lalu Allah menyatakan bahwa perselisihan akan terus berlangsung di antara pria dan wanita (Kej 3:16); demikian dimulailah konflik sosial yang dewasa ini merupakan bagian kesulitan umat manusia, mulai dari percekcokan dan kekerasan di dalam rumah tangga (bd. 1Sam 1:1-8; Ams 15:18; 17:1) hingga sengketa dan perang antar negara.
4) Akhirnya, dosa mengacaukan kerukunan dan persatuan di antara manusia dengan alam. Sebelum Adam berdosa, dengan sukacita ia bekerja di Taman Eden (Kej 2:15) dan dengan bebas berjalan di antara hewan, memberi nama kepadanya (Kej 2:19-20). Kutukan Allah setelah kejatuhan meliputi permusuhan antara Adam dan Hawa terhadap ular (Kej 3:15), dan kenyataan bahwa bekerja akan mengakibatkan peluh dan kelelahan (Kej 3:17-19). Di mana sebelumnya hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya selaras, kini ada pergumulan dan pertentangan sehingga "sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin"
(lihat cat. --> Rom 8:22).

[atau --> Rom 8:22]

PEMULIHAN DAMAI SEJAHTERA.

Sekalipun akibat dari kejatuhan adalah kehancuran kesejahteraan dan kedamaian manusia dan bahkan seluruh alam ciptaan, Allah merencanakan pemulihan shalom; jadi kisah untuk memperoleh kembali damai sejahtera ialah kisah penebusan di dalam Kristus.

1) Karena Iblis yang memulai penghancuran kedamaian di dunia kita, maka pemulihannya harus mencakup pembinasaan Iblis dan kuasanya. Sebenarnya, banyak janji PL mengenai kedatangan Mesias adalah janji akan datangnya kemenangan dan damai sejahtera. Daud bernubuat bahwa Anak Allah akan memerintah bangsa-bangsa (Mazm 2:8-9; bd. Wahy 2:26-27; Wahy 19:15). Yesaya bernubuat bahwa Mesias akan memerintah sebagai Raja Damai (Yes 9:5-6). Yehezkiel meramalkan bahwa perjanjian baru yang hendak didirikan Allah melalui Mesias akan menjadi perjanjian damai sejahtera (Yeh 34:25; 37:26). Dan Mikha, ketika menubuatkan kelahiran pemimpin yang akan datang di Betlehem menyatakan bahwa "dia menjadi damai sejahtera" (Mi 5:4).
2) Pada waktu kelahiran Yesus, malaikat mengumandangkan bahwa damai sejahtera Allah telah turun ke bumi (Luk 2:14). Yesus datang untuk membinasakan pekerjaan Iblis (1Yoh 3:8) dan merobohkan semua rintangan pertentangan yang merupakan bagian dari kehidupan kita, sehingga mendatangkan damai (Ef 2:12-17). Yesus memberikan damai sejahtera-Nya kepada semua murid-Nya sebagai warisan kekal sebelum Ia disalibkan (Yoh 14:27; 16:33). Oleh kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus melucuti senjata semua kekuatan dan penguasa musuh dan dengan demikian memungkinkan kedamaian (Kol 1:20; 2:14-15; bd. Yes 53:4-5). Karena itu, pada saat kita percaya kepada Yesus Kristus, kita dibenarkan oleh iman dan berdamai dengan Allah (Rom 5:1). Amanat yang diberitakan orang Kristen ialah kabar baik damai sejahtera (Kis 10:36; bd. Yes 52:7).
3) Sekadar mengetahui bahwa Kristus datang sebagai Raja Damai tidaklah menjamin bahwa dengan sendirinya damai sejahtera akan menjadi bagian kehidupan kita; untuk mengalaminya kita harus dipersatukan dengan Kristus dalam iman yang aktif. Langkah pertama ialah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Bila melakukan itu, kita dibenarkan oleh iman (Rom 3:21-28; 4:1-13; Gal 2:16) dan berdamai dengan Allah (Rom 5:1). Bersama dengan iman, kita harus hidup dalam ketaatan kepada perintah-perintah-Nya agar dapat hidup dalam damai (Im 26:3,6). Para nabi PL sering kali menyatakan bahwa bagi orang fasik tidak ada damai (Yes 57:21; 59:8; Yer 6:14; 8:11; Yeh 13:10,16). Untuk mengalami damai sejahtera Allah, Ia memberikan Roh Kudus kepada kita, yang mulai mengerjakan buah-Nya di dalam diri kita -- satu aspeknya ialah damai sejahtera (Gal 5:22; bd. Rom 14:17; Ef 4:3). Dengan pertolongan Roh, kita harus berdoa memohon damai sejahtera (Mazm 122:6-7; Yer 29:7;
lihat cat. --> Fili 4:7), [atau --> Fili 4:7]

membiarkan damai sejahtera memerintah hati kita (Kol 3:15), mencari dan mengusahakan damai sejahtera (Mazm 34:15; Yer 29:7; 2Tim 2:22; 1Pet 3:11), dan berusaha sedapat-dapatnya untuk hidup berdamai dengan sesama kita (Rom 12:18; 2Kor 13:11; 1Tes 5:13; Ibr 12:14).


 Sumber: http://alkitab.sabda.org/article.php?id=8430

Tidak ada komentar:

Posting Komentar