Mulai dengan kisah mimpi seorang perempuan. Bermula di suatu sungai yang deras, dia berdiri lalu didengarlah suara Tuhan berkata "Berenanglah melalui sungai yang deras ini." Maka perempuan itu pun berenang dan akhirnya dia selamat melalui sungai itu. Seringkali dalam hidup ini diperhadapkan pada sebuah keputusan yang sulit dan bertanya kepada Tuhan. Bagaimana kalau aku mati, bila melewati sungai deras ini? Seakan-akan kita ini dapat mengendalikan hidup ini dan mengubahnya menjadi lebih baik. Sekalipun kita mati maka itulah yang terbaik yang dikehendaki Tuhan.
Yesus menyatakan kemuliaan-Nya di gunung. Saat itu ditemani oleh ketiga murid-Nya, Yakobus, Yohanes dan Petrus. Yesus berupa rupa di hadapan murid-murid-Nya. Seperti biasanya Yesus berdoa dan murid-murid-Nya tertidur dan ketika mereka terbangun maka dilihatnya Yesus, wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka tampak kepada mereka, Musa dan Elia berbicara kepada Dia.
Mari kita menyimak perkataan Petrus berikut ini: "Tuhan betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika engkau mau, biarlah kudirikan disini tiga kemah, satu untuk Engkau, Musa dan Elia (Matius 17:4). Namun tiba-tiba turunlah awan terang yang menyelimuti mereka dan dari dalam awan terdengarlah suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia (Ayat 5).
Ada dua hal yang menarik untuk kita simak yaitu perkataan Petrus (ayat 4) dan perkataan Bapa kepada Yesus (ayat 5). sebelum kita menyimpulkan dengan cepat. Petrus sudah berjalan dengan Yesus, yaitu Yesus sebagai Mesias (Matius 16). Namun, masih memiliki pola pikir lama yaitu pola pikir zaman Musa ketika ia berpikir bahwa alangkah indahnya bila kita membuat kemah pertemuan seperti kisah Musa. Sekalipun tidak diceritakan tentang perkatan Yakobus dan Yohanes, namun tidak ada bedanya dengan pikiran Petrus masih berpikiran tentang hal yang terjadi di masa lalu. Contohnya ketika mereka mengatakan akan meminta api menghanguskan. Ketika sampai di sebuah kota di Samaria, orang-orang Samaria tidak mau
menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem (Luk 9:53). Reaksi
Yesus terhadap perlakuan sedemikian damai-damai saja dan penuh
kesabaran. Di lain pihak, Yakobus dan Yohanes menginginkan adanya
pembalasan. Hal serupa pernah terjadi pada pelayanan Elia (1 Raja-raja 1).
Musa dan Elia hadir di gunung dalam kemuliaan Bapa yang turun atas diri Yesus meneguhkan pelayanan Yesus di mana kedua baik Musa dan Elia sebagai manusia memiliki keterbatasan sebagai utusan Allah, tetapi Yesus tidaklah demikian. Musa dan Elia adalah kejayaan masa lalu yang tidak sempurna. Yesus adalah kesempurnaan. Dengarkanlah Dia adalah sebuah perintah Bapa kepada murid-murid-Nya. Yesus tidak dibatasi tempat dan waktu. Tidak membutuhkan tempat khusus untuk beribadah kepada Yesus, tidak perlu lagi ada kemah pertemuan karena Yesus ada di hati kita sekarang, saat ini.
Saat ini kita harus mendengar Dia, berarti kita hanya mendengarkan Dia. Bagaimana caranya? Roh Kudus ada di dalam hati kita. Dia memakai segala hal yang ada di sekitar kita untuk menyatakan diri-Nya melalui firman-Nya yang kita dengan melalui khotbah, buku-buku rohani dan penyelidikan firman Tuhan. Tetapi hal itu tidak bisa dijadikan jaminan bahwa kita telah mengenal jalan-jalan-Nya dan memahami pribadi-Nya.
Apa yang harus dilakukan supaya kita hanya mendengarkan Dia. Segala sesuatu yang diajarkan oleh manusia, tentuhan Roh Kudus juga menyatakannya kepada umat-Nya yang mau mendengarkanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar