Pengunaan Ethanol sebagai bahan bakar mesin bermotor bukan
hal yang baru. Ketika Nikolas Otto menemukan motor bakar jenis internal
Combustion Enggine pada tahun 1872, bensin belum tersedia sehingga digunakan
ethyl alcohol (ethanol) yang berasal dari tumbuhan setelah melalui proses
fermentasi dan destillasi.
Setelah teknologi pengolahan minyak bumi berkembang pada
tahun 1970-1980, harba bensin (BBM fosil) jauh lebih murah sehingga penggunaan
ethanol tidak berkembang. Kenyataan ini berbeda dengan kondisi sekarang, dimana
harga BBM fosil melambung tinggi dikarenakan semakin menipisnya ketrsediaan dan
semakin tingginya penggunaan BBM fosil.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2009,
cadangan BBM fosil di Indonesia hanya Sembilan miliar barel saja dan
diperkirakan habis dalam waktu 18 tahun mendatang. Melihat kenyataan ini kita
harus segera mencari energy alternatif pengganti BBM fosil.
Aren (Arenga Pinata) adalah tanaman asli Indonesia. Di
Daerah Sumatra Selatan tanaman ini tumbuh subur, khususnya daerah aliran
sungai. Sejauh ini aren belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat,
paling getah nira diolah menjadi gula merah dan ijuknya dijadikan kerajinan
tangan seperti sapu, sikat, tali ijuk dan lain-lain.
Sebenarnya tanaman aren berpotensi menghasilkan Bio Ethanol.
Pohon aren tidak seperti tanaman lain penghasil Bio Ethanol, misalnya singkong
yang memiliki masa panen ebam bulan dan tebu dengan masa panen lima bulan untuk
satu kali produksi. Tanaman aren hanya butuh waktu enam tahun dan akan
berproduksi sepanjang tahun.
Aren dipanen terus-menerus sepanjang musim dimana setiap
pohon menghasilkan 10-20 liter aren per hari dengan rendemen 10-15% Bio
Ethanol. Jika satu hektar terdapat 100 pohon maka akan menghasilkan lebih kurang
1000 liter aren atau 100 liter Bio Ethanol. Bandingkan dengan kelapa sawit yang
satu hektarnya hanya menghasilkan enam ton Biodisel per tahun(IPTEK PUSLIT
KINIA LIPI). Dari data ini aren layak menjadi proiritas pengembangan berskala
besar seperti perkebunan kelapa sawit.
Ethanol sebagai sebagai bahan bakar pengganti BBM fosil
sangat beralasan, karena Ethanol memiliki keunggula sebagai berikut :
Ramah Lingkungan
Karena Ethanol adalah senyawa organic yang berasal dari
tumbuhan sehingga tidak menghasilkan gas buang yang berbahaya bagi lingkungan.
Berbeda dengan BBM fosil yang mengadung timbale dan merkuri yang dapat
mencemari lingkungan.
Ketrsediaan tidak terbatas
Karena Ethanol berasal dari tumbuhan sehingga ketersediannya
tidak terbatas jumlah dan waktu, sedangkan BBM fosil membutuhkan waktu ratusan
tahun untuk proses pembenukannya.
Proses pembentukanya sederhana
Pembuatan Ethanol dapat dilakukan oleh siapa saja dan tidak
memerlukan ketranmpilan khusus. Banhan kedepan diharapkan pembentukan Ethanol
dapat dilakukan masyarakat pedesaan yang tentunya dekat dengan sumber bahan
baku.
Untuk membuat Ethanol pertama-tama nira hasil sadapan dari
tandan aren difermentasi dengan campuran ragi tape selama lima hari pada
kondisi tanpa udara. Nira fermentasi didestillasi dengan distiller bertingkat
dengan pendingin air tersirkulasi pada suhu 78oC. Selanjutnya Ethanol
dimurnikan dengan kapur tohor atau gamping sampai kadar Ethanol 98%.
Dapat kita bayangkan jika produksi Bio Ethanol dilakukan
oleh masyarakat pedesaan. Kebutuhan akan bahan bakar dapat terpenuhi dan
tentunya pendapatan masyarakat pedesaan akan bertambah. Ketika suatu desa dapat
memenuhi kebutuhan akan energy minimal untuk desanya sendiri, maka Desa Mandiri
energy (DME) dapat terwujud.
[img]http://s.kaskus.id/images/2014/11
/20/4203582_20141120055759.jpg[/img]
[img]http://s.kaskus.id/images/2014/11
/20/4203582_20141120055913.jpg[/img]
Nira Aren, Pohon Penghasil Bensin
MINAHASA. Innova hitam keluaran tahun 2006 melaju kencang
dari Minahasa Utara menuju Manado. Kecepatan rata-rata mobil tersebut 50-100 km
per jam setiap hari. Johan Arnold Mononutu menggunakan 10-15% bahan bakar
bioetanol dari nira aren.“Tidak ada keluhan apa-apa, malahan suara mesin lebih
halus dan tarikan lebih kencang karena setara Pertamax Plusplus,”ujar Johan.
Johan Arnold Mononutu menggunakan bioetanol sejak tahun 2007
ketika berhasil memproduksi bahan bakar nabati dari nira aren berkadar 99,9%.
Selain digunakan sebagai bahan bakar untuk ekndaraan johan memanfaatkannya
untuk kompor.”Cuma, untuk kompor cukup memakai bioetanol berkadar 60%,”
ungkapnya.
Dengan menggunakan biotenal lanjut Johan, menghasilkan api
berwarna biru, tanpa jelaga dan lebih irit karena konversi minyak tanah dan
bioetanol 2:1 yang artinya, 1liter bioetanol mampu menggantikan 2 liter minyak
tanah. “kesuksesan ini telah mendorong kelompok nelayan di Desa Kema, Kecamatan
Kema, Kabupaten Minahas mengganti minyak tanah dengan bioetanol untuk
lampu-lampu petromaknya,”tutur Johan.
Untuk memproduksikan bioetanol dari nira aren menurut Johan
tidaklah sulit, dengan menggunakan seperangkat alat destilasi rakitan sendiri
yang terbuat dari besi nirkarat (stainless steel) yang terdiri dari pipa
kondensator serta selang-selang plastic. “sekarang dengan volume tangki lebih
besar dan pengaturan suhu otomatis, dalam sehari atau 10 jam kerja kami mampu
menghasilkan 500 liter bioetanol,” tambah Johan.
Bioetanol bagi masyarakat Minahasa Utara bukanlah barang
baru, mereka sudanh mengenal sejak zaman Belanda bahkan mungkin jauh
sebelumnya. Dihampir beberapa kecamatan seperti Kauditan dan Telawaan
memproduksikan energy hijau tersebut sebagai mata pencaharian. Di Desa
Tamaluntung Kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara, sekitar 200 KK yang
mengolah nira aren menjadi bioetanol berkadar alcohol 40-50% yang mereka sebut
“Cap Tikus”. Cap Tikus merupakan minuman keras tradisional masyarakat Minahasa.
Potensi bioetanol dari pohon aren di Tamaluntung sangat besar.
Penggerak Ekonomi Pedesaan di kabupaten Minahasa Utara, Renald Tuhwidan
menuturkan, jumlah produktif berumur 7 sampai 30 tahun tidak kurang dari 50.000
batang, yang belum produktif tidak terhitung. Semuanya tumbuh dengan liar. Dari
pohon aren yang produktif itu hanya 60-70% yang telah dimanfaatkan, selebihnya
pohon tidak disadap. Dengan masa produksi 4-6 bulan setiap pohon akan
menghasilkan 20 liter nira. Terbayangkan jika seluruh pohon aren dimanfaatkan
sebagai bioetanol sebagai bahan bakar alternatif
sumur
[url]1http://cybex.deptan.go.id/lokalita/nira-aren-arenga-pinata-tanaman-penghasil-bio-ethanol-pengganti-bbm-fosil[/url]
sumur 2
http://www.esdm.go.id/berita/323-ene...&print=1&page=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar