Good News

Rabu, 15 Juli 2015

Nira aren arenga pinata-tanaman penghasil bio-ethanol pengganti bbm Pertamax

Bagaimana caranya nira aren ini menjadi penghasil bioethanol?
Pengunaan Ethanol sebagai bahan bakar mesin bermotor bukan hal yang baru. Ketika Nikolas Otto menemukan motor bakar jenis internal Combustion Enggine pada tahun 1872, bensin belum tersedia sehingga digunakan ethyl alcohol (ethanol) yang berasal dari tumbuhan setelah melalui proses fermentasi dan destillasi.
Setelah teknologi pengolahan minyak bumi berkembang pada tahun 1970-1980, harba bensin (BBM fosil) jauh lebih murah sehingga penggunaan ethanol tidak berkembang. Kenyataan ini berbeda dengan kondisi sekarang, dimana harga BBM fosil melambung tinggi dikarenakan semakin menipisnya ketrsediaan dan semakin tingginya penggunaan BBM fosil.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2009, cadangan BBM fosil di Indonesia hanya Sembilan miliar barel saja dan diperkirakan habis dalam waktu 18 tahun mendatang. Melihat kenyataan ini kita harus segera mencari energy alternatif pengganti BBM fosil.
Aren (Arenga Pinata) adalah tanaman asli Indonesia. Di Daerah Sumatra Selatan tanaman ini tumbuh subur, khususnya daerah aliran sungai. Sejauh ini aren belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, paling getah nira diolah menjadi gula merah dan ijuknya dijadikan kerajinan tangan seperti sapu, sikat, tali ijuk dan lain-lain.
Sebenarnya tanaman aren berpotensi menghasilkan Bio Ethanol. Pohon aren tidak seperti tanaman lain penghasil Bio Ethanol, misalnya singkong yang memiliki masa panen ebam bulan dan tebu dengan masa panen lima bulan untuk satu kali produksi. Tanaman aren hanya butuh waktu enam tahun dan akan berproduksi sepanjang tahun.
Aren dipanen terus-menerus sepanjang musim dimana setiap pohon menghasilkan 10-20 liter aren per hari dengan rendemen 10-15% Bio Ethanol. Jika satu hektar terdapat 100 pohon maka akan menghasilkan lebih kurang 1000 liter aren atau 100 liter Bio Ethanol. Bandingkan dengan kelapa sawit yang satu hektarnya hanya menghasilkan enam ton Biodisel per tahun(IPTEK PUSLIT KINIA LIPI). Dari data ini aren layak menjadi proiritas pengembangan berskala besar seperti perkebunan kelapa sawit.
Ethanol sebagai sebagai bahan bakar pengganti BBM fosil sangat beralasan, karena Ethanol memiliki keunggula sebagai berikut :
Ramah Lingkungan
Karena Ethanol adalah senyawa organic yang berasal dari tumbuhan sehingga tidak menghasilkan gas buang yang berbahaya bagi lingkungan. Berbeda dengan BBM fosil yang mengadung timbale dan merkuri yang dapat mencemari lingkungan.
Ketrsediaan tidak terbatas
Karena Ethanol berasal dari tumbuhan sehingga ketersediannya tidak terbatas jumlah dan waktu, sedangkan BBM fosil membutuhkan waktu ratusan tahun untuk proses pembenukannya.
Proses pembentukanya sederhana
Pembuatan Ethanol dapat dilakukan oleh siapa saja dan tidak memerlukan ketranmpilan khusus. Banhan kedepan diharapkan pembentukan Ethanol dapat dilakukan masyarakat pedesaan yang tentunya dekat dengan sumber bahan baku.
Untuk membuat Ethanol pertama-tama nira hasil sadapan dari tandan aren difermentasi dengan campuran ragi tape selama lima hari pada kondisi tanpa udara. Nira fermentasi didestillasi dengan distiller bertingkat dengan pendingin air tersirkulasi pada suhu 78oC. Selanjutnya Ethanol dimurnikan dengan kapur tohor atau gamping sampai kadar Ethanol 98%.
Dapat kita bayangkan jika produksi Bio Ethanol dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Kebutuhan akan bahan bakar dapat terpenuhi dan tentunya pendapatan masyarakat pedesaan akan bertambah. Ketika suatu desa dapat memenuhi kebutuhan akan energy minimal untuk desanya sendiri, maka Desa Mandiri energy (DME) dapat terwujud.

[img]http://s.kaskus.id/images/2014/11
/20/4203582_20141120055759.jpg[/img]
[img]http://s.kaskus.id/images/2014/11
/20/4203582_20141120055913.jpg[/img]


Nira Aren, Pohon Penghasil Bensin

MINAHASA. Innova hitam keluaran tahun 2006 melaju kencang dari Minahasa Utara menuju Manado. Kecepatan rata-rata mobil tersebut 50-100 km per jam setiap hari. Johan Arnold Mononutu menggunakan 10-15% bahan bakar bioetanol dari nira aren.“Tidak ada keluhan apa-apa, malahan suara mesin lebih halus dan tarikan lebih kencang karena setara Pertamax Plusplus,”ujar Johan.

Johan Arnold Mononutu menggunakan bioetanol sejak tahun 2007 ketika berhasil memproduksi bahan bakar nabati dari nira aren berkadar 99,9%. Selain digunakan sebagai bahan bakar untuk ekndaraan johan memanfaatkannya untuk kompor.”Cuma, untuk kompor cukup memakai bioetanol berkadar 60%,” ungkapnya.

Dengan menggunakan biotenal lanjut Johan, menghasilkan api berwarna biru, tanpa jelaga dan lebih irit karena konversi minyak tanah dan bioetanol 2:1 yang artinya, 1liter bioetanol mampu menggantikan 2 liter minyak tanah. “kesuksesan ini telah mendorong kelompok nelayan di Desa Kema, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahas mengganti minyak tanah dengan bioetanol untuk lampu-lampu petromaknya,”tutur Johan.

Untuk memproduksikan bioetanol dari nira aren menurut Johan tidaklah sulit, dengan menggunakan seperangkat alat destilasi rakitan sendiri yang terbuat dari besi nirkarat (stainless steel) yang terdiri dari pipa kondensator serta selang-selang plastic. “sekarang dengan volume tangki lebih besar dan pengaturan suhu otomatis, dalam sehari atau 10 jam kerja kami mampu menghasilkan 500 liter bioetanol,” tambah Johan.

Bioetanol bagi masyarakat Minahasa Utara bukanlah barang baru, mereka sudanh mengenal sejak zaman Belanda bahkan mungkin jauh sebelumnya. Dihampir beberapa kecamatan seperti Kauditan dan Telawaan memproduksikan energy hijau tersebut sebagai mata pencaharian. Di Desa Tamaluntung Kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara, sekitar 200 KK yang mengolah nira aren menjadi bioetanol berkadar alcohol 40-50% yang mereka sebut “Cap Tikus”. Cap Tikus merupakan minuman keras tradisional masyarakat Minahasa.

Potensi bioetanol dari pohon aren di Tamaluntung sangat besar. Penggerak Ekonomi Pedesaan di kabupaten Minahasa Utara, Renald Tuhwidan menuturkan, jumlah produktif berumur 7 sampai 30 tahun tidak kurang dari 50.000 batang, yang belum produktif tidak terhitung. Semuanya tumbuh dengan liar. Dari pohon aren yang produktif itu hanya 60-70% yang telah dimanfaatkan, selebihnya pohon tidak disadap. Dengan masa produksi 4-6 bulan setiap pohon akan menghasilkan 20 liter nira. Terbayangkan jika seluruh pohon aren dimanfaatkan sebagai bioetanol sebagai bahan bakar alternatif

sumur [url]1http://cybex.deptan.go.id/lokalita/nira-aren-arenga-pinata-tanaman-penghasil-bio-ethanol-pengganti-bbm-fosil[/url]

sumur 2 http://www.esdm.go.id/berita/323-ene...&print=1&page=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar