Good News

Kamis, 23 April 2015

Derita Seorang Editor by Jesslyn



Derita Seorang Editor
Jesslyn[1]
            Apa sih editor itu? Mungkin para pembaca belum sepenuhnya tahu tentang profesi yang satu ini. Editor adalah redaktur dalam jurnalisme. Secara umum, redaktur adalah sesorang yang bertugas melakukan penyuntingan, yaitu: memperbaiki kesalahan ejaan, tanda baca, serta keterpaduan antar paragraf sebuah tulisan yang akan diterbitkan. Tulisan tersebut dapat berupa hasil penelitian, jurnal, majalah, buku, dan sebagainya.
Menjadi seorang editor bukanlah profesi yang mudah. Dibutuhkan keterampilan khusus seperti kecermatan dan ketelitian dalam mengedit, konsentrasi yang tinggi, serta ketahanan membaca dalam waktu yang  lama. Selain itu, dalam menyunting sebuah tulisan membutuhkan pengetahuan yang luas agar dapat memahami, lalu mengoreksi jika di dalamnya terdapat kesalahan .

            Seperti halnya orang-orang dalam berbagai profesi, seorang editor pasti pernah merasakan suka dan duka dalam menjalankan tugasnya. Seperti yang dialami oleh seorang editor di suatu lembaga pendidikan di kota Makassar yang diwawancara oleh penulis, demikian katanya, “Suka duka? Yah, banyak lah. Kalau ‘suka’ nya, saya mendapatkan banyak pengetahuan selama menjadi editor dari membaca berbagai hasil penelitian, pemikiran tokoh terkenal, serta buku-buku yang diterbitkan oleh berbagai lembaga pendidikan.” Selain dari bertambahnya pengetahuan, sorang editor akan memiliki suatu kepuasan tersendiri saat telah selesai menyelesaikan pekerjaannya. Dan tentunya, menjadi suatu kebanggaan diri melihat karya yang telah disunting dapat diterbitkan.
Namun, bukan hanya kebanggaan dan bertambahnya pengetahuan saja yang diterima dan dirasakan oleh editor. Kelelahan mata dan kejenuhan akibat berada di depan layar monitor terus-menerus merupakan salah satu hal tidak menyenangkan yang harus dirasakan setiap hari. “Tetapi sebenarnya, bukan itu yang menjadi masalah utama. Yang terkadang membuat saya kesal adalah banyaknya kesalahan pada tulisan yang ditulis oleh orang yang ‘berpendidikan tinggi.  Menurut saya, seharusnya karya yang ditulis oleh seseorang yang ‘berpendidikan tinggi’ memiliki tingkat kesalahan yang lebih kecil, sehingga kami tidak perlu mengalami banya kesulitan dalam menyunting,  tutur sang editor. Ia menambahkan, “Selain itu, banyaknya penggunaan kata yang tidak baku, urutan tulisan yang kacau, dan ketidakpaduan antar paragraf, membuat saya terkadang pusing tujuh keliling dalam menyunting.”
Menyunting berbagai tulisan sepanjang hari tentu membuat orang-orang yang berprofesi sebagai editor berada di bawah tekanan yang tinggi. Apalagi jika deadline sudah di depan mata, dan tulisan yang disunting belum dapat diselesaikan. “Biasanya, saya memiliki banyak tugas tambahan maupun tugas dadakan dari atasan saya. Itulah yang kadang membuat pekerjaan saya selalu tertunda. Tapi, yah, di situlah tantangan bekerja sebagai editor. Kami harus pandai dalam mengatur waktu kami, agar segala sesuatu dapat terselesaikan dengan baik, tutur sang editor saat mengakhiri wawancara.
Oleh karena itu, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan tinggi dalam menjalani profesi sebagai editor. Dengan kesabaran dan ketekunan, segala tugas dan tanggung jawab pasti dapat diatasi dengan baik. Jadi, bagi para editor, semangat selalu ya!!!



[1] Siswa SMA Zion Kelas 12 Tahap Akhir, berdomisili di Makassar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar