Martubasi
atau rancap adalah suatu perbuatan seksuil. Sering pula disebut “onani”. Kata
itu diambil dari kitab Kejadian 38:9 yang menceritakan tentang dosa Onan.
Tetapi dosa Onan itu sendiri sama sekali tak ada hubungannya dengan rancap.
Jelasnya begini: Dalam kitab Ulangan 25:6 diterapkan apa yang disebut
“pernikahan dengan ipar”. Peraturan itu sebagai berikut: Jika seorang suami
meninggal tanpa meninggalkan seorang anak laki-laki, maka wajiblah seorang
saudara si suami, yakni saudaranya yang belum kawin, mengawini janda itu,
supaya nama yang meninggal itujangan sampai terhapus. Onan mengawini Tamar,
janda saudaranya. Tetapi perkawinan itu hanya pura-pura saja, persekutuan
perkawinan itu dilakukannya hanya sebagian saja karena Onan tidak menghendaki
Tamar memunyai anak. Jadi dosa Onan ialah karena tidak kasih kepada saudaranya, bukan dosa “onani”. Oleh karena itu
istilah “onani”lebih baik tidak dipakai.
Dalam cetakan yang terdahulu dari
buku ini barangkali juga saya sendiri telah menggunakan kata-kata yang terlalu
keras, ketika saya pada umumnya menghukum rancap sebagai suatu dosa. Terutama
dalam masa keremajaan, ketegangan biologis, yang berhubungan dengan pembentukan
mani kelaki-lakian, dapat menjadi begitu besar, sehingga tidak dapat dihukum
sebagai dosa, kalau para pemuda menghilangkan ketegangan itu dengan jalan
melakukan masturbasi sesekali. Dan juga pada usia yang lebih tua mungkin
terdapat hal-hal dimana ketegangan semacam itu tidak usah dialami sebagai dosa.
Namun, siapa yang membuat masturbasi sebagai kebiasaan, ia memperkuat kecenderungannya untuk hidup buat dirinya
sendiri daripada buat orang lain di dalam cinta kasih kepada sesame manusia.
Orang yang sudah ketagihan masturbasi menjadi egosentris dan introvert.
Malahan rancap dapat menjadi suatu kebiasaan paksa sama seperti
menggigit-gigit jari dan kebiasaan-kebiasaan paksa semacam itu. Pertama-tama,
kebiasaan paksa itu terjadi seringkali kalau orang-orang seringkali kalau
orang-orang muda dalam lingkungannya terlalu sedikit mengalami cinta kasih.
Makanya seringkali mereka mencoba mengejar kekurangan akan cinta kasih itu
dengan jalan melakukan sesuatu kepada tubuh mereka sendiri. Kedua, kebiasaan
paksa itu terjadi acapkali, oleh karena orang-orang dewasa seringkali dalam
suatu pendidikan yang salah sama sekali merangsang “erogene zone”
(bagian-bagian yang lekas menimbulkan
nafsu berahi bagian yang terlarang). Banyak orang-orang dewasa terhalang dalam melaksanakan pergaulan
seksuil yang normal, oleh karena telah mengalami atau masih mengalami kebiasaan
masturbasi paksa ini. Seringkali dalam perjuangan melawan kebiasaan paksa ini
orang-orang muda itu belajar bahwa mereka dalam seluruh pergumulan hidupnya
memerlukan pengampunan dan kekuatan dan Roh Kudus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar