Good News

Rabu, 14 Januari 2015

Etika Seksuil: TENTANG PERTUNANGAN (J. Verkuyl) diringkas oleh Hengki Wijaya



Definisi yang diperoleh dari pemaparan J. Verkuyl. Jadi pertunangan adalah suatu masa ujian dengan dasar kesetiaan. Pertunangan adalah suatu masa persiapan sebelum menikah. Pertunangan bukanlah suatu permainan nafsu birahi, dengan niat tersembunyi untuk mengulangi permainan itu dengan orang lain. Jika pertunangan itu baik dan patut, maka pada masa itu akan bernyala-nyalalah pengharapan kita, supaya kasih kita semakin mesra dan supaya keyakinan kita semakin teguh bahwa kita sungguh telah ditentukan oleh Tuhan akan menjadi suami istri.
Orang banyak mengatakan bahwa pada hakekatnya pertunangan itu haruslah dipandang sama dengan pernikahan, kedua-duanya tidak boleh diputuskan, dibatalkan. Menurut kami, pandangan itu tidak dapat dipertahankan. Memang, jika pertunangan itu dimulai tanpa maksud dan tanpa keinginan untuk melanjutkannya dengan perhubungan nikah, maka bohonglah pertunangan itu, suatu permainan belaka. Jika pertunangan itu dimulai dengan keputusan yang sungguh-sungguh dan tidak tergesa-gesa, maka pembatalan pun tidak akan banyak terjadi. Biarpun tiap-tiap orang bertunangan bertanya sesekali di dalam hati: “Betulkah aku mengasihi tunanganku?”, namun janganlah pertanyaan itu menjadi sebab untuk membatalkan pertunangan.

Seorang Kristen, ahli ilmu jiwa, pernah menamakan pertunangan itu suatu “latihan menyangkal diri”, “tidak mementingkan diri”. Ia mengemukakan, bahwa di dalam pernikahan haruslah orang senangtiasa memperhitungkan atau mengindahkan orang lain, bahwa syarat-syarat pertama bagi pernikahan yang bahagia ialah penyangkalan diri setiap hari dan kesediaan untuk menunjukkan kasih yang melayani, yang menyelamatkan dan yang memelihara. Pertunangan adalah persiapan bagi perjuangan penyangkalan diri itu. Juga mengenai masa pertunangan berlaku Firman Tuhan Yesus: “Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dank arena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya” (Matius 8:35).
Layakkah bersetubuh pada masa pertunangan? Jika kita berpegang pada Firman Tuhan, maka haruslah kita jawab dengan tegas: “Tidak”! Alasannya karena bersetubuh sebelum nikah, bagaimanapun juga, jika dipandang dari sudut Firman Tuhan, adalah suatu perbuatan yang merusak perbuatan yang sesungguhnya atai persetubuhan palsu atau gelap. Persetubuhan adalah suatu penyerahan tubuh dan jiwa seseorang kepada orang lain. Barangsiapa memisahkan pemuasan nafsu kelaminnya dari rangkaian hubungan hidup seluruhnya, maka iapun merusakkan hidupnya.
Jika pertunangan itu dipandang sebagai masa ujian dan masa persiapan, maka sudah selayaknya jangan terlalu pendek masanya. Pertunangan yang tergesa-gesa dan pendek mengakibatkan suatu pernikahan yang kurang kokoh dasarnya. Kedua orang yang bertunangan harus mendapat kesempatan untuk saling mengenal. Masa pertunangan jangan terlalu pendek, tetapi jangan terlalu lama.
Jika kita memasuki pernikahan sebagai pemenang, jika kita dapat menempatkan nafsu kelamin kita di bawah pengawasan Firman Tuhan dan bersedia menerima anugerah duniawi yang besar dari Tuhan, yakni pernikahan Kristus yang sejahtera, maka Tuhanlah yang seharusnya menerima pujian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar