Terlupakan... itulah judul yang tepat bagi kisah ini. Hari ini saya merenungkan apa yang terjadi semalam. Semalam seoran teman atau tepatnya mahasiswa bersaksi tentang ibunya yang telah dipanggil Tuhan. Dia tidak pulang kampung untuk melihat ibunya untuk terakhir kalinya. Dia tahu bahwa Tuhan beserta dia dan dia pun yakin bahwa ibunya bersama Yesus. Dia juga berdoa supaya Tuhan Yesus menyelamatkan saudara-saudaranya dan bapaknya. Cerita tersebut membuatku menangis karena siang harinya sebelum ibadah itu saya menjerit kepada Tuhan mengapa saya melupakan sepupuku terkasih yang adalah keluargaku di mana dia belum percaya Yesus beserta seisi rumahnya.
Terlupakan karena egoisme, kesibukan, kemalasan dan tidak ada kepeduliaan. Sementara dia itu lebih baik daripada saya. Dia lebih murni hatinya daripada banyak wanita di luar sana. tetapi dia menikah, dia memiliki anak bahkan sudah dua, saya tidak pernah menyapanya hai apa kabar sepupuku yang cantik? Apakah karena kamu sudah menikah? Hal itu jadi alasan buatku untuk tidak menyapamu. Keterlaluan sekali saya ini. Apa ada 10 tahun ya. Waktu yang lama sekali. Nilai sosialisasiku mungkin lagi bermasalah.
Terlupakan lagi, dia belum percaya kepada-Mu. Sungguh pukulan yang sangat keras bagiku. Tuhan, Engkau datang padaku dengan pesan firman-Mu Lazarus dan orang kaya. Orang kaya tidak hoidup sesuai dengan kehendak-Mu dan nyatanya dia berada dalam kebinasaan. Katanya (orang kaya): Masih ada 4 orang saudaraku yang belum mengenal Dia (tafsiranku), tolonglah mereka. Tugas siapa ini? Tugas saya dong. Saya bertanggung jawab atas keselamatan mereka. Memang Allahlah yang memilih mereka, tetapi Allah sudah datang menghampiriku dengan kasih karunia yang melimpah. Jadi aku harus bertindak untuk itu.
Doaku: Bagi keluargaku yang aku lupakan. Kebaikanmu kepadamu juga kulupakan, tetapi Tuhan tolong saya tidak melupakan dia lagi karena dia butuh Engkau ya Allahku sebagai TUHANku dan TUHAN mereka. Tunjukkan jalan lurusmu Tuhan sehingga ada kepastian bahwa dia pasti selamat ketika Engkau menarik dia menjadi percaya. Biarlah diriku mejadi alat yang terindah di tangan-Mu Sang Penjunan. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar