Saya membagikan pemikiran beliau tentang Facebook dan
bagaimana rasanya yang biasa dengan media ini seminggu tidak merasakannya.
Simak dengan baik
Susah membayangkan hidup tanpa media sosial yang bernama Facebook
(Fb) ini. Sepertinya ada yang hilang kalau tidak menengok status teman-teman
dan mencari bahan-bahan bacaan yang menarik dan berbagai isu kekinian. Cuma
pengalaman melancong seminggu di China benar-benar tidak bisa mengakses Fb.
Rupanya dalam soal keamanan, negeri ini tidak mengizinkan ada Fb karena mungkin
takut kepada dampaknya. Saya mungkin bayangkan betapa ruginya jika tidak ada
media ini. Ternyata keliru. Negeri ini jauh lebih maju dari Indonesia dalam
semua hal, mulai dari infrastruktur, transportasi, ekonomi, perdagangan,
keterbukaan beragama, hiburan untuk industri turisme dan segalanya jauh
melampaui Indonesia. Jangan heran ada mesjid dan gereja dan dipasang tinggi
sekali salibnya. Minimal ada dua yang saya lihat. Padahal itu terjadi kurang
lebih dalam waktu 30 tahuan. Dulu Indonesia masih di atas dalam urusan jalan
tol. Sekarang sih sudah jauh ketinggalan. Tol dan kereta api mereka sudah tidak
bisa dibandingkan dengan Indonesia. Duh, ternyata walaupun tidak ada akses
google yang diganti dengan Baidu, tapi negara ini jauh lebih tenteram.
Jadi kembali ke cerita Fb: Fb memang bisa membuat kita
semakin baik, tapi tidak sedikit sekarang digunakan untuk menyebarkan
kebencian, rasisme, fitnah, politisasi agama. Kebencian disebarkan secara viral
dan membuat ketakutan massal. Ingat kawan, jangan sebarkan kebencian dan
kemarahan lewat Fb. Bangsa ini terlalu besar untuk dikorbankan gara-gara
Pilkada. Jangan memporakporandakan Indonesia gara-gara kebencian yang tidak
mendasar. Juga jangan sibuk membalas dengan saling cerca. Tenang dan nikmati
keberagaman. Bangsa ini harus sejahtera dan pemimpin harus didoakan apapun
agamanya, karena Tuhan menyayangi semua umat manusia. Ayuk fokus bangun negeri
ini, apapun suku, ras dan agamanya (DR).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar