Good News

Senin, 03 Agustus 2015

Mengingat Sang Mentor dalam 25 Tahun Perjalanan Pelayanan by Dr. Daniel Ronda

Mengingat Sang Mentor dalam 25 Tahun Perjalanan Pelayanan.
Kisah ini saya kutip penuh dari FB Daniel Ronda.
Bulan Agustus 2015 ini saya sudah 25 tahun di pelayanan. Pertama kali saya menjejakkan kaki di Ubud pada Bulan Agustus 1990 membantu tugas almarhum Bapak Rodger dan Ibu Lelia Lewis. Dalam perjalanan waktu, ternyata keberadaan saya di Ubud sangat singkat hanya 4 tahun. Lalu bulan Agustus tahun 1994 saya pindah tugas sebagai seorang pengajar di STT Jaffray Makassar sampai sekarang. Kalaupun saya bisa bertahan dalam waktu yang masih baru setengah perjalanan ini, itu dikarenakan ada mentor-mentor yang membentuk saya. Mentor itu saya akan sebutkan satu persatu dengan narasi pendek sebagai ucapan terima kasih yang terhingga sehingga sampai di 25 tahun pelayanan:

1. Dr. Peter Anggu adalah mentor yang luar biasa, ia seorang saleh yang rendah hati, memanggil sang mahasiswa dengan sapaan ringan jika berjumpa, mengajak berdoa ketika masuk ke kantornya bila ada keperluan. Dialah tokoh yang saya kagumi yang kemudian memanggil saya menjadi tenaga pengajar, di mana suratnya masih saya simpan sampai hari ini.
2. Bapak William Kenneth Kuhns dan Ibu Janet Howard adalah orang tua yang tiada taranya bagi saya dan istri. Pak Kuhns, demikian kami memanggilnya, tidak akan pernah membiarkan pulang dengan hampa jika minta bantuannya. Tentu bukan dalam arti materi, tapi dalam nasehat dan berbagai hal. Dia adalah figur bapak yang luar biasa dengan kedalaman cara berpikirnya. Sang Ibu, dulu kami sebut Ibu Kuhns adalah figur extrovert yang selalu ceria, senyum dan sukacita dan sangat positif melihat dunia. Dari keduanya kami mendapatkan model arti pelayanan, termasuk belajar tersenyum dengan penuh percaya diri. Merekalah yang mengutus dan mendorong kami untuk berani ambil kuliah S2 di Filipina bahkan mempertaruhkan dana pensiunnya jika sponsor tidak ada.
3. Pdt. Nyoman Enos adalah figur yang sangat berarti dalam mengartikan apa itu melayani dan apa itu kekudusan. Suara yang keras dan blak-blakan menggambarkan kasih seorang Bapak yang tidak ingin anaknya berkanjang dalam dosa dan melayani adalah anugerah bukan hak yang harus dituntut.
4. Bapak Rodger dan Ibu Lelia Lewis adalah figur yang sungguh membentuk saya tentang bagaimana melayani dengan setia. Kasihnya kepada jiwa-jiwa, kesederhaan hidupnya, dan pengorbanan uang pensiunnya untuk pelayanan dan beasiswa membuat tapak abadi di hati ini tentang bagaimana sepatutnya mengasihi.
5. Dr. George Harper adalah dosen terbaik yang pernah didapat dalam studi. Dia adalah figur sederhana dalam gaya hidup tapi sangat kaya dalam berteologi. Dia yang membuat saya mampu melihat teologi sistematika dari sudut pandang sejarah yang menjadikan kita berhikmat melihat keragaman teologi dalam sejarah. Dialah yang meyakinkan saya bahwa paper-paper saya sangat brilian dan dia pula yang meminta saya melanjutkan studi Ph.D dengan beasiswa John Stott. Ia kecewa ketika saya menolaknya namun hubungan tetap baik dan indah karena memang hatinya adalah mencetak teolog bagi orang Asia.
6. Dr. David Rambo adalah seorang mantan Ketua CMA Amerika yang kemudian menjadi dosen saya di Asbury Theological Seminary. Bersama istrinya Ruth Rambo, mereka menjadi orang tua selama studi di Amerika. Kisah-kisah pelayanannya dan caranya memberikan semangat dan kepercayaan diri sehingga mampu melihat kepemimpinan dari sudut sang pemimpin yang sebenarnya dan bukan pemimpin yang masih merasa menjadi ekor atau bawahan. Ia percaya bahwa saya bisa menjadi pemimpin dan kepercayaan itu saya masih emban!
Narasi di atas sangat pendek. Ada banyak pengorbanan sang mentor-mentor itu yang tidak saya bisa narasikan di sini. Sungguh mentor-mentor di atas adalah pribadi yang membentuk kepemimpinan saya.
Ada banyak orang lain juga yang menaruh doa, nasehat dan dukungan dalam hidup saya. Mereka tak saya narasikan khusus, namun punya peran yang penting. Mereka adalah Pdt Wayan Bukti Suplig, yang kepadanya saya menerima panggilan menjadi hamba Tuhan di Retret Pemuda di Ambiarsari Bali tahun 1985. Ada dosen-dosen yang membentuk pelayanan: Pdt M. Silalahi, Bapak Gordon dan Adina Chapman, Dr. Ruth F. Selan. Juga tak lupa Bapak Mathias Abai, sang mantan Ketua Umum GKII yang mendoakan saya secara khusus dengan Elisabeth di rumah dinasnya Jl. Jambrut 24 Jakarta sebelum kami menikah. Ia adalah teman baik mertua saya Bpk P. A. Dasong yang mantan bendahara di mana waktu-waktu kebersamaan mereka di kantor pusat GKII mereka saling mendoakan termasuk mendokan kami.
Mentoring ternyata berguna sekali membentuk kepemimpinan seseorang. Saya sudah merasakannya. Sudah waktunya di sisa 25 tahun pelayanan berikutnya jika diperkenan Tuhan, saya mau mementor sebanyak mungkin pemimpin muda untuk menjadikan mereka pelayan Tuhan yang luar biasa.
Makassar, 3 Agustus 2015
Pdt. DR. Daniel Ronda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar