"Allah
adalah Benar"
Roma
3:4
"Yesus
Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai
selama-lamanya"
Ibrani
13:8
"Dan
mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Karena itu buanglah dusta dan
berkatalah benar seorang kepada yang lain . . ."
Efesus
4:24-25
B
E N A R
1.
HAYAT DAN SIFAT ALLAH ADALAH BENAR
Roma
3:4 mengatakan, "Allah adalah benar." Efesus 4:24 mengatakan,
"Manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." Satu Tesalonika 1:9
mengatakan, "Melayani Allah yang hidup dan yang benar." Dan 1
Yohanes 5:20 mengatakan, "Dialah Allah yang benar."
Allah
adalah benar, sebab Allah tetap ada (Ibr. 1:10-11; Mzm. 90:2), selamanya tak
berubah, "padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena
pertukaran" (Yak. 1:17). "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin
maupun hari ini dan sampai selama-lamanya" (Ibr. 13:8).
Firman
Allah juga benar "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi
perintah, maka semuanya ada" (Mzm. 33:9). "Berfirmanlah Allah . . .
Dan jadilah demikian" (Kej. 1:24). "Langit dan bumi akan berlalu,
tetapi perkataanKu tidak akan berlalu" (Mat. 24:35). "Tetapi firman
Tuhan tetap untuk selama-lamanya" (1 Ptr. 1:25). "Karena kamu telah
dilahirkan kembali . . . melalui firman Allah, yang hidup dan yang kekal"
(1 Ptr. 1:23). Allah adalah "Allah yang tidak berdusta" (Tit. 1:2).
"Sebab Kristus adalah 'ya' bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh
karena Dia kita mengatakan 'Amin' untuk memuliakan Allah" (2 Kor. 1:20)
Dalam
alam semesta, hanya Allah dan firman-Nya yang benar. Dalam suatu sidang
pelatihan di Kuling yang dipimpin oleh Saudara Watchman Nee, selesai bersaksi,
seorang saudara bertanya, "Mengapa orang yang dulu pernah sakit, kemudian
beroleh firman Tuhan dan mendapat kesembuhan, namun gejala sakitnya tetap
ada?" Saudara Watchman Nee menjawab, "Hari ini dalam alam semesta
hanya Allah dan firman-Nya yang benar, lainnya semua palsu. Karena itu, jika
sudah beroleh firman Allah, maka gejala sakit itu adalah semu." Saudara tadi
berkata: Pertanyaan ini saya ajukan karena sejak tahun 1936 saya muntah darah
sehingga harus berbaring sepanjang tahun 1937. Kemudian saya beroleh firman
Tuhan dan mendapat kesembuhan. Lalu saya pergi ke Cheefoo. Saat itu beberapa
saudara sudah pindah ke tempat lain, sehingga semua tugas dipikul oleh kami
yang masih muda. Setiap kali memberitakan Injil, kami selalu melakukannya
dengan sekuat tenaga. Akibatnya, adakalanya saya masih bisa muntah darah.
Gejala sakit itu terus berlangsung sampai tahun 1948. Ketika di Shanghai
diadakan sidang khusus, gejala sakit itu menjadi lebih parah. Saudara Watchman
Nee menjawab, "Jika sudah ada firman Allah, maka gejala sakit itu adalah
semu. Janganlah percaya kepadanya." Kenyataannya sungguh demikian, sejak
tahun 1948 hingga kini (1986), selama 38 tahun, gejala sakit itu tidak kambuh
lagi, dan usia saya sekarang sudah lebih dari 70 tahun. Jawaban Saudara Wachman
Nee sungguh indah, ia benar-benar adalah orang yang mengenal Allah.
Selanjutnya,
Saudara Watchman Nee sendiri mengisahkan kesaksian bagaimana ia beroleh
kesembuhan: Saya pernah sekali menderita sakit parah, berturut-turut beberapa
malam saya tidak dapat tidur. Suhu badan saya sangat tinggi, denyut nadi saya
sangat cepat, saya merasa bahwa saya sudah tidak jauh dari pintu maut. Pada
malam itu, saya berdoa dan Tuhan mendengar doa saya. Keesokan siang harinya,
Tuhan memberi saya sebuah firman, "Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan
Yesus dari antara orang mati, tinggal di dalam kamu, maka Ia, yang telah
membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga
tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang tinggal di dalam kamu" (Rm. 8:11).
Saya lalu mengira bahwa hari itu saya pasti dapat tidur dengan baik. Tetapi
faktanya lebih buruk lagi. Suhu badan saya malah semakin tinggi, denyut nadi
pun semakin cepat. Setan segera mendatangi saya dan berkata, "Di
manakah janji firman Allah itu? Lihatlah, kau tidak dihidupkan!" Saat itu
juga Allah memberi saya dua ayat lagi: "Mereka yang berpegang teguh pada
berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka
dengan setia" (Yun.2:8); "Firman-Mu itulah kebenaran" (Yoh.
17:17). Ayat pertama mengacu kepada keadaan lahir, yakni gejala sakit yang di
luar, itu semua sia-sia dan dusta; dan ayat berikutnya mengacu kepada firman
Allah saja yang benar. Kalau demikian, bagaimanapun tingginya suhu badan dan
cepatnya denyut nadi saya, semuanya itu semu, bahkan kesulitan tidur saya pun
semu. Saya segera mengucap syukur kepada Allah dan berkata bahwa perkataan Roma
8:11 itulah yang benar, sedang semua gejala sakit saya adalah semu. Setelah
saya beriman dan mengumumkan demikian, sore harinya suhu badan dan denyut nadi
saya normal kembali, dan malamnya saya bisa tidur dengan nyenyak.
2.
HAYAT DAN SIFAT MANUSIA ADALAH SEMU
Pada
satu aspek, Roma 3:4 mengatakan, "Allah adalah benar," pada aspek
lain mengatakan, "Manusia pembohong." "Sebab: 'Semua yang hidup
adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput
menjadi kering, dan bunga gugur'" (1 Ptr. 1:24). "Apakah arti
hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu
lenyap" (Yak. 4:14). ". . . Kamu mencintai yang sia-sia dan mencari
kebohongan" (Mzm. 4:3). Orang Israel menghendaki Barabas, menolak
Kristus (Mat. 27:21-22). Orang-orang di dunia hanya ingin uang, harta,
kedudukan, dan reputasi; berambisi kepada kemuliaan yang semu, tetapi enggan
akan Kristus yang benar dan kemuliaan yang sejati. "Ia (orang-orang dunia)
hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan
menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti" (Mzm. 39:7).
Sibuk menimbun harta, tetapi pada akhirnya sia-sia belaka. Hanya Kristuslah
yang sejati. Cari dan dapatkanlah Dia! Jangan memperebutkan harta yang tidak menentu.
Tuhan
Yesus mencela orang Israel karena menyembah Allah dengan kepalsuan.
"Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari
Aku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku" (Mat. 15:8-9). Dalam hal
menghormati orang tua, mereka juga semu: "Tetapi kamu berkata: Siapa saja
yang berkata kepada bapaknya atau kepada ibunya: Segala bantuan yang seharusnya
engkau terima dari aku adalah persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib
lagi menghormati bapaknya atau ibunya" (Mat. 15:5-6). Dengan dalih itu,
mereka tidak lagi memelihara orang tua mereka; mereka melakukan kebajikan
semu. Seperti orang-orang Farisi yang munafik, ketika memberi sedekah, meniup
terompet di hadapan orang; ketika berdoa, senang berdiri di tempat ibadah atau
di persimpangan jalan, agar kelihatan orang banyak; ketika berpuasa, wajahnya
dibuat bermuram durja. Orang Farisi senang mencobai Tuhan melalui mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada Tuhan, untuk mendapatkan alasan menuduh Tuhan.
Orang-orang Yahudi sangat bergairah terhadap Allah, namun tidak menurut
pengetahuan yang benar, sebaliknya, mereka berusaha mendirikan kebenaran
mereka sendiri, dan tidak takluk kepada kebenaran Allah (Rm. 10:2-3).
Racun
dusta Iblis telah terinjeksi ke dalam diri manusia, sehingga manusia menjadi
pendusta, dan apa yang dikatakan dan dilakukan manusia menjadilah dusta, palsu
dan sia-sia. "Dasar orang Kreta pembohong . . ." (Tit. 1:12). Manusia
telah menjadi anak-anak Iblis, Iblis adalah bapa semua orang yang berdusta
(Yoh. 8:44).
3.
GEREJA SESIFAT DENGAN ALLAH
Allah
adalah benar, gereja sesifat dengan Allah, juga harus benar. Gereja adalah
manusia baru "yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef. 4:24). Dikatakan
selanjutnya, "Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang
kepada yang lain" (Ef. 4:25). Segala yang ada di dalam gereja, haruslah
benar; kedustaan dan kepalsuan tidak seharusnya ada.
a.
Gereja Tidak Boleh Mentolerir Dusta
Iblis
mendirikan kerajaannya dengan dusta, Iblis merusak Kerajaan Allah juga dengan
dusta. Karena itu, gereja tidak boleh mentolerir dusta dan kepalsuan. Tercatat
dalam Kisah Para Rasul 5, Ananias dan Safira menjual tanah mereka dan menahan
sebagian dari hasil penjualannya, mendustai Allah. Akibatnya, putuslah nyawa
mereka.
b.
Dalam Gereja, Segalanya Harus Berada
di
dalam Roh dan Kebenaran
1)
Menyembah dengan Roh dan Kebenaran
"Allah
itu Roh dan siapa saja yang menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan
kebenaran" (Yoh. 4:24).
2)
Menerima Sunat yang Sejati
"Sebab
kitalah orang-orang bersunat yang beribadah oleh Roh Allah dan bermegah dalam
Kristus Yesus dan tidak mengandalkan hal-hal lahiriah" (Flp. 3:3). "
. . . dan sunat sejati ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara
harfiah" (Rm. 2:29).
3)
Orang Yahudi Sejati
"Orang
Yahudi sejati ialah yang melakukannya dari batin" (Rm. 2:29 Tl.);
"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kol. 3:23).
Kisah
kesaksian: Ada seorang anak negro bernama Yekana. Ia tinggal di asrama suatu
misi penginjilan di Afrika Tengah. Sejak kecil ia sudah mendengar Injil dan
menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya. Pada suatu hari, pembimbingnya
menyuruh Yekana menyapu kelas. Ketika Yekana menyapu sampai di depan sebuah
almari besar, ia berpikir, "Tidak perlu menyapu yang di balik almari.
Disapu atau tidak, tetap tidak akan dilihat orang, buat apa menambah-nambah
pekerjaan?" Namun, ada satu pikiran lain yang muncul, "Di seluruh
ruang kelas ini, ada satu tempat di mana saya boleh menyapunya untuk Tuhan,
karena orang lain tidak akan tahu." Demikianlah kemudian ia menyapu
bagian belakang almari besar itu. Saat menyapu, ia berdoa, "Tuhan, aku
menyapu tempat ini untuk-Mu." Sungguh tepat dengan yang dikatakan dalam
Kolose 3:23.
Dalam
Efesus 6:5-7 dikatakan bahwa seorang hamba harus melayani tuannya dengan tulus
hati, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang.
Seorang
saudara mengatakan bahwa bahaya kaum saleh ialah dari luarnya tidak mengubah
kebiasaannya mengasihi Tuhan, namun dari dalamnya telah kehilangan kasih yang
semula terhadap Tuhan.
4)
Harus Menanggung Satu Kuk dengan Sesungguhnya
Bukan
saling memperlakukan secara lahiriah, melainkan dengan sehati sejiwa (Flp. 4:3;
2 Kor. 12:18). Bersama melayani, juga bisa bersama berdoa; saling berbaur di
dalam roh. Bukan hanya bersekutu di bibir, tetapi dalam roh harus saling
memberi respon. Sehati di batin, sejalan di lahir.
4.
HARUS MENJADI ORANG ISRAEL SEJATI
Orang
Israel sejati adalah orang yang tidak ada kepalsuan di dalamnya (Yoh. 1:47).
Melayani dalam gereja janganlah menyimpan maksud atau ambisi apa pun. Berambisi
berarti licik. Harus murni untuk Tuhan, untuk gereja dengan setulusnya. Seperti
syair sebuah lagu: "Setiap pencinta Tuhan yang tulus, tidak menghiraukan
bahagia atau celaka".
5.
BENAR BERARTI SELARAS LAHIR DAN BATIN
Bagaimana
yang di dalam, begitu pula penyataannya yang di luar. Yohanes Pembaptis berkata
kepada Herodes bahwa ia memperistri Herodias itu tidak halal (Mat. 14:4).
Yohanes adalah seorang yang benar; batin dan lahirnya selaras. Ketika Filipus
bersaksi kepada Natanael tentang Tuhan Yesus, Natanael berkata,
"Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Ini benar, selaras
lahir dan batin. Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang
dia, "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di
dalamnya!"
Ketika
di Antiokhia, Petrus bersikap lemah dalam kebenaran, yaitu berpura-pura
meninggalkan kaum beriman bukan Yahudi, Barnabas juga ikut-ikutan berpura-pura.
Melihat kelakuan mereka yang tidak sesuai dengan kebenaran Injil, Paulus
dengan terus terang menentangnya. Ini benar (Gal. 2:11-15).
Tuhan
menghendaki kita benar, "Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak,
hendaklah kamu katakan: Tidak" (Mat. 5:37). Jangan lain di mulut, lain
pula di hati.
Saudara
Witness Lee berkata, "Sering kali orang yang melayani dalam gereja sangat
kawakan." Maafkan saya berkata demikian, sangat kawakan sehingga menjadi
'hebat'. Walaupun hatinya sangat tidak menyukai seseorang, tetapi di luarnya
tetap bisa bersenyum simpul. Kalau Anda tidak menyenangi seseorang atas
sikapnya yang tidak benar, Anda tidak boleh melampiaskan amarah kepadanya, itu
benar; tetapi senyum simpul dengan pura-pura, itu tidak seharusnya, itu
munafik. Anda harus menunjukkan sikap serius di hadapannya sehingga ia
merasakan bahwa Anda tidak menyukainya. Ini baru benar. Tidak melampiaskan amarah
itu benar, namun bersenyum dengan pura-pura itu tidak benar. Dalam organisasi
masyarakat, orang mungkin berpura-pura, bermain politik, atau main kayu, tetapi
di dalam gereja, terhadap saudara saudari, tidak boleh demikian. Lebih-lebih
orang yang melayani, harus ada kebenaran dan kejujuran. Baik tutur kata, sikap,
pernyataan, maupun pergaulan dengan saudara saudari, harus ada kebenaran dan
kejujuran.
Begitu
Anda tidak benar dan tidak jujur, Anda membawa suatu maksud tertentu, itu
berarti bermain politik, itu adalah kusta pada pakaian yang dikatakan dalam
Imamat 13. Misalnya, Anda memberi sesuatu kepada seorang saudara karena memang
Anda di hadapan Allah mempunyai beban, perasaan, dan kasih kepadanya.
Kemudian, perbuatan lahir Anda sesuai dengan batin Anda. Itu adalah perkara
yang indah. Namun jika hal itu Anda lakukan tanpa beban, tanpa pimpinan, dan
tanpa kasih, melainkan karena bermaksud meminta agar ia mengerjakan sesuatu
demi kepentingan Anda, itu adalah kusta pada pakaian di hadapan Allah. Hal demikian
pantang dilakukan.
Saudara
saudari, sampai-sampai kesungkanan dan sopan santun kita pun harus benar,
tulus ikhlas. Jangan di luarnya berjabat tangan, tetapi di dalam hati
menggeleng-gelengkan kepala.
Memang
kita harus mengekang amarah. Misalkan, ada beberapa saudara bermasalah, lalu
masalah itu dibawa ke hadapan Anda. Anda tahu bahwa Anda tidak boleh
marah-marah, karena itu, Anda menahan diri dan berwajah manis terhadap
mereka. Namun setelah mereka pergi, Anda segera menggerutu, dengan marah
sekali Anda berkata, "Mereka benar-benar kurang ajar! Selama aku melayani,
aku tidak pernah menginginkan uang mereka, mengapa mereka begitu merongrong
aku!" Jika demikian, itu adalah mengekang amarah dengan munafik.
Jangan sekali-kali kita berbuat demikian. Pengekangan yang sesungguhnya ialah
Anda tunduk di bawah kuasa tangan Tuhan, menerima pengaturan Tuhan, dan
menanggulangi temperamen Anda. Anda tidak saja menerima penanggulangan di
hadapan saudara-saudara, setelah mereka pergi, Anda pun harus menerima
penanggulangan di hadapan Tuhan. Dengan rasa sesal Anda harus berkata, "O
Tuhan, aku mengakui bahwa temperamenku sangat buruk, aku sungguh benci akan
diriku sendiri. Tuhan, aku mohon belas kasihan-Mu, kalau tidak, gereja akan
kacau karena aku." Inilah pengekangan temperamen yang sesungguhnya.
Ada
juga orang yang hidupnya tidak konsisten, lain di luar, lain pula di gereja, di
hadapan saudara saudari. Demikian adalah munafik. Kehidupan kita di
tengah-tengah kaum saleh seharusnya sama dengan kehidupan kita yang individual.
Bagaimanapun, kita harus menjadi orang yang benar dan konsisten. Sebagai
seorang yang melayani, yang dibutuhkan adalah manusia Anda, bukan cara Anda,
sebab bukan cara yang bisa mengatur gereja, melainkan manusia.
Seorang
saudara berkata, "Kalau keadaan Anda tidak begitu baik, tetapi Anda
buat-buat supaya kelihatan baik, itu berarti tidak bening. Kondisi orang
Kristen harus bening, karena kelak di hadapan Allah, segalanya bening. Sebab
itu, hari ini kita harus menjadi manusia yang bening, yang apa adanya, jangan
bersandiwara."
Adakalanya
jika terlampau mahir dalam menangani suatu perkara, seseorang mudah sekali
menjadi orang yang bermuka dua, bisa hitam, bisa putih. Seperti mempunyai dua
lidah, bisa mengucapkan dua jenis perkataan. Orang yang melayani tidak
seharusnya demikian. Harus konsisten, apa yang terkandung di hati, itu pula
yang dinyatakan di bibir dan perbuatan.
Orang
Kristen memang harus belajar membawa diri, tetapi jangan munafik seperti yang
dilakukan khalayak dalam masyarakat hari ini. Misalnya, ada seorang saudara
bermasalah di hadapan Allah, Anda mengetahui hal itu. Kemudian ia datang
membicarakan masalahnya kepada Anda. Bagaimana sikap Anda? Kalau Anda tidak
mampu menegurnya, Anda tidak boleh mengatakan bahwa dia tidak bersalah. Anda
harus mempertimbangkan keadaannya dan daya penerimaannya. Kalau dia tidak
bisa menerima teguran Anda, lebih baik Anda berdiam diri. Jangan sekali-kali
Anda bersikap munafik dan berkata kepadanya, "Saudara, Anda tidak bersalah,
Anda baik."
Saudara
Witness Lee sering menjumpai kasus seperti di bawah ini. Adakalanya, setelah
saudara yang bermasalah itu berbincang-bincang dan pergi, saudara pewajib
gereja yang tadinya berkata bahwa saudara itu benar, segera berkata kepada
saudara Lee, "Saudara Lee, saudara tadi itu sangat tidak karuan."
Saudara Lee lalu berkata, "Anda telah menipu saudara Anda." Saudara
pewajib itu malah menjelaskan bahwa saudara itu buruk sekali temperamennya, dan
pasti ia akan segera naik pitam jika disalahkan, bahkan bisa memukul. Kata
Saudara Lee, "Saudara, sekalipun Anda takut dipukul olehnya, Anda tidak
seharusnya mengatakan bahwa ia benar, itu adalah munafik. Kalau Anda merasa
bahwa ia tidak bisa menerima, ketika ia membicarakan kasusnya kepada Anda,
lebih baik Anda diam saja. Tutup mulut pada saat-saat demikian sering kali
lebih besar khasiatnya daripada berterus terang. Anda tidak usah
membangkitkan amarahnya, namun Anda pun jangan memujinya."
Segala
perkara di kolong langit ini, kecuali yang tidak Anda lakukan, cepat atau
lambat pasti akan diketahui orang, tidak peduli bagaimana ketatnya Anda
merahasiakannya. Misalnya, Anda berkata kepada seorang saudara bahwa ia
lumayan baik, tetapi setelah ia pergi, Anda berkata kepada orang lain bahwa
ia sangat tidak karuan. Camkan baik-baik: Komentar Anda itu, tidak sampai
setengah tahun akan sampai ke telinganya. Dan ia akan berkata, bahwa Anda
tidak benar dan bermuka dua. Ini berarti Anda mengkhianati diri Anda sendiri.
Satu
contoh lagi: Misalnya ada seorang saudara mengajukan satu usul kepada Anda,
yaitu agar diadakan sidang untuk pembacaan Alkitab. Anda memang tidak berselera
terhadap pembacaan Alkitab dan Anda lebih menyukai berdoa, karena itu Anda
sama sekali tidak mau menerima usulnya. Namun, Anda bermain politik, Anda lalu
beralasan bahwa sekarang ini, hari Senin untuk sidang pewajib rumahan, hari
Selasa untuk berdoa, hari Rabu untuk pembinaan orang yang baru percaya, hari
Kamis untuk penginjilan, hari Jumat untuk anu, dan hari Sabtu untuk remaja.
Jadi tidak ada waktu untuk pembacaan Alkitab. Batin Anda tahu bahwa dengan
berkata demikian, Anda telah menipu saudara Anda. Sebenarnya, masalah dalam
batin Anda bukannya tidak ada waktu, melainkan tidak berselera, itu hanya
dalih belaka. Ingatlah, pertama kali Anda berdalih demikian, mungkin ia tidak
merasa, tetapi lambat laun ia akan mengerti. Terhadap anak kecil saja kita
tidak bisa sering membohonginya, apalagi terhadap orang dewasa. Pertama kali
Anda menipu dia, dia percaya bahwa Anda benar, tetapi bila lain kali Anda
mengulangi kata-kata itu, ia akan mengerti bahwa Anda sedang bermain politik.
Karena itu, harus belajar menerima dari dalam hati. Jika Anda memang tidak
bisa menerima, Anda boleh tidak memberi respon apa-apa, atau terus terang
saja berkata kepada saudara itu bahwa Anda tidak setuju mengadakan sidang
untuk pembacaan Alkitab seperti yang ia usulkan. Jangan sekali-kali Anda
menjadi politikus, dengan alasan ini dan itu, Anda mengatakan kata-kata yang
politis. Akibat yang ditimbulkan oleh hikmat duniawi lebih mencelakakan orang
daripada berbicara dengan terus terang. Kadang-kadang lebih baik berterus
terang, berbicara apa adanya, kalau ya, katakan "Ya", kalau tidak,
katakan "Tidak". Andaikata orang itu tidak mau menerima, kita boleh
diam, tetapi jangan mencari alasan.
6.
BENAR BERARTI TIDAK MENUTUP-NUTUPI
Kadangkala,
demi kebaikan orang lain, kita tidak perlu berkomentar, dengan hikmat kita
boleh mengalihkan ke perkara lain, tetapi jangan dengan kondisi lain menutup-nutupi
kondisi yang sedang Anda hadapi.
Dalam
Injil Matius 21:27 tercatat, orang-orang Farisi berpura-pura mengatakan,
"Kami tidak tahu," itu munafik. Lalu Tuhan berkata, "Aku juga
tidak mengatakan kepadamu," ini benar dan berhikmat.
Kita
harus hidup dalam roh dan tinggal di dalam kasih, barulah kita bisa menjadi
orang yang benar dan berhikmat.
7.
ORANG YANG BENAR
BARU
BISA DIPERCAYA OLEH ORANG LAIN
Setiap
pelayan Tuhan harus bisa dipercaya oleh orang lain, namun hanya orang yang
berkarakter benar baru bisa mendapat kepercayaan orang.
Ada
orang, saat ia berjumpa dengan saudara yang tengah mengalami kekurangan, ia
berkata kepadanya, "Oh, Anda sedang kekurangan? Semoga Tuhan memelihara
Anda." Tetapi, begitu ia membalikkan badannya, ia sama sekali sudah
melupakan saudara tersebut. Itu adalah ucapan munafik. Ia sama sekali tidak
mempunyai hati, tidak seharusnya berkata begitu. Saudara itu kehilangan mata
pencaharian, ia sedang menderita. Kalau Anda tidak menaruh rasa prihatin
terhadapnya, janganlah Anda dengan pura-pura membuat pernyataan itu. Itu
adalah munafik. Kalau Anda hanya sekali itu menjadi orang munafik lalu segera
berpindah ke bulan, itu boleh saja. Tetapi jika tidak, lambat laun bila orang
mendengar Anda berkata, "Oh" lagi, orang akan muak mendengarnya.
Orang lain akan menilai Anda sebagai orang yang munafik.
Camkanlah:
Tidak seorang pun yang membangun dirinya sendiri dengan kemunafikan bisa
sukses. Bila Anda munafik, cepat atau lambat pasti akan diketahui orang. Orang
yang tidak bisa dipercaya oleh orang lain, tidak mungkin sukses.
8.
ORANG YANG BENAR RELA
MENGORBANKAN
DIRINYA SENDIRI
Pekerjaan
Tuhan menuntut pelayan-Nya berkorban. Orang yang tidak berkarakter benar, tidak
mungkin mau berkorban untuk orang lain, dan tidak mungkin mati sahid bagi
Tuhan. Meskipun kasih Tuhan mendorong kita sehingga kita berniat berkorban
bagi orang lain, tetapi jika kita tidak memiliki karakter berkorban,
mustahillah kita bisa menyesuaikan diri dengan hayat Tuhan yang berkorban itu.
Orang yang selalu berebut kemanisan dan mundur bila datang kesukaran,
bukanlah orang yang benar.
Syair
Kidung No. 349 mengisahkan, "banyak orang yang tidak mau menempuh jalan
Tuhan, namun mereka mau berkat Tuhan. Mereka mau berkat Tuhan, namun tidak mau
memikul salib Tuhan." Orang yang tidak mau menderita adalah orang yang
tidak benar. Selanjutnya dikatakan, "Kalau Tuhan selalu memberi dan
menyediakan baginya, ia akan memuji nyaring. Namun, kalau Tuhan meminta sedikit
darinya, ia segera sakit hati, menggerutu." Orang yang demikian adalah
orang yang tidak benar. Terakhir dikatakan, "Namun bagi pencinta-Nya,
semua (baik derita atau berkat) tak dihiraukan. Bahkan nyawa dan darah mereka
pun rela mereka korbankan bagi Tuhan. Mohon Tuhan memberiku tekad semacam ini,
setia tanpa mempedulikan hidup atau mati.
Orang
yang demikian barulah orang yang benar, barulah orang yang sungguh-sungguh
mengasihi Tuhan. "Dengan inilah kita mengenal kasih Kristus, yaitu bahwa
Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib
menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara seiman kita" (1 Yoh. 3:16).
Paulus adalah orang yang benar, maka ia rela berkorban untuk kaum saleh. Paulus
berkata, " . . . bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi
juga hidup kami sendiri dengan kamu" (1 Tes. 2:8).
Ketika
untuk terakhir kalinya Saudara Watchman Nee datang ke Hongkong,
saudara-saudara menasihatinya agar jangan kembali ke daratan China, sebab jika
ia kembali masuk, ia tidak akan bisa keluar lagi. Tetapi ia berkata,
"Kita telah mengeluarkan begitu banyak waktu untuk membangun gereja.
Kini, bagaimana aku bisa meninggalkannya dan tidak mempedulikannya? Demikian,
pada masa para rasul sebermula, ketika keadaan demikian, bukankah mereka tetap
tinggal di Yerusalem? Aku tidak menghiraukan nyawaku. Jika rumah akan rubuh,
dan anak-anakku ada di dalam rumah, aku harus sekuatnya menopang rumah itu.
Sekalipun itu akan meminta nyawaku, aku tidak menyayanginya." Demikianlah
ia kemudian kembali ke China daratan. Setelah masuk, beberapa lama kemudian
ia ditangkap dan dipenjarakan selama 20 tahun, dan akhirnya mati dalam penjara.
Ia adalah orang yang rela mengorbankan segalanya untuk saudara saudari.
9.
ORANG YANG BENAR BARU MANTAP
Setiap
pelayan Tuhan harus benar; tanpa kebenaran, tidak mungkin mantap. Membaca
Alkitab, berdoa, bersaksi, atau memimpin orang, harus benar. Jika tidak,
niscaya tidak bisa mantap. Orang yang tidak benar, pasti juga tidak benar
dalam hal memperhatikan, melayani, atau mengunjungi orang lain. Orang yang
tidak benar, tidak mungkin membaca Alkitab dengan tuntas, ia tidak mungkin
memberi bantuan yang sesungguhnya kepada orang lain. Orang yang tidak benar,
tidak mungkin bisa melayani gereja, ia tidak bernilai di tangan Tuhan.
10.
HARUS BENAR JUGA HARUS MENUNTUT
PEREMUKAN
HAYAT ALAMIAH
Jika
perlu marah, boleh marah, baru bisa marah; tidak seharusnya marah, tidak
boleh marah, baru bisa mengendalikan diri.
Seperti
Tuhan Yesus mengusir orang-orang yang berjual-beli di Bait Allah, Ia bahkan
membalikkan meja-meja penukar uang (Mat. 21). Mengecam ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi (Mat. 23). Ia berdukacita karena kedegilan mereka, dan
dengan marah ia memandang sekeliling-Nya (Mrk. 3:5). Dan seperti Paulus menegur
orang-orang Korintus (1 Kor. 3:1-3; 4:21).
Musa
bisa memarahi orang Israel, ia pun bisa mendoakan mereka (Kel. 32:19-20,
30-32; Bil. 16:15, 41-46). Saudara Watchman Nee bisa menegur seorang saudara
muda, setelah itu, ia bisa duduk bersamanya sambil berbincang-bincang. Ini
menyatakan bahwa mereka pernah menuntut pelajaran peremukan.
11.
KARAKTER SANGAT BERBEDA DENGAN MORAL
Sumber: http://sahabat-doa-kristen.blogspot.com/2013/04/tentang-karakter-benar.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar