Pengharapan orang percaya dimulai sejak zaman nabi ketika bernubuat akan lahirnya Sang Penyelamat. Ketika itu dibubuatkan dalam dalam Yesaya 59:1-2, secara sederhana ditafsirkan bahwa tangan Allah tidak kurang panjang untuk mengjangkau manusia, dan telinga-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar. Tetapi yang memisahkan Allah dengan manusia adalah dosa dan kejahatannya.
Manusia dan Allah tidak dapat bersatu. Pada masa itu manusia mencari allah lain bukan Allah yang benar. Manusia berharap kepada allah yang palsu dengan segala kehatan dan kekejiannya. Allah yang benar hendak bersekutu dan bersatu dengan manusia, namun dosa dan kejahatan menjadi penghalangnya. Pengharapan manusia akan keselamatan sudah didengarnya sejak dahulu kala, dan telah ditusnya nabi-nabinya untuk berbicara dan bertindak, namun manusia masih berharap kepada hikmatnya sendiri. Seandainya manusia berharap kepada Allah yang sejati tentulah manusia menemukannya dan diselamatkan oleh-Nya.
Bagaimana menemukan Allah yang benar yang menyelamatkan? Manusia harus berharap kepada Allah dengan meninggalkan segala dosa dan kejahatan. Korban manusia melalui persembahan bakaran binatang tidak dapat menyelamatkan. Hanya Allah sendiri yang berinisiatif untuk menyelamatkan manusia. Setelah nabi Maleakhi, Allah tidak lagi berbicara hingga sekitar 400 tahun kemudian di mana Sang Penyelamat datang ke dunia. Malaikat menyampaikan kepada gembala-gembala tentang kabar baik. Juruselamat telah datang ke dunia bukan lagi bayi tetapi seorang Raja yang duduk dis ebelah kanan Allah Bapa.
Pengharapan sejati kita ada di dalam Yesus Kristus. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar