Sekolah adalah Penjara?
A. Pendahuluan
Sekolah
adalah penjara. Benarkah demikian? Sekolah adalah tempat pendidikan di mana
guru dan peserta didik berinteraksi dalam proses pembelajaran sosial, tempat
muncul kreativitas dari peserta didik, mendapatkan ilmu pengetahuan dan
berprestasi. Tentunya berbeda dengan penjara yang adalah tempat orang-orang
hukuman, namun di dalam penjara juga ada proses pendidikan. Sekolah adalah
rumah bermain untuk membangun karakter dan kecerdasan secara keseluruhan.
Sekolah harusnya memenjarakan kebodohan. Sekolah menjadi penjara apabila
pendidik memenjarakan kebebasan dan menggantikannya dengan aturan sebagai
ancaman atau disiplin yang berorientasi pada prestasi dan bukannya perilaku
yang berbasis akhlak mulia. Sekolah adalah penjara dapat ditinjau dari sudut
pandang atau perspektif yang berbeda-beda.
B. Aturan
dan Kebebasan
Fenomena
kepenjaraan itu dapat dirasakan oleh peserta sekolah dalam berbagai bentuk
prosesi yang kata sebagai mendidik, yaitu seperti berikut: pertama, berlangsungnya
proses-proses indoktrinasi yang memaksa anak didik untuk harus menerima apapun
pikiran yang diungkapkan oleh guru sebagai suatu rangkaian kebenaran yang tak
boleh dibantah. Di sini si guru mencoba mencitrakan dirinya sebagai orang yang
pasti benar dan lantas menjadi sumber kebenaran. Para guru, juga dosen, enggan
secara terbuka bersedia merangsang, mendorong, menggali dan memberi kepada
anak-anak didiknya ruang dan kesempatan untuk bertanya, dan untuk
mengeksplorasi daya intelektualitasnya secara bebas, merdeka, santun dan penuh
tanggung-jawab (Fuad Mardhatillah Mardhatillah, 2015, http://www.kompasiana.com/fuadmardhatillah/sekolah-adalah-penjara_55208b0da33311414646d035)
Guru seharusnya menjadi fasilitator bagi peserta
didiknya. Guru menerapkan aturan bukan untuk mematikan kebebasan berpikir
kreatif, namun justru memberikan dorongan untuk tetap berada pada jalur yang
benar yaitu memiliki karakter disiplin, santun dan bertanggung jawab. Aturan
yang tepat apabila peserta didik telah melanggar kebiasaan yang ditetapkan
sehingga dibuatkan aturan sesuai konteks peserta didik. Kebebasan peserta didik
akan memberikan proses pembelajaran sendiri dan bahkan peserta didik berusaha
untuk memperbaikinya sendiri. Guru yang cepat menyalahkan peserta didik justru
mematahkan kreativitas peserta didik untuk berusaha mencari jalan keluar yang
tepat bagi dirinya. Kebebasan yang menyebabkan kesalahan dapat dipahami sebagai
proses belajar untuk dapat menjadi lebih baik. Kebebasan peserta didik dengan
teman sebaya dalam kelompok membantu mereka bertumbuh dalam pemikiran dan
tanggung jawab dalam belajar sehingga teman sebayanya pun terbantu dalam
belajar. Sekolah dapat membuat peserta didik menjadi lebih cenderung invidu
daripada berkelompok apabila sekolah dibatasi oleh ruang kelas sementara mereka
dapat bermain dan berkelompok dan saling membantu satu dengan lainnya sebagai
makhluk sosial.
Kebebasan peserta didik dalam kelas memberikan
stimulus untuk mengembangkan diri dan berpikir kreatif. Kebebasan yang dimiliki
memberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki. Keterlibatan
teman sebaya dalam kelompok dan guru hanya mengawasi memberikan kebebasan bagi
peserta didik untuk berdiskusi dan saling bertanya dengan lainnya. Kelas tidak
dapat menjadi penjara apabila guru tidak mengajar dengan membosankan tetapi
kreatif. Kesempatan yang sebesar-besarnya diberikan kepada peserta didik tanpa
didampingi gurunya sehingga mereka dapat belajar sendiri tanpa merasa didikte
dan diawasi.
C. Ganjaran
dan Hukuman
Ganjaran
dan hukuman adalah senjata guru untuk dapat memberikan evaluasi. Namun,
ganjaran dan hukuman ini memberikan tekanan untuk dapat bertahan dalam kondisi
yang tidak menyenangkan. Sementara peserta didik dapat belajar apabila itu
menyenangkan. Perbedaan yang nyata anatara sekolah dan penjara hanya terletak
pada fungsinya bahwa sekolah untuk mendidik sementara penjahat adalah tempat
orang yang melakukan kejahatan dan dijatuhi hukuman dalam waktu tertentu.
Aspek
nilai dan produktivitas. Bila sekolah hanya menekankan peserta didiknya dengan
ganjaran nilai, maka peserta didik tidak mendapatkan ilmu sesungguhnya. Sekolah
harus memerhatikan luaran peserta didiknya dan diharapkan dengan kreativitas
dan tanggung jawab dapat menghasilkan produktivitas yang baik.
D. Belajar
Indoor dan Out door
Belajar
di lingkungan sekolah termasuk kelas dapat terbatas pemahamannya dan adakalanya
bersifat teoritis, namun ketika belajar di alam atau tidak dibatasi ruang kelas
dan pagar sekolah maka peserta didik mendapatkan pengalaman baru yang akhirnya
terjadi proses belajar yang didapatkan dari sekitarnya yang lebih kompleks dan
tentunya memberikan wawasan yang lebih luas. Kebebasan mereka dalam berpikir
kreatif tidak dibatasi oleh lingkungan sekolahnya, namun dapat belajar dari
alam sekitarnya bahkan dapat mempraktikkan teori dalam kehidupan sehari-hari.
E. Moral
dan Etika
Luaran
peserta didik yang ingin dicapai adalah peserta didik yang berakhlak mulia
dalam hal ini moral dan etika. Bila guru memberikan disiplin pada peserta didik
hendaknya memiliki makna dan maksud yang dapat disampaikan kepada peserta didik
supaya mereka dapat memahami pesan moral dan emmperbaikinya sehingga mereka
menjadi anak yang baik di sekolah namun menjadi peserta didik yang melawan
orang tua karena mereka mengalami penjara di sekolah mereka yang tidak dijaga
oleh guru-gurunya dalam hal moral dan etika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar