Good News

Minggu, 27 Agustus 2017

Sekolah Adalah Penjara? oleh Hengki Wijaya

Sekolah adalah Penjara?

A.      Pendahuluan
Sekolah adalah penjara. Benarkah demikian? Sekolah adalah tempat pendidikan di mana guru dan peserta didik berinteraksi dalam proses pembelajaran sosial, tempat muncul kreativitas dari peserta didik, mendapatkan ilmu pengetahuan dan berprestasi. Tentunya berbeda dengan penjara yang adalah tempat orang-orang hukuman, namun di dalam penjara juga ada proses pendidikan. Sekolah adalah rumah bermain untuk membangun karakter dan kecerdasan secara keseluruhan. Sekolah harusnya memenjarakan kebodohan. Sekolah menjadi penjara apabila pendidik memenjarakan kebebasan dan menggantikannya dengan aturan sebagai ancaman atau disiplin yang berorientasi pada prestasi dan bukannya perilaku yang berbasis akhlak mulia. Sekolah adalah penjara dapat ditinjau dari sudut pandang atau perspektif yang berbeda-beda.
B.       Aturan dan Kebebasan
Fenomena kepenjaraan itu dapat dirasakan oleh peserta sekolah dalam berbagai bentuk prosesi yang kata sebagai mendidik, yaitu seperti berikut: pertama, berlangsungnya proses-proses indoktrinasi yang memaksa anak didik untuk harus menerima apapun pikiran yang diungkapkan oleh guru sebagai suatu rangkaian kebenaran yang tak boleh dibantah. Di sini si guru mencoba mencitrakan dirinya sebagai orang yang pasti benar dan lantas menjadi sumber kebenaran. Para guru, juga dosen, enggan secara terbuka bersedia merangsang, mendorong, menggali dan memberi kepada anak-anak didiknya ruang dan kesempatan untuk bertanya, dan untuk mengeksplorasi daya intelektualitasnya secara bebas, merdeka, santun dan penuh tanggung-jawab (Fuad Mardhatillah Mardhatillah, 2015, http://www.kompasiana.com/fuadmardhatillah/sekolah-adalah-penjara_55208b0da33311414646d035)
Guru seharusnya menjadi fasilitator bagi peserta didiknya. Guru menerapkan aturan bukan untuk mematikan kebebasan berpikir kreatif, namun justru memberikan dorongan untuk tetap berada pada jalur yang benar yaitu memiliki karakter disiplin, santun dan bertanggung jawab. Aturan yang tepat apabila peserta didik telah melanggar kebiasaan yang ditetapkan sehingga dibuatkan aturan sesuai konteks peserta didik. Kebebasan peserta didik akan memberikan proses pembelajaran sendiri dan bahkan peserta didik berusaha untuk memperbaikinya sendiri. Guru yang cepat menyalahkan peserta didik justru mematahkan kreativitas peserta didik untuk berusaha mencari jalan keluar yang tepat bagi dirinya. Kebebasan yang menyebabkan kesalahan dapat dipahami sebagai proses belajar untuk dapat menjadi lebih baik. Kebebasan peserta didik dengan teman sebaya dalam kelompok membantu mereka bertumbuh dalam pemikiran dan tanggung jawab dalam belajar sehingga teman sebayanya pun terbantu dalam belajar. Sekolah dapat membuat peserta didik menjadi lebih cenderung invidu daripada berkelompok apabila sekolah dibatasi oleh ruang kelas sementara mereka dapat bermain dan berkelompok dan saling membantu satu dengan lainnya sebagai makhluk sosial.
Kebebasan peserta didik dalam kelas memberikan stimulus untuk mengembangkan diri dan berpikir kreatif. Kebebasan yang dimiliki memberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki. Keterlibatan teman sebaya dalam kelompok dan guru hanya mengawasi memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk berdiskusi dan saling bertanya dengan lainnya. Kelas tidak dapat menjadi penjara apabila guru tidak mengajar dengan membosankan tetapi kreatif. Kesempatan yang sebesar-besarnya diberikan kepada peserta didik tanpa didampingi gurunya sehingga mereka dapat belajar sendiri tanpa merasa didikte dan diawasi.
C.       Ganjaran dan Hukuman
Ganjaran dan hukuman adalah senjata guru untuk dapat memberikan evaluasi. Namun, ganjaran dan hukuman ini memberikan tekanan untuk dapat bertahan dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Sementara peserta didik dapat belajar apabila itu menyenangkan. Perbedaan yang nyata anatara sekolah dan penjara hanya terletak pada fungsinya bahwa sekolah untuk mendidik sementara penjahat adalah tempat orang yang melakukan kejahatan dan dijatuhi hukuman dalam waktu tertentu.
Aspek nilai dan produktivitas. Bila sekolah hanya menekankan peserta didiknya dengan ganjaran nilai, maka peserta didik tidak mendapatkan ilmu sesungguhnya. Sekolah harus memerhatikan luaran peserta didiknya dan diharapkan dengan kreativitas dan tanggung jawab dapat menghasilkan produktivitas yang baik.
  
D.      Belajar Indoor dan Out door
Belajar di lingkungan sekolah termasuk kelas dapat terbatas pemahamannya dan adakalanya bersifat teoritis, namun ketika belajar di alam atau tidak dibatasi ruang kelas dan pagar sekolah maka peserta didik mendapatkan pengalaman baru yang akhirnya terjadi proses belajar yang didapatkan dari sekitarnya yang lebih kompleks dan tentunya memberikan wawasan yang lebih luas. Kebebasan mereka dalam berpikir kreatif tidak dibatasi oleh lingkungan sekolahnya, namun dapat belajar dari alam sekitarnya bahkan dapat mempraktikkan teori dalam kehidupan sehari-hari.
E.       Moral dan Etika
Luaran peserta didik yang ingin dicapai adalah peserta didik yang berakhlak mulia dalam hal ini moral dan etika. Bila guru memberikan disiplin pada peserta didik hendaknya memiliki makna dan maksud yang dapat disampaikan kepada peserta didik supaya mereka dapat memahami pesan moral dan emmperbaikinya sehingga mereka menjadi anak yang baik di sekolah namun menjadi peserta didik yang melawan orang tua karena mereka mengalami penjara di sekolah mereka yang tidak dijaga oleh guru-gurunya dalam hal moral dan etika.





















 



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar